Bagian 09

110 5 0
                                    

Jodohku Teman Sekolahku
Bab 09. Lamaran dari Bapak Tua

Sudah satu bulan lamanya aku di Mesir itu artinya tinggal 30 hari lagi aku akan kembali ke Indonesia. Dan artinya juga aku akan segera menjemput hilal.

Allah.

Mudahkanlah segala niat baikku untuk menyempurnakan separuh agamaku dengan seorang gadis pilihan hatiku.

Hari ini aku masih di kampus Al-Azhar lebih tepatnya di mushola untuk belajar kitab. Meski terbilang sulit aku mampu menguasainya dengan mudah. Dan hanya satu kuncinya, yakni niat. 

“Sesungguhnya suatu perbuatan tergantung niat”

Allah akan berikan jalan terbaik untuk hambanya yang ingin belajar taat. Allah memudahkan jalan hambanya untuk melakukan hal kebaikan termasuk menuntut ilmu.

Setelah selesai dengan kegiatan di mushola, aku langsung bergegas keluar dari mushola.

Namun saat di pertengahan lebih tepatnya di koridor kampus aku tak sengaja menabrak seorang gadis dan gadis itu .... Ya, dia anak dari bapak penjual nasi goreng.

"Maaf kak Zay ..." Ucapnya lirih.

"Ya, lain kali lebih hati-hati" ucapku dingin kemudian aku pun pergi meninggalkannya.

Aku memang seperti ini terkesan dingin dengan lawan jenis ku termasuk sesama jenis ku. Dari lahir memang sifat ku seperti ini.

Bahkan aku pernah cuek se cuek cueknya terhadap gadis yang ku cintai secara doa. Haura Huzaifah.

Aku segera pulang menggunakan sepeda gunung untuk kembali ke rumah.

Tapi saat di perjalanan aku melihat bapak tua penjual nasi goreng melambaikan tangan kepadaku dan tentu aku berhenti mana tau dia membutuhkan bantuan ku.

Aku dan bapak ini yang bernama Ahmed cukup dekat karena aku memang langganan dengan jualannya.

"Nak Zayyan, bapak ingin bicara" ucap pak Ahmed tersenyum paksa di wajah keriputnya.

"Bicara saja pak" ucapku sekenanya.

"Eum maaf kalo bapak lancang, bapak hanya ingin memberikan sedikit kejutan yang mungkin terkesan tidak pantas ...." Bapak itu menggantung ucapannya, tetapi aku tetap diam.

Apa maksudnya yang terkesan tidak pantas? Aku semakin dibuat bingung oleh pak Ahmed ini.

"Maksud bapak?" Akhirnya aku menyela.

"Eum, Marwah putri saya mencintai nak Zayyan kalau memang nak Zayyan tidak keberatan apa nak Zayyan mau menikah dengan putri bapak?" Ucap bapak itu ragu-ragu dengan raut kegelisahan.

"Kalaupun nak Zayyan keberatan ataupun tidak mau tak masalah, saya bisa memaklumi toh memang kondisi keluarga saya tidak layak" ucap bapak itu dengan bergetar.

Ini bukan Maslah kondisi ekonomi ataupun layak atau tidak layak. Disini aku akan menolak secara halus, meski niat pak Ahmed baik aku sudah menentukan pilihanku.

Mengingat Haura, aku jadi merasa bersalah bahwa aku disini lebih dahulu dipinang. Tapi dengan tekad yang kuat aku akan mempertahankan diri untuk menjadi suami Haura.

"Maaf pak Ahmed, saya tidak bisa menerima lamaran dari bapak karena ada hati yang saya jaga. Maksud saya, saya sudah memiliki pilihan meskipun saya belum mengkhitbah nya, saya sudah berjanji untuk menikahinya"

"Sekali lagi saya minta maaf ya pak? Pilihan saya sudah menunggu di Indonesia, in sya Allah sepulang dari Mesir ini saya langsung mengkhitbah wanita pilihan saya" ucapku dengan lembut. Tak enak rasanya kalau menolak dengan kasar.

Pak Ahmed langsung menampakkan wajah kecewa tetapi di detik berikutnya ia tersenyum kembali meski paksaan. Bukan salahku atau salahnya, hanya saja ini takdir yang digariskan oleh Allah.

"Tak apa nak Zayyan, saya mengerti perasaan nak Zayyan. Semoga nak Zayyan diberikan kelancaran untuk menikahi gadis pilihan nak Zayyan" ucap pak Ahmed tersenyum.

"Aamiin, terimakasih atas doanya pak"

***

Beberapa hari lamanya aku di Mesir tak terasa lima hari lagi aku akan kembali ke Indonesia. Tak sabar rasanya ingin kembali ke tanah air, selain ingin menemui orang tua aku juga punya niat baik di sana.

Melamar perempuan pilihanku yang sudah ku pinta dalam setiap doaku. Dialah Haura Huzaifah, gadis cantik yang akan menjadi pilihan hatiku.

[✓] HAZA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang