Bagian 10

131 5 0
                                    

Jodohku Teman Sekolahku
Bab 10. Sikap Zidan (POV Haura)

Sudah satu bulan tiga Minggu aku bekerja sebagai bidan di klinik Al Jannah. Tanda-tanda Zayyan untuk melamar ku pun belum ada.

Sebenarnya Zayyan masih diluaf negeri atau sudah kembali sih? Bisa-bisanya hilang kabar.

Siang ini aku masih di klinik, jadwal ku hari ini sampai malam. Tak heran aku akan lama disini, sebab sudah beberapa kali aku mendapatkan pasien Dadakan.

Terkadang saat aku ingin break istirahat malah ada pasien. Huft! Untung aku orangnya sabar jadi tidak mudah emosi.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, aku segera bangkit dan membuka pintu ruangan ku. Saat ku buka ternyata itu adalah Zidan dengan senyuman Tengilnya.

Allah.

Aku muak bertemu dengan Zidan terus, baru saja istirahat eh Zidan datang dengan senyuman Tengilnya. Aku muak sekali dengan senyuman itu.

"Ada apa dokter Zidan?" Tanyaku to the points.

"Bidan Haura bisa ikut saya?" Ucapnya.

"Mau kemana dok? Nanti bila ada pasien saya tidak ada" ucapku sesopan mungkin didepan anak direktur klinik ini.

"Tenang, hanya di sekitar taman klinik saya kok bidan Haura" ucapnya seraya merapikan rambutnya.

Huek

Segitunya Zidan sama aku? Allah lindungilah hamba mu ini yang sedang menunggu pinangan dari Zayyan.

"Mau bicara apa dokter Zidan? Kalau memang tidak terlalu penting lebih baik tak usah, takutnya nanti akan menyebar fitnah" ucapku seraya mengingatkan dirinya.

"Sangat penting Onty Haura" ucapnya.

Tak asing sih aku di panggil dengan sebutan 'Onty' memang mereka hampir setiap pegawai dengan gelar 'Bidan' di panggil dengan sebutan 'Onty' itu tadi.

"Huft, baiklah dokter Zidan. Silakan anda duluan" ucapku.

"Baiklah Onty" ucapnya.

Baru beberapa langkah aku berjalan mengekori Zidan ada seseorang yang memanggilku. Tentu saja aku langsung menoleh karena yang memanggilku adalah suster.

"Ada apa sus?" Tanyaku.

"Ada pasien di ruang pemeriksaan, Onty. Sebaiknya Onty segera memeriksanya" ucap suster itu ramah.

"Baiklah suster, saya segera ke sana" ucapku.

Setelahnya perawat itu pergi dan menyisakan aku dan Zidan eh ralat tidak hanya aku dan Zidan melainkan banyak perawat dan dokter yang lalu lalang.

"Dokter Zidan, saya ada pasien. Kalau begitu saya permisi" pamit ku pada Zidan.

Tapi lagi-lagi Zidan mengikuti ku di belakang. Haish, Zidan benar-benar ingin ku suntik mati.

Aku tak menggubris adanya Zidan dibelakang ku, aku segera menuju tempat dimana ada pasien yang membutuhkan.

Saat ku masuki ternyata pasien tersebut adalah mas Rayhan dan Layla. Kenapa mereka? Atau jangan-jangan mereka sedang program?

***

"Gimana hasilnya Ra?" Tanya mas Rayhan.

Layla hanya menyimak, dari raut wajahnya ia berharap sekali. Padahal mereka adalah abdi negara tetapi program mereka terlalu cepat.

Aku tak bisa menyalahkan takdir, mungkin mas Rayhan dan Layla sudah diberi kepercayaan oleh Allah untuk menjadi orang tua.

"Meskipun pernikahan kalian sudah lebih dari satu bulan, yang namanya hamil tak bisa di cegah? Apalagi mas Rayhan sangat bergairah toh?" Ucapku basa basi.

"Heh! Begini-begini aku juga kakakmu loh" peringat mas Rayhan.

Aku terkekeh.

"Iya-iya maafkan aku ya mas? Baiklah ini hasil pemeriksaan" ucapku menyodorkan amplop putih.

"Usia kehamilan Layla baru memasuki Minggu ke dua. Sangat hebat, pasti setelah Layla bersih mas Rayhan langsung tancap ya?" Tanyaku sekalian menjelaskan.

"Duh Ra, Lo ga tau aja gimana dia main? Brutal sekali" ucap Layla.

Aku terkekeh. Mau bagaimanapun itu tetaplah aib tersendiri untuk mereka.

"Haha, semoga ponakan Onty sehat sampai lahir ya? Oh ya jangan lupa ntar kalo melahirkan telepon Onty, oke?" Ucapku mengelus perut datar Layla.

"Mana bisa pegang ponsel Onty? Onty eror dah lama ga ketemu sama om Zayyan pasti?" Ucap mas Rayhan menirukan suara anak kecil.

Aku terkekeh. Tetapi tiba-tiba suasana kembali canggung kala seorang lelaki berjas putih dengan tubuh tinggi memasuki ruangan ku.

"Gimana Onty Haura? Sudah?" Tanyanya.

"Seharusnya dokter Zidan mengetuk pintu dulu baru masuk!" Ucapku bersungut-sungut.

"Ra, dia siapa?" Tanya mas Rayhan dan Layla bersamaan.

"Mas Rayhan dan Layla lupa ya? Dia ini Zidan teman satu sekolah kita dulu yang mulutnya kaya cewe" jelas ku.

"Heh Zidan si mulut lemes itu ya? Woi lah kamvret, dah lama kita tak jumpa" ucap mas Rayhan memeluk Zidan ala lelaki.

"Anda siapa?" Ucap Zidan dengan polos.

"Lah elo, masa Lo lupa sama gue? Gue Rayhan cuih" ucap mas Rayhan.

"Pura-pura amnesia ente!" Ucap Layla.

"Dia memang sedikit miring otaknya, sama apa kayak Lo la dia memang amnesia. Kata bokap nya" ucapku.

Mas Rayhan dan Layla hanya mengganguk saja.

***

Vote+komen yahh hihi

[✓] HAZA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang