Saat pagi hari Gulf terbangun lebih dulu lalu ia pun bergegas untuk mandi, saat setelah mandi Gulf terkejut saat melihat Mew sudah berada di atas kasurnya.
"Kenapa kau tiba-tiba ada disini?"
"Memang nya kenapa?"
"Keluar! Aku ingin memakai baju,"
"Pakai saja aku tidak akan melihat, lagi pula pintunya juga sudah aku tutup dan aku kunci,"
"Aku meminta mu keluar, bukan menutup atau mengunci pintu,"
Gulf sangat kesal dengan tingkah Mew rasanya ia ingin sekali memukulnya.
"Bukankah kita sama gendernya, lalu untuk apa kau malu? Apa karna milikmu kecil?"
"Kau benar-benar keterlaluan, untuk apa kau menayakan itu? Dasar otak mesum jika kau kesepian karna merindukan istri mu lebih baik kau mencari jalang sana, jangan bertingkah seperti ini di hadapanku,"
Kata-kata Gulf membuat Mew menjadi kesal tentu saja, Mew pun berdiri lalu menghampiri Gulf dan menghimpit nya kearah tembok membuat Gulf takut melihat wajah marah Mew.
"Bagaimana jika jalang nya kau sendiri? aku akan membayar mu mahal lima kali gaji mu di kantor dan mengurus Alex bagaimana?"
"Lepaskan aku, menjauhlah dariku,"
"Kenapa! Apa kau takut dengan laki-laki kesepian ini?"
"Aku katakan sekali lagi, menjauhlah dariku,"
Bukannya menjauh Mew malah semakin merapatkan tubuhnya pada Gulf, bahkan tangannya kini tidak mau diam sedangkan Gulf hanya bisa memegangi handuknya secara kuat-kuat agar tidak terlepas.
"Sangat harum aroma tubuhmu, dan membuatku semakin ingin memakan mu,"
"A-aku mohon lepaskan aku,"
"Bagaimana aku melepaskan mu, jika hasratku sudah tidak tahan lagi,"
"Kenapa kau sangat mesum? Lepaskan aku,"
Mew senang saat melihat wajah Gulf ketakutan, namun alangkah sialnya tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan membuat Gulf merasa lega tentu saja.
"Buna! Tolong buka pintunya, Alex mau pipis,"
"Menggangu saja, cepat buka pintunya aku ingin berpura-pura tidur,"
Mew kembali lagi ke atas kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut, ia akan berpura-pura tidur kembali sedangkan Gulf membuka pintu untuk Alex.
"Ada apa?"
"Alex ingin pipis Bun, apa Buna baru selesai mandi?"
"Iya sayang! Nanti kau sekalian mandi saja setelah mandi kita sarapan dan pergi ke kantor,"
"Hari ini kau tidak perlu masuk, aku meliburkan mu,"
"Tapi kenapa! Aku bosan jika harus di rumah seharian,"
"Kau ingin, jika semua orang melihat leher mu itu,"
Gulf baru menyadari jika lehernya penuh dengan cupang karna oleh Mew, laki-laki itu benar-benar tidak tau diri bagaimana bisa ia melakukan semua ini padanya.
"Dasar bajingan, semua ini karna ulahmu,"
"Jangan mengumpat, disaat kau bersama putra ku,"
"Cepat keluar, untuk apa kau masih disini?"
"Sudah ku katakan, aku tidak akan melihat meski kau telanjang di hadapan ku,"
"Lain di mulut lain di hati, kau pikir aku ini bodoh begitu? Dasar tidak tau diri,"
"Jangan membuatku kesal, lebih baik kau cepat gunakan pakaian mu setelah itu buatkan aku sarapan,"
"Tuhan! Kenapa harus ada manusia seperti dirinya,"
"Berdoa mu itu tidak masuk akal, sudah jelas ada masih bertanya dasar bodoh,"
Gulf melemparkan handuk tepat di wajah Mew lalu ia pun pergi keluar kamar, dia hanya memakai pakaian simple kaus kebesaran dan celana pendek karna menurutnya berpakaian seperti ini yang sangat simple dan nyaman.
Gulf berkutat di dapur membuat menu sarapan yang simple ia tidak perduli jika nanti bosnya itu menolak makanan buatannya, nasi goreng dan ayam goreng dengan sedikit tumisan brokoli untuk Alex.
"Buna! Alex sudah mandi,"
"Coba sini di cium dulu, sudah wangi atau belum?"
Alex mendekati Gulf lalu memeluknya, dan saat itu juga Gulf menciun aroma sampo yang menguar dari rambut Alex.
"Anak Buna sudah wangi, ayo sini duduk kita sarapan,"
"Buna masak nasi goreng?"
"Apa kau suka?"
"Alex suka Bun,"
"Ya sudah ayo cepat dimakan, dimana dady mu,"
"Dady sedang mandi,"
"Biarkan saja, lebih baik kita sarapan,"
Gulf dan Alex makan lebih dulu tanpa menunggu Mew, dan tidak lama Mew datang dengan keadaan sudah rapih.
"Tidak ada makanan lagi! Selain ini?"
"Makan saja yang ada, jika mau makan enak nanti siang saja kau pergi ke restoran,"
"Tolong ambilkan,"
"Harus?"
"Seorang istri itu sudah sewajarnya melayani suaminya, jadi cepat ambilkan,"
"Istri pantatmu itu,"
Gulf hanya tersenyum saat melihat Gulf marah-marah terus, bukanya menyeramkan malah semakin imut dan lucu menurut Mew.
"Dasar gila, lebih baik setelah ini kau pulang, aku tidak ingin menampung orang yang tidak waras sepertimu,"
"Tidak waras yang seperti apa?"
"Karna dady senyum-senyum sendiri," Jawab Alex.
"Kau dengar? Sekarang putra ku sudah berani padaku,"
"Sudahlah lebih baik makan saja, jangan bicara terus menerus kau tau aku pusing mendengarnya,"
Setelah itu hanya ada keheningan mereka makan dengan hikmat hingga tak terasa nasi goreng yang Gulf buat sudah habis tak tersisa.
"Nanti siang aku ingin mengajak kalian pergi,"
"Pergi! Kemana Tuan?"
"Kau tidak perlu tau, lebih baik kau berdandan dari sekarang pakai pakaian yang benar,"
"Untuk apa aku berdandan? Dan aku tidak perlu menganti pakaian ku,"
"Kau ingin memamerkan paha mu pada orang? Ingat kau ada yang punya jadi jangan macam-macam,"
"Tentu saja aku ada yang punya, tapi sayang dia berada jauh di sana?"
"Siapa orang nya? Katakan padaku akan aku pukuli dia,"
"Kau tidak perlu tau,"
Setelah itu Gulf pergi ke kamar meniggalkan Mew di ruang makan, Gulf akan menghubungi Arm agar tidak menunggu nya karna biasanya mereka pegi bersama.
"Lebih baik menghubungi Phi Sing, sejak kemarin aku tidak menghubunginya,"
Saat ingin menekan tombol off tiba-tiba Mew merebut ponselnya, dan melemparkan begitu saja membuat Gulf tidak percaya.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau bodoh itu ponsel berharga ku, hiksss,"
Gulf memungguti ponselnya sambil menangis sedih, ia tidak percaya jika ponselnya kini rusak karna bosnya itu.
"Kau sangat kejam, dan baru kali ini aku bertemu orang yang seperti dirimu, lebih baik kau pergi dari rumah ku,"
Mew merasa bersalah saat melihat Gulf menangis, entah kenapa ia begitu tega membanting ponsel milik Gulf karana rasa kesal saat melihat Gulf ingin menghubungi seseorang.
Bersambung..
❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart's of choice (END)
Romancejika kau tidak mencintai ku, lebih baik kau lepas aku Phi jangan pernah bermimpi