GEMINI - 7

482 67 18
                                    

Multimedia: Abigail Edna Farah Gwin

*-----*

               Leher Aryn terasa berat sekarang. Ia juga merasa begitu mengantuk ketika Abigail mengajaknya untuk sarapan di lantai paling bawah.

Abigail tak memilih pelayanan kamar untuk sarapan pagi ini dikarenakan ingin melihat-lihat suasana sekitaran hotel.

Tapi Aryn sangat tak bersemangat sehingga ia sedari tadi hanya berjalan sambil menatap pada marmer putih yang ia injak di bawahnya.

"Aryn?" Abigail berseru sehingga membuat gadis yang masih menunduk itu mengangkat pandangan padanya.

"Kamu baik-baik saja?" tangan wanita cantik itu terulur untuk mengusap rambut milik Aryn yang berantakan.

Ia merogoh saku celana pendek yang ia kenakan sebelum kemudian mengeluarkan satu pita berwarna merah muda lantas menyatukan seluruh rambut Aryn untuk ia cepol.

"Kamu tampak mengantuk" komentar Abigail ketika gadis itu bahkan tak memprotes saat Abigail mengecup ujung kepalanya.

Aryn mengucek matanya sebentar "Iya" jawab gadis itu singkat seraya terkekeh di ujung kata.

Abigail yang melihat gadis bertubuh tinggi itu tampak lunglai sampai punggungnya membungkuk hanya bisa terkekeh seraya merengkuhnya ke dalam dekapan "Jangan protes. Aku takut kamu tiba-tiba jatuh" ujar Abigail setelah menyatukan pinggul mereka sampai jarak keduanya tak tersisa.

Aryn bahkan tak ingin menolak ketika Abigail menuntunnya menuju deretan meja panjang yang tampak diisi oleh banyak orang karena ia terlalu mengantuk untuk memprotes.

"Duduk di sini?" ujar Abigail menunjuk salah satu meja private yang terpisah dari meja panjang yang biasanya digunakan oleh pengunjung hotel yang tak ingin membayar lebih untuk sebuah meja.

"Kamu bisa duduk nyaman kalau di sini" ujarnya sambil lalu menarik kursi dan mengubah papan tanda meja dari merah ke hijau untuk pemesanan.

Aryn terduduk dan menyenderkan kepalanya di kursi yang tinggi. Gadis itu menutup matanya saat mendengar Abigail berdiri "Biar aku yang pesan makanan. Kamu tunggu di sini saja" Aryn mengangguki saja ujaran Abigail, sudah ia bilang kan? Ia terlalu mengantuk untuk memprotes akan apapun yang dilakukan Abigail terhadap dirinya.

Semalam, Aryn tidur dalam posisi terduduk karena ia tak ingin membangunkan Abigail yang terlelap di atas pangkuannya. Dan ia hanya tidur dari pukul 3 dini hari sampai pukul 6 sebelum kemudian di ajak sarapan oleh atasannya itu.

Aryn menghela napas panjang yang berat untuk memenuhi paru-parunya yang terasa sempit karena kelelahan.

Gadis cantik bergigi kelinci itu kemudian membuka mata saat ia mendengar derap langkah mendekat serta satu usapan lembut di rambutnya "Kamu pasti kerepotan semalam" ujar Abigail ketika melihat wajah mengantuk milik Aryn.

Aryn memijit belakang lehernya yang sakit "Boleh aku kembali ke kamar?" pinta Aryn pada Abigail yang langsung melirik khawatir padanya.

Abigail menggeser kursinya mendekat pada Aryn "Kamu baik-baik saja?" ujar Abigail, mempertanyakan hal yang sama untuk kedua kalinya.

Aryn mengurut keningnya yang terasa pusing "Aku hanya mengantuk" jawab Aryn seadanya.

"Kalau begitu, kita sarapan di kasur" tanpa berpikir panjang, ia mengganti kembali papan yang sudah ia pesan menjadi merah.

Wanita cantik itu mengambil serbet dan menulis sesuatu di sana lantas meninggalkan serbetnya di bawah gelas wine.

Dengan segera, Abigail merengkuh kembali pinggang Aryn dan menuntun mereka kembali ke kamar.

Aryn berjalan perlahan. Kepalanya terasa pening dan berat. Ia bahkan sempat terhuyung sedikit ketika mereka di dalam lift.

"Apa kamu merasa pusing?" ujar Abigail sesaat setelah lift terbuka.

Dengan lembut, Abigail memapah Aryn menuju kamar mereka yang untungnya tidak terlalu jauh dari lift.

Pintu terbuka dan Aryn langsung berlari ke atas kasur untuk merebahkan diri di sana.

Ia memejamkan mata, tak menghiraukan apapun yang terjadi ketika ia terlelap karena kantuk yang melandanya begitu berat.



*-GEMINI By Riska Pramita Tobing-*



               Aryn tak ingat ia sudah tidur berapa lama. Saat ia membuka mata, ia mendapati langit di luar sana sudah mulai menguning dan tidak ada siapa-siapa di dalam hotel yang ruangannya cukup sejuk.

Dengan perasaan masih mengantuk, Aryn bergerak untuk menutupi dirinya menggunakan selimut, berniat ingin kembali tertidur sebelum merasakan kalau perutnya kelaparan sekarang.

Aryn mendecak perlahan seraya membuka kembali selimut yang baru saja menutup tubuhnya. Ia terduduk dengan perlahan lantas merenggangkan tangannya yang terasa pegal.

Setelah memastikan bahwa tubuhnya sudah benar-benar bangun, Aryn beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.

Aryn memutuskan untuk mengambil ponsel dan menghubungi Abigail yang entah sedang dimana. Aryn yakin betul wanita cantik itu masih di bangunan yang sama, tapi ia tak terlihat di sekelilingnya hingga Aryn memutuskan untuk menelepon atasannya itu.

Nada dering terdengar begitu nyaring di gendang telinganya ketika ia menunggu jawaban dari sebrang telepon.

Hubungan telepon tersambung. Terdengar suara ramai dari sebrang "Sudah bangun?" suara Abigail terdengar terengah entah mengapa.

"Kamu dimana?"

Wanita cantik itu terkekeh "Kamu terdengar lucu" ujarnya di antara kekehan "Aku sedang berenang. Kamu mau ikut turun?"

Aryn menggeleng tanpa sadar "Aku lapar. Bisa temani aku makan di bawah?"

"Umm" Abigail bergumam sebentar "Kalau kamu tidak ingin makan di bawah, aku bisa memesannya"

Lagi, Aryn menggeleng "Kalau pesan ke kamar pakai pelayanan kamar, berarti harganya bisa naik dan kamu akan membuang-buang uang"

Abigail terkekeh di sebrang telepon "Kamu mengkhawatirkan isi dompetku?" ujarnya tidak percaya.

"Um!" gadis cantik itu mengangguk dua kali "Nggak sopan pakai uang orang lain" ujar Aryn seraya terduduk di balkon.

Gadis cantik itu melirik ke kejauhan, ia bisa melihat sosok yang tengah menempelkan ponsel di dalam kolam renang, dan ia tidak harus berpikir dua kali kalau wanita cantik yang masih terbenam hampir seluruh tubuhnya di air itu adalah Abigail.

"Kamu bukan orang lain untukku, Aryn. Tunggu saja di atas, aku akan memesankan makanannya untukmu" sambungan telepon terputus, wanita cantik itu terlihat memainkan ponselnya dengan tangan yang masih basah.

Aryn mengerutkan kening. Pasti ponsel milik wanita cantik itu tahan air hingga ia tak perlu mengeringkan telapak tangannya ketika akan menulis sesuatu.

Tak lama dari itu, si wanita cantik menyimpan kembali ponselnya di atas handuk kecil lantas berbalik.

Pandangan mereka beradu dengan jarak yang berjauhan, wanita cantik itu tersenyum padanya sampai memperlihatkan gigi-giginya yang tampak rapi serta bersih.

Hati Aryn menghangat saat melihat senyuman itu, ia menyukainya.

Selang beberapa saat, wanita cantik itu menyelam dengan cantik di bawah air kolam yang berwarna biru.

Pergerakannya yang terlihat profesional membuat Aryn berdiri dari tempatnya agar ia bisa melihat Abigail berenang dengan jelas dari sisi balkon seperti ini.

Sesekali, Aryn melihat kepala milik Abigail muncul di permukaan air untuk memenuhi paru-parunya dengan udara. Tapi, yang Aryn sukai dari pemandangan Abigail di kejauhan adalah tubuhnya yang tercetak jelas dalam balutan pakaian renangnya yang berwarna hitam.

Aryn jadi membayangkan kembali tubuh si cantik yang pernah ia lihat ketika telanjang saat semalam.

Sial! Kenapa dirinya terkesan seperti perempuan mesum sekarang?

*-----*
Riska Pramita Tobing.

GEMINI [BECKYXFREEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang