Multimedia: Abigail dan Aryn
*-----*
Jepang memang negara yang menajkubkan. Tapi tidak dengan ini. Rasa sakit di tenggorokan Aryn yang terjadi karena perubahan cuaca yang ekstrim di negeri matahari terbit membuat ia hanya bisa jalan-jalan sebentar dari total empat hari mereka berbulan madu.
Sisanya, Aryn menghabiskan waktu untuk berkunjung ke rumah sakit untuk pengecekan tenggorokan serta hidung yang terus-terusan berair.
Gadis cantik itu bahkan tak bisa bernapas enak selama dua hari karena cuaca tak begitu mendukung, dan sekarang ia tengah meringkuk di leher Abigail yang terkekeh dengan sikapnya yang kekanakan.
"Mau makan apa hari ini?" ujar Abigail seraya mengusap rambut Aryn yang tak terikat.
Aryn menggeleng "Nggak mau makan" jawabnya disertai rengekan di antara suaranya yang sedikit serak.
Selain tenggorokan sakit dan hidung yang terus-terusan berair, Aryn juga kehilangan nafsu makan karena lidahnya tak bisa mengecap rasa. Dan ini semua terjadi karena kemarin mereka berdua sedikit kehujanan saat menunggu kereta untuk pulang dari Disney land ke hotel.
Padahal, harusnya hari ini mereka tengah bersiap-siap untuk pulang esok hari, tapi saat melihat kondisi Aryn yang seperti ini, Abigail justru memperlambat kepulangan mereka beberapa saat lalu karena takut akan memperburuk kondisi istrinya.
"Aku mau pulang" ujar Aryn dengan rengekan.
Abigail tersenyum seraya mengecup kening milik Aryn yang sedikit hangat "Iyaa, okayy" ia berucap lembut seraya terus-terusan mencium kening milik Aryn "Tapi makan dulu ya? Biar kamu sehat dan bisa pulang cepat"
Aryn mendengus sebal. Tapi ia kemudian disadarkan kalau Abigail adalah sosok yang keras kepala, sama seperti dirinya. Jadi, ia mengangguk mengiyakan "Mau bubur dan sup ayam" pinta Aryn kemudian.
Abigail mendengus "Harusnya hari ini aku pertemuan dengan dokter kandungan" Abigail sedikit berbisik "Tapi, kalau kamu terus-terusan sakit seperti ini dan aku nanti tiba-tiba ngidam, kan nggak lucu" ia terkekeh sedikit.
"Sayang?" Aryn bergerak dari posisi tidurnya dan menengadah pada Abigail.
Wanita cantik itu menunduk "Hmm?"
"Izinkan aku yang hamil ya?" ujar gadis itu, menatap pada Abigail dalam-dalam.
Abigail mendekat, mencium Aryn dalam-dalam meski gadis cantik itu sedikit berontak karena engap tak bisa bernapas "Tell me one good reason" ujar wanita cantik itu sambil lalu mengangkat satu jemari dari kelima jari tangan kanannya.
Aryn memejamkan mata sesaat "Kamu kan wanita karir, kamu sering kesana-kemari untuk mengurus perusahaan. Walaupun aku memang wanita karir seperti kamu, tapi aku nggak kemana-mana dan diam di kantor. Jadi mungkin aku bisa sekaligus momong anak kita kelak"
"Mungkin adalah kata kuncinya, Aryn" ulang Abigail dengan nada sangsi.
Aryn mengacungkan tangan, menahan Abigail yang hampir kembali berbicara kepada dirinya "Tapi bukan hanya itu alasannya" ujar Aryn pada Abigail yang mengangguk meminta Aryn untuk melanjutkan.
"Aku ingin mengalami keajaiban selama sembilan bulan, merasakan bagaimana anak kami tumbuh, dan mengalaminya sendiri. Bukan hanya menjadi penonton yang mensuport. Lagipula, yang cocok jadi daddy kan kamu. Kamu sempat bilang itu sendiri sama aku"
Abigail mengulum senyum geli saat mendengar Aryn mengungkit perkataannya yang hanya bercanda beberapa saat lalu di saat-saat seperti ini "Hanya kalau kamu berjanji untuk tidak sakit seperti ini. Aku akan mengawasi kamu selama 24 jam sehari dan kamu harus menuruti semua perkataanku ketika hamil nanti. Agar kamu selamat, tubuh dan mentalmu siap, dan anak kami lahir dalam keadaan baik-baik saja. Deal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI [BECKYXFREEN]
Fiksi Remaja"Apa kamu tidak lelah berpura-pura baik-baik saja sementara hatimu membutuhkan pertolongan?" -Aryn Adhrita Herley