Bagian 38

79 3 0
                                    

Hai hai
Pagi-pagi begini yang mulai panas, aku update

Aku tau kok pasti kalian pada sekolah kan? Fokus aja dulu sekolahnya, bacanya nanti ajaa

***

Happy Reading!

👑👑👑

Jodohku Teman Sekolahku
Bab 38. Zayyan (Positif)

Pagi hari, dikediaman orang tua Zayyan, ya Zayyan menginap di rumah orang tuanya karena memang sedang merajuk. Jangan heran, entah kenapa akhir-akhir ini Zayyan menjadi seorang yang baperan.

Setelah selesai sholat subuh tadi Zayyan memutuskan untuk membaca Al-Qur'an di balkon kamarnya. Ia melihat ponselnya, banyak sekali pesan dan puluhan telpon dari istrinya.

Saat sedang menikmati sunrise pagi ini, tiba-tiba perut Zayyan bergejolak seperti akan ada yang keluar. Lelaki itu berlari menuju kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya.

Sedangkan di lantai bawah, Abi dan Ummi menunggu Zayyan turun untuk sarapan. Namun putra mereka tak kunjung datang.

"Kenapa Zayyan nggak turun-turun ya, Bi?" Tanya ummi pada Abi.

"Abi nggak tau juga, nggak biasanya Zayyan kalau merajuk seperti itu" sahut sang Abi menyeruput tehnya.

"Apa ummi harus naik ya, bi?" Tanya ummi meminta persetujuan dari sang suami.

"Naik aja, mi. Mungkin dia masih baca Al-Qur'an, toh ummi tau sendiri kalau Zayyan sedang merajuk seperti itu,"

Sesampainya di depan kamar putranya, ummi mengetuk pintu kamar Zayyan. Namun, tak ada sahutan dari dalam.

Hingga akhirnya ummi memasuki kamar Zayyan dengan pelan-pelan untung saja kamarnya tidak dikunci.

Saat masuk, umi melirik ke arah balkon kamar Zayyan. Kosong.

"Kemana Zayyan?" Gumam umi.

Tak lama setelah itu, Zayyan keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lemah. Umi menghampiri putranya.

"Kamu kenapa Zay? Kok wajah kamu pucat?" Tanya ummi mendekati putranya bingung.

"Aku nggak tau umm- hemphh ..." Zayyan kembali berlari ke arah kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya.

***

Disisi lain, Haura dan Kayla sedang menikmati sarapan mereka dengan sangat damai.

"Nggak diangkat, hm?" Tanya Layla melihat Haura sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Belum" sahut Haura frustasi.

"Ke rumah orang tuanya mungkin," ucap Layla.

"Ngapain dia ke rumahnya?" Tanya Haura lemas.

"Merajuk dia, susulin gih" sahut Layla.

"Temenin ya?" Pinta Haura dengan puppy eyes yang sangat imut.

"Heh, nggak mau ah! Sana kamu sendirian aja" sahut Layla selesai dengan makanannya.

"Ayo dong la temenin aku, nanti aku bilangan sama mas Rayhan kalau istrinya kelayapan terus,” ucap Haura mulai mengancam.

“Heh mana ada ish! Iya-iya gue temenin,” sahut Layla kesal dan berlalu menuju kamarnya sedangkan Haura hanya terkekeh.

Sedangkan disisi lain, di kediaman keluarga Ar-Rasyid Zayyan sibuk bolak balik kamar mandi hanya ingin mengeluarkan isi perutnya. Abi dan ummi nya heran, Zayyan sakit? Tapi suhu tubuhnya tidak panas.

"Ini minum dulu," ucap sang ummi memberikan segelas air putih.

Zayyan meneguknya hingga kandas.

"Makan dulu zay, dari tadi kamu belum makan malah muntah-muntah terus" ucap Ummi menyodorkan piring berisi lauk dan pauk.

Zayyan menatap piring itu tak selera.

"Nggak napsu," sahut Zayyan.

"Kamu harus makan zay--"

"Assalammualaikum, Abi, ummi!"

Suara salam membuyarkan ucapan ummi yang akan mengomeli Putranya. Abi yang paham dengan istrinya pun bangkit dan membuka pintu.

"Waalaikumussalam menantu Abi, eh sama istrinya abdi negara. Masuk-masuk," ucap Abi tersenyum hangat mempersilakan menantu dan saudara Haura.

"Zayyan ada disini nggak, bi?" Tanya Haura.

"Ada. Dari tadi malam Zayyan menginap disini, dilihat-lihat dia kesini kaya marah gitu. Kamu tau penyebabnya?" Tanya Abi membuat Haura menghela nafas.

"Cuma salah faham, itu bi" sahut Haura. Haura pun menceritakan kronologisnya kepada Abi.

Abi, Haura dan Layla menuju dapur. Haura bisa melihat wajah suaminya yang pucat.

"Ya ampun by, kamu kok pucet gitu sih?!" Pekik Haura mendekati suaminya.

"Ga tau!" Ketus Zayyan.

"Entah ummi nggak tau Zayyan kenapa, kaya orang hamil aja dia muntah-muntah terus dari tadi dan nggak napsu makan. Kaya orang hami muda kan, Ra?" Ummi menjelaskan kegiatan Zayyan pagi ini.

"Hamil?" Gumam Haura menatap Layla. Sementara Layla mengedikkan bahunya.

"Tapi Tante__"

"Panggil ummi saja, Nak Layla" sahut ummi tersenyum.

Layla mengganguk. "I-iya, ummi?"

"Tapi waktu Layla awal-awal hamil, ya Layla sendiri yang mual-mual gitu mi. Mas Rayhan mah biasa-biasa aja," ucap Layla.

Haura memincingkan matanya menatap Zayyan, sementara Zayyan diam dan berpikir.

"Sebenarnya nggak cuma perempuan yang bisa merasakan awal-awal kehamilan, lelaki pun bisa" ucap Haura setelah meneliti keadaan Zayyan.

Zayyan yang menang sedang sensitif menyahuti.

"Terus suamimu ini hamil, begitu?" Tanya Zayyan.

"Enggaklah by, mungkin aku hamil. Sebentar ini tanggal berapa?" Ucap Haura melirik kalender kecil di meja makan.

Haura tersenyum haru dan bahagia, ternyata memang benar dirinya sudah telat satu Minggu. Ini awal yang indah, suaminya yang merasakan morning skines.

"Gimana, Ra?" Tanya Layla.

"Aku telat satu Minggu, tapi ma sya Allah kayaknya aku memang hamil" sahut Haura bahagia berlalu memeluk suaminya.

Abi, ummi, dan Layla tersenyum ikut bahagia.

Sementara Haura memeluk sangat erat sang suami, begitu juga Zayyan tersenyum bahagia. Inilah hasil kerja keras mereka saat di Mesir ternyata membuahkan hasil.

Lelaki itu menciumi puncak kepala sang istri dan mengusap perut datar istrinya.

"Ternyata begini rasanya orang hamil ya, Honey?" Tanya Zayyan membuat Haura terkekeh.

"Aku nggak ngerti by, soalnya kamu yang ngalamin awal-awal kehamilan," sahut Haura.

“Tapi yang hamil, kamu kan?”

“Ya iyalah Zayyan, sejak kapan laki-laki bisa hamil?!” bukan, bukan Haura yang menjawab tetapi Layla.

***

Momen yang mungkin kalian tunggu? Atau enggak?

Aku akan update lagi bulan depan, see you!

[✓] HAZA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang