Multimedia: Beer Siriphan as Auria Farah Gwin
*-----*
Aryn mengulum senyum saat ia menerima bingkisan dari Irene. Satu ikat bunga mawar hasil dari tanamannya sendiri yang telihat begitu cantik diletakkan di dalam sebuah pot kecil berwarna hitam dengan tulisan Irene di bawahnya.
Sedari tadi, Aryn tak bisa berhenti mengendus harum manis dari satu tangkai bunga berwarna merah itu. Ia bahkan enggan melepaskan pelukan dari potnya meski sempat tertusuk duri sampai lengannya sedikit berdarah.
Abigail, selaku pacar posesif sudah melarang gadis itu untuk membawa bingkisan dari Ibundanya. Tapi, memang dasar keduanya sama-sama keras kepala, jadilah Abigail hanya mampu mengiyakan tapi dengan syarat tak boleh memegang tangkai bunga tersebut secara sembarangan seperti semula.
Plester berwarna biru dengan gambar bintang-bintang di lengan milik Aryn sedari tadi terus di lirik tajam oleh Abigail, ia tak suka melihat kekasihnya tergores sedikitpun. Kulit milik Aryn terlalu berharga untuk terluka.
"Wangi bangeeeet" suara menggemaskan dari Aryn yang memuju bunga mawar di dalam dekapannya mengalihkan pemikiran Abigail yang sempat meruntuk terhadap luka yang ditimbulkan oleh si bunga merah.
Wanita cantik itu melirik pada Aryn dan menjauhkan tangkai mawar yang berduri dari tubuhnya "Disimpan dulu ya sayang. Nanti di tanam di taman belakang" Abigail bergerak mengambil lembut pot bunga dari genggaman tangan Aryn sebelum menyimpannya dengan hati-hati di dekat kaki "Nanti kamu luka lagi kalau dipeluk begitu"
Aryn cemberut sebentar "Kalau taman di rumah kamu aku rawat kayak taman di rumah Ibu gimana?"
Abigail melirik pada kekasihnya dan menggenggam jemari lentik milik si gadis cantik bergigi kelinci "Kalau kamu mau, kamu boleh melakukan itu. Tapi, mungkin tamannya harus di asap terlebih dahulu supaya tidak ada serangga yang gigit kamu"
Aryn mengerjapkan mata bulatnya dengan tidak percaya "Beneran boleh?"
Dengan disertai kekehan kecil, Abigail mengacak ujung rambut milik si cantik dengan gemas "Sure honey. Anything you want"
Aryn terkekeh geli "Berarti, kalau aku minta mobil juga boleh, sayang?"
"Memang kamu mau?"
Tak percaya dengan tanggapan kekasihnya, Aryn memandang wanita cantik itu dengan bengis "Kamu beneran mau beliin aku mobil?"
Alis Abigail terangkat satu "Bukannya tadi kamu yang minta?"
Aryn mendecak "Gila! Dikira aku minta mobil harga dua ribu apa ya? Gampang banget ngomongnya. Mentang-mentang kaya, seenaknya banget dia ngom.." Aryn menghentikan runtukannya saat ia melihat Abigail mengulum senyum dengan bahu yang mengguncang sesekali.
"Kenapa malah ketawa?" seru Aryn dengan ekspresi marah.
Masih dengan bahu yang bergetar karena menahan tawa, Abigail mendekat pada kekasihnya dan berbisik "Kalau 4 ronde nggak cukup, jangan salahkan aku ya sayang?"
"Eh? Apa hubungannya wanita mesum?!!!"
*-GEMINI By Riska Pramita Tobing-*
Aryn lelah. Pinggulnya terasa pegal karena perlakuan Abigail di ranjang barusan. Wanita cantik itu kini tengah membungkus tubuh telanjangnya dengan selimut sementara Aryn yang baru saja mandi karena lelah berkeringat bersama dengan Abigail memutuskan untuk meninggalkan wanita cantik itu terlelap sendiri untuk pergi ke taman belakang.
Pekarangan seluas 4x3 meter itu terlihat tak terurus dan dipeuhi dengan ilalang tinggi yang sepertinya belum dipotong.
Cahaya matahari menyorot begitu baik dari kejauhan dan benteng tinggi yang menjadi penghalang pun sudah sangat cocok untuk dijadikan taman terawat.
Aryn menggeleng pelan saat ia melihat bentengnya sedikit berlumut. Pasti wanita cantik itu jarang sekali menginjak taman kecil ini hingga tak terurus.
Sayang sekali. Padahal, rumah Aryn memiliki tempat serupa. Hanya saja, ukurannya lebih kecil daripada ini dan itu dipenuhi oleh tanaman hias serta tanaman obat-obatan herbal yang kerap digunakan oleh kedua orangtuanya.
Felicia Joyse Herley --Ibunda Aryn, menggemari kegiatan berkebun. Wanita cantik bertubuh langsing dan jangkung itu selalu saja membicarakan taman yang ia bangun dengan susah payah.
Beliau begitu menggemari kegiatan berkebun. Felicia pernah berkata, meskipun merawat bunga itu sulit, tapi ia mencintai prosesnya.
Bagaikan menunggu sesuatu begitu lama, lantas dikabulkan begitu saja saat bunganya mekar. Definisi mencintai alam yang sangat membuat Aryn terinspirasi dari dirinya.
Tapi, melihat Abigail bahkan tak berniat memangkas habis rumput ilalang di taman belakangnya membuat ia geram seketika.
Kenapa pula membangun taman yang sekiranya tak akan digunakan?
Aryn kembali menutup pintu kaca yang menuju taman milik Abigail. Sudah dua hari ia tak pulang ke rumah dan sepertinya hari ini ia harus menunjukkan pucuk hidungnya ke kedua orangtuanya.
Aryn menggumam sebentar, bagaimana sekiranya reaksi kedua orangtua Aryn ketika mereka mengetahui alasan dibalik tersenyumnya putri mereka adalah karena Abigail semata?
Dengan gontai, Aryn melangkah menuju kolam renang yang ada di dekat dapur. Gadis itu kemudian terduduk di sampingnya dan mencelupkan setengah dari betisnya ke dalam air yang jernih.
Apa harus Aryn memperkenalkan Abigail kepada kedua orangtuanya?
Bagaimana reaksi Ezra dan Felicia jika saja mereka mengetahui kalau Aryn mencintai sesama wanita?
Hhhh... Aryn mendesah lembut seraya mengangkat kepala, menatap pada langit yang begitu cerah di sore hari seperti ini.
Kepalanya berisik sekali.
"Honey?"
Aryn melirik perlahan pada suara serak yang terdengar masih mengantuk. Ada Abigail dalam balutan kaus kebesaran yang menerawang.
Rambut sebahu milik Abigail tampak berantakan dan ia tampak murung "Kenapa kamu ninggalin aku?" ia merengek seraya mendekat pada Aryn dan cepat-cepat menemplok di belakang punggung si gadis cantik bergigi kelinci.
Aryn terkekeh sebentar "Jalan-jalan. Keliling rumah. Sekalian mikir mau dekor ulang karena tempat kamu membosankan"
"Mmmmm" Abigial menimpali dengan gumaman lembut.
"Nggak apa-apa kan kalau aku dekor rumah kamu?"
"Mmmm" jawab Abigail lagi-lagi dengan gumaman.
Aryn terkekeh sedikit "Aku lebih suka ruangan kecil daripada ruang luas tak terpakai seperti rumah kamu"
"Hmm? Maksudnya kamu mau merobohkan rumahku?"
"Akhirnya kamu menjawab dengan kata-kata" ujar Aryn disertai kekehan.
Abigail menggerakkan tangannya yang memeluk Aryn dari belakang. Jemari nakal miliknya menerobos ke dalam kemeja kebesaran yang dikenakan oleh Aryn "Nggak capek apa? Kerjaannya begini terus?" protes Aryn pada kekasihnya yang sudah meraba kulit perutnya.
"Aku nggak akan pernah puas dengan kamu, Aryn" jawab Abigail seraya menyingkirkan rambut gadis itu ke satu sisi sebelum kemudian mengecup belakang lehernya perlahan.
"Hhhhh... Kenapa kamu mesum sekali?" Aryn menggigit bibirnya ketika ia merasakan hangatnya mulut Abigail di tengkuknya.
Perasaan membakar itu selalu saja terasa sama seperti saat pertama kali mereka melakukannya.
Wanita cantik itu tahu betul dengan cara memuja tubuh Aryn dan Aryn sangat menyukainya.
Kecupan Abigail yang awalnya lembut berubah menjadi hisapan dan Aryn terkekeh seraya memisahkan diri dari kekasihnya "Babe, pegal loh aku" ujarnya pada Abigail yang cemberut.
Mata bulat milik Abigail berkaca-kaca ketika Aryn menolaknya "Please?" dan itu adalah kata ajaib yang Aryn benci.
Tubuh gadis cantik bergigi kelinci itu bahkan sudah dipenuhi dengan bekas gigitan Abigail dan sekarang wanita cantik kaya raya yang mesum itu masih menginginkan dirinya. Dan yang paling parah dari semuanya adalah.. Aryn tak bisa berkata tidak.
*-----*
Riska Pramita Tobing.Kelemahan Aryn: Na kha... 🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Teen Fiction"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley