Bagian 12

112 5 0
                                    

Jodohku Teman Sekolahku
Bab 12. Antara Hidup dan Mati

Aku terisak lirih di atas sajadah setelah sholat tahajjud, aku menangis sejadi-jadinya meskipun lirih. Hatiku serasa hancur mendengar kabar bahwa Zayyan termasuk dalam kecelakaan beruntun itu.

Setelah dirasa cukup menangis aku langsung meraih Al Qur'an guna memenangkan hati yang saat ini sedang rapuh. Ayah dan bunda tidak mengetahui jika aku sedang rapuh kali ini.

Kemungkinan pagi ini aku akan menjelaskan pada ayah dan bunda, sebab mungkin keduanya akan menanyai kenapa mataku sembab.

Untung saja hari ini aku tidak ada jadwal di klinik sehingga aku bisa datang ke rumah sakit tempat Zayyan dirawat.

***

Dengan abaya hitam, jilbab warna krem serta cadar yang senada dengan jilbab aku menuruni tangga untuk sarapan. Pagi ini sudah pukul 07.00, jadi kemungkinan aku akan langsung menjenguk Zayyan.

Tapi sebelumnya aku akan ke rumah mas Rayhan dan Layla dulu, untung mereka hari tidak sedang dinas jadi aku bisa mengajak mereka menemaniku.

"Loh Haura, tumben kamu pagi ini sudah rapi saja? Bukannya kamu hari ini sedang cuti?" Tanya bunda menyiapkan nasi.

"Eum ...." Aku masih menggantung ucapan. Tangisanku sudah berada di tenggorokan tapi sebisa mungkin aku akan menahannya.

"Sayang, mata kamu merah dan sembab apa kamu habis menangis? Hm" tanya ayah.

Skak mat!

Ayah langsung mengenaliku dengan mata dan sembab di wajahku. Meskipun aku bercadar ayah sudah tau persis.

"Hey Haura, cerita sama ayah dan bunda kalau ada masalah, jangan di pendam sendiri" ucap bunda duduk.

Aku tersenyum dibalik cadar dan menguatkan mental untuk menceritakan yang sesungguhnya.

"Temanku ada yang kecelakaan ayah, bunda. Aku sedih jadinya aku menangis sejadi-jadinya saat tahajjud tadi" ucapku sedikit alibi.

Tidak salah sih sebenarnya memang apa adanya, aku dan Zayyan saat ini masih terjalin hubungan teman tidak lebih.

"Allah, apa kejadian kecelakaan tadi malam?" Tanya ayah.

Aku hanya mengganguk.

***

Aku saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit bersama mas Rayhan dan Layla. aku menaiki mobil mas Rayhan sebab aku ke rumah mas Rayhan menggunakan motor.

"Haura, Lo yang kuat ya? Gue yakin Zayyan baik-baik aja" ucap Layla menenangkan ku.

"Ra, mas yakin kalau Zayyan itu lelaki kuat dan mas yakin Zayyan akan bertahan untukmu. Bukannya dia sudah berjanji untuk menikahi mu, kan?" Ucap mas Rayhan.

"A-aku ga ngerti sekarang harus gimana...," Lirihku.

"Pokoknya Lo harus terus berdoa yang terbaik buat Zayyan" ucap Layla.

Aku terus berdzikir didalam mobil untuk terus mengingat Allah. Apapun yang terjadi itu semua adalah kehendak Allah, tiada yang tau takdir kecuali Allah, sang pemilik hati.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan aku, mas Rayhan dan Layla sudah sampai di rumah sakit Medika Jaya. Aku berkali-kali kecil di rumah sakit itu dan langsung menuju kasir rumah sakit.

"Onty Haura, ada apa ya?" Tanya perawat itu.

"Suster pasien atas nama Razeidan Al-Zayyan, ada ruang mana?" Tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

"Sebentar ya Onty" ucap perawat itu.

"Ra, sabar kamu yang kuat ya?" Ucap mas Rayhan.

"Ada di ruang ICU, Onty" ucap perawat itu.

Aku berlari sekencang mungkin untuk sampai di ruangan yang disebutkan. Sepertinya mas Rayhan dan Layla tetap berlari-lari kecil karena memang aku menyarankan Layla untuk tidak sering berlari.

"Eum assalammualaikum" ucapku.

Orang tua Zayyan langsung menoleh ke arahku.

"Waalaikumussalam" jawab keduanya.

"Kamu pasti wanita pilihan Zayyan ya?" Ucap wanita bercadar.

"I-iya" jawabku.

"Tante bagaimana keadaan Zayyan?" Tanyaku menghampiri beliau.

Yang diketahui ibu Zayyan itu langsung memelukku.

"Zayyan koma, dirinya terkena luka serius di kepalanya" ucap ayah Zayyan.

***

Janlup vote dan komen yaa guyss
Target 60?
Vote+komen, bisa?

[✓] HAZA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang