Bagian 14

107 7 0
                                    

Haii, assalammualaikum hihi
Semoga kalian selalu sehat yaa?

***

Happy Reading 🎉

Jodohku Teman Sekolahku
Bab 14. Bidadari Ku Menangis (POV Zayyan)

Disaat aku masih menutup mata aku seperti merasakan seseorang menyentuh tanganku. Dan seorang itu membaca Al Qur'an di samping brankar ku.

Tiba-tiba saja aku mempunyai semangat untuk hidup kembali, mataku sulit ku buka tetapi tanganku mau kerjasama. Tanganku bergerak begitu saja dan yah akhirnya aku bisa membuka mata kali ini.

Ku lihat dihadapan ku kali ini adalah seseorang yang sedang memeriksa ku dengan berbagai alat medis.

Aku saat ini masih linglung sebenarnya aku ada dimana? Kenapa ruangan ini begitu pengap.

"Alhamdulillah ya Zayyan, akhirnya kamu sadar juga dan kondisi kamu saat ini sudah melewati masa kritis. Awalnya saya memprediksi bahwa 85% kamu tidak bisa selamat mengingat benturan di kepalamu keras. Allah tau yang terbaik untuk hambanya"

"Kalau begitu kami pamit dulu ya, Zay? Mungkin kami akan memindahkan kamu besok, soalnya ini sudah sore. Kalau begitu saya keluar dulu" ucap dokter dihadapan ku.

Apa? Aku tidak mengingat apa-apa, memangnya ada apa sehingga aku bisa dimasukkan ke dalam ruangan ini.

Sejenak aku berpikir, cukup lama aku berpikir tetapi ketika aku sedang berpikir kedua orang tuaku masuk ke dalam ruangan ini.

Mata mereka sembab, akibat menangis dan aku baru ingat sekarang malam ini aku terlibat dalam kecelakaan beruntun. Kepalaku membentur stir mobil hingga mengeluarkan darah berarti itu artinya benturan itu sangat keras.

"Hiks hiks anak Ummi akhirnya sudah sadar, ummi khawatir sama kamu nak. Ummi, ummi sudah melihat pilihan kamu Zay" ucap ummi ku sesenggukan.

"Zayyan Abi, sangat bersyukur ternyata Allah mengabulkan doa kami dan akhirnya perlahan doa kami diijabah oleh Allah" ucap Abi dengan mata merah, aku tau dirinya menahan tangis.

Aku tersenyum dibalik masker oksigen ku, tersenyum kecil bahkan mungkin ummi dan Abi tak bisa melihatnya karena terhalang oleh masker oksigen.

***

Keesokan harinya aku sudah di pindahkan ke ruang rawat, VVIP. Abi dan ummi menginginkan aku ditempatkan di tempat terbaik. Jadinya mereka berdua memilih kamar VVIP.

Aku saat ini sedang sarapan dengan disuapi dengan ummi, beliau sangat telaten menyuapiku.

Wanita yang saat ini masih awet muda, bahkan kerutan halus pun tak bisa dilihat.

"Ummi, sudah" ucapku singkat.

"Kamu makannya kok cuma sedikit sih zay? Pokoknya kamu harus makan yang banyak" ucap ummi.

"Ummi lupa? Waktu itu ummi melarang Zayyan untuk makan tidak terlalu kenyang itu kata Rasulullah, kan?" Ucapku.

Ummi terdiam.

"Ya sudah, ini kamu harus minum obat" ucap beliau.

Hingga pukul 09.00, seorang yang aku tunggu-tunggu tidak datang-datang? Apakah dia terlalu sibuk sehingga tak menyempatkan diri untuk menjengukku.

Allah.

Seharusnya aku tidak boleh terlalu berharap pada mahluk, Haura punya kesibukannya sendiri. Aku harus berjuang hingga pulih, kata dokter aku masih lama dirawat karena aku masih suka mengeluh pusing di kepala.

Tapi tiba-tiba masuklah seorang wanita ber gamis Lilac dengan jilbab serta cadar yang senada. Matanya merah karena kebanyakan menangis, sepertinya.

Dia Haura, matanya membengkak dirinya menghampiri ku di dekat brankar. Isakannya mampu kudengar dengan jelas.

"Hey, kenapa menangis? Hm" ucapku dengan lemah.

"Zayyan aku, aku senang sekali kamu bisa sadar kembali. Aku selalu berdoa agar kamu bisa segera sadar dan benar Allah mengabulkan doaku Zay" ucapnya dengan bergetar.

"Jangan menangis seperti itu Haura, kita belum halal dan aku belum bisa mengusap air matamu yang menetes itu" ucapku dengan lemah karena memang aku masih sedikit lemas.

"Zayyan kamu harus tepati janji kamu!" Ucapnya cepat.

Aku terkekeh.

"Iya, nanti setelah keluar dari rumah sakit aku akan segera mengkhitbah kamu ya? Jangan menangis lagi" ucapku tersenyum tipis.

***

Voting!!
Voting!!
Yang ngga voting pantatnya kelap-kelip-!!

Spam emoticon 🐼🐼🐼🐼🐼

[✓] HAZA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang