Bagian 11

114 5 0
                                    

Jodohku Teman Sekolahku
Bab 11. Kejadian yang Mengejutkan

Setelah selesai dengan urusan klinik pada malam ini aku langsung pulang ke rumah karena rasanya sudah sangat lelah. Huft tiba-tiba pengen cepet nikah aja biar ada yang menyemangati.

Setelah sampai di rumah aku langsung membersihkan diri dan menjalankan ibadah kepada sang Rabb. Berkeluh kesah terhadapnya adalah pilihanku saat ini, aku membutuhkan petunjuk dari sang khalik untuk menemukan hilal sesungguhnya.

Setelah selesai beribadah aku langsung turun ke bawah untuk makan malam bersama ayah dan bunda. Meski keduanya sudah tua dan termakan usia ayah dan bunda selalu akur.

"Selamat malam ayah, bunda!" Sapa ku pada keduanya.

"Malam sayang" sapa mereka bersama.

"Gimana hari ini? Hm" tanya ayah.

"Hari ini cukup melelahkan karena memang aku pulangnya malam, hehe" ucapku sedikit mencairkan suasana.

"Ish kamu ini Ra, memang benar sih kamu pulang malam" ucap bunda.

"Iya" jawabku tersenyum tipis.

"Eh si Layla udah ngisi loh Ra, kamu udah tau belum?" Ucap ayah.

"Oh soal Layla hamil? Udah tau aku yah, soalnya aku langsung yang meriksa dia" ucapku setelah meneguk air minum.

"Eum. Omong-omong kamu kapan mau menemui hilal? Sudah dua bulan kamu bekerja dan sudah saatnya kamu seperti Rayhan" ucap ayah.

Aku terdiam, aku juga sama yah masih menunggu hilal sesungguhnya. Orang yang selama ini aku inginkan belum ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa dirinya akan menjadi hilal ku.

"Ra?" Ucapan bunda membuyarkan lamunanku.

"I-iya bunda? Ada apa?" Jawabku reflek.

Ayah dan bunda geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Kami sekeluarga memutuskan untuk diam guna menyelesaikan makan malam ini.

Aku jadi kepikiran sama Zayyan, aku jadi rindu pada Zayyan.

Allah.

Aku rindu salah satu hamba mu dan tolong jaga kan dia untukku ya Rabb ....

Tok tok tok

Ketukan pintu kamar membuyarkan lamunanku terhadap Zayyan yang entah sekarang bagaimana kabarnya.

Gegas ku bangkit dan membuka kenop pintu dengan perlahan. Ternyata bunda yang mengetuk pintuku.

Tumben sekali bunda malam-malam lengkap dengan gamis, jilbab serta cadarnya. Biasanya bunda akan memakai daster yang katanya jauh lebih nyaman.

Kata bunda aku akan merasakan betapa nikmatnya memakai daster saat sudah menikah nanti.

"Bunda ada apa?" Tanyaku.

Bunda langsung masuk saja ke kamarku dan mengajakku duduk di atas ranjang. Sepertinya ada kabar yang membuat bunda sedikit bahagia? Ah aku susah menggambarkan eskpresi bunda.

"Haura, bunda sebenarnya tidak percaya tetapi kamu tetap harus turun kebawah lengkap dengan gamis, jilbab serta cadar ya?" Ucap bunda antusias.

"Bunda, why? Haura ga paham" ucapku bingung.

"Dibawah ada seorang lelaki yang ingin mengkhitbah mu nak! Jadi bersiaplah" ucap bunda.

Hah? Apa? Ada yang ingin mengkhitbah ku? Apa dia Zayyan, ah sebaiknya aku segera bersiap.

***

Betapa terkejutnya aku kala sudah turun di lantai bawah lebih tepatnya di ruang tamu.

Zidan datang bersama dengan orang tuanya yang tak lain adalah dokter Farhan dan dokter Jihan. Ku kira yang datang adalah Zayyan, eh malah si Zidan mulut lemes.

Aku merenggut kesal didalam cadar, rasanya ingin ngamuk saja. Tapi aku sadar disini ada kepala tempat aku bekerja.

"Jadi dokter Farhan kemari untuk menyampaikan niat baik anaknya Haura, ayah tau pasti kamu kenal kan dengan dokter Zidan?" Ucap ayah dan tentu aku mengganguk.

"Haura meski aku tidak mengenal kamu di masa lalu, tapi aku langsung suka padamu? Apa kamu mau menikah denganku?" Ucap Zidan.

Elah nih bocah dengan mudah ia minta aku? Aish hatiku sudah berlabuh dihari Zayyan. Tak ada yang bisa mengambilnya.

"Onty Haura, kalau misalkan Onty menolak pinangan Zidan tak masalah bagi saya. Sebab saya disini akan mengalah jikalau memang tak ditakdirkan" ucap dokter Farhan.

Duh dilema aku.

"Nak Haura, saya tidak memaksa. Kalau nak Haura menerima tetapi di lubuk hati terdalam nak Haura tak suka atau tak cinta sebaiknya ikuti kata hati nak Haura" ucap dokter Jihan.

Aish. Suami istri sama saja membuatku tak enak. Mau menerima ada hati yang aku tunggu ditolak tak enak dengan dokter Farhan dan dokter Jihan.

Dengan selembut mungkin aku menolak lamaran dari Zidan.

"Bagaimanapun Haura jauh lebih berhak atas keputusan ini dokter" ucap ayah.

"Maaf dokter Farhan dan dokter Jihan, dengan rasa tak enak saya menolak lamaran dari dokter Zidan. Maaf sekali, ada seseorang yang sedang saya tunggu dan itu bukan dokter Zidan" ucapku tersenyum dan secara lembut.

***

Setelah dikejutkan dengan kejadian tak terduga tadi malam pagi ini aku juga dikejutkan oleh berita dari televisi dan juga kabar dari mas Rayhan.

Seketika air mataku jatuh begitu saja, ada kecelakaan beruntun tadi malam. Dan kalian tau yang mengalami cedera paling parah? Ya dia lelaki yang selama ini aku tunggu.

Allah.

Kuatkan hati ku.

Apapun yang terjadi itu semua atas kehendak mu ya Rabb.

Menangis dalam diam adalah caraku saat ini.

Dan nanti siang aku akan ke rumah sakit tempat dimana Zayyan dirawat.

"Zayyan, aku kangen kamu tapi kamu lebih memilih .... Ya Rabb, kuatkan hatiku" lirihku dengan suara bergetar.

***

Next??
Janlup vote yaa guyss

[✓] HAZA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang