Forty-Four

580 42 8
                                    

Indonesia, pukul 20.00

Hari sudah malam. Posisi mentari sudah digantikan oleh sang rembulan. Dengan kedatangan sang rembulan diikuti beribu ribu pasukan bintang untuk menghiasi langit malam yang begitu menyeramkan. Kalau kata gemma, malam itu menyeramkan. Rembulan dan bintang hanya sebagai penghias saja agar langit malam terlihat begitu indah. Keindahan itu membuat orang orang tak lagi menganggap bahwa malam itu menyeramkan.

Kini, sesuai janjinya jemma akan menemani adiknya untuk melihat bintang. Mereka akan mengulang kembali kebiasaan mereka saat kecil dulu. Melihat bintang hingga larut malam dan disambut oleh omelan ruby. Mengingat itu membuat jemma tertawa sendiri terkadang.

Saat ini keduanya sedang berada di rooftop mansion. Tempat biasa mereka melihat bintang dahulu. Gemma duduk si salah satu sofa yang disediakan di rooftop ini. Disebelahnya terdapat jemma yang sedang menatap langit dengan tatapan kagum.

"Lihat gemma! Bintang itu yang paling terang sinarnya" ujar jemma menunjuk ke arah salah satu bintang menggunakan garpu yang ia pegang. Sontak gemma pun menoleh

"Benar. Indah sekali ya? " ujar gemma. Jemma pun mengangguk dengan antusias.

Ini lah yang gemma inginkan. Menikmati setiap hal yang sering ia lakukan bersama kakaknya saat masih kecil dulu. Rasanya gemma ingin mengulang semua yang pernah ia lakukan saat kecil, tapi gemma cukup sadar diri. Waktunya hanya sebentar, ntah hitungan minggu atau hari. Bahkan mungkin dalam hitungan menit lagi ia bertahan.

"Kak.. Terima kasih sudah menjadi kakak bagiku. Maaf, aku belum bisa menjadi seorang adik yang baik untukmu. Terima kasih sudah menjadi saudara kembarku. Menjadi adikmu adalah hal terbaik di hidupku" ujar gemma. Tatapannya fokus ke depan, namun tatapannya begitu sayu. Jemma yang mendengar ucapan adiknya sontak menatap adiknya

"Sama sama. Harusnya aku yang berbicara begitu. Selama ini aku selalu membebani dirimu, gemma. Andai aku tak lemah pasti aku akan melindungi mu sejak kecil.. Bukan malah sebaliknya" ujar jemma. Gemma menoleh menatap dirinya

"Tidak. Itu tugasku, kau juga sudah menjagaku sekarang. Jangan pernah mengatakan jika dirimu lemah. Kau orang paling kuat yang pernah aku temui" lirih gemma. Jemma tersenyum dan mendekatkan dirinya pada gemma. Jemma merangkul adiknya

"Terus bersama ku, ya? Jangan tinggalkan diriku. Kau ingatkan janji kita dulu? Kita harus menikah dihari yang sama dan membuat keluarga kecil yang bahagia bersama pasangan kita. Itu harus diwujudkan gemma" ujar jemma. Gemma mengangguk

"Aku janji akan terus bersama mu. Ingat, aku akan selalu ada di sisimu. Aku akan selalu menghiburmu, tak akan ku biarkan kau merasa kesepian kak" lirih gemma. Jemma tersenyum

"Janji? "

"Janji."

Jemma tersenyum dan memeluk adiknya itu. Saat ia melepaskan pelukannya, gemma menyenderkan kepalanya ke bahu sang kakak. Saat gemma menyandarkan kepalanya jemma mengambil selimut yang ia bawa dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Ia menatap gemma yang ada disisi Nya.

Ia berterima kasih kepada tuhan karna memberinya keluarga bahagia seperti ini dan sosok adik yang kuat seperti gemma. Ia merasa bahwa dirinya orang paling beruntung di dunia ini.

Gemma, gadis itu menyenderkan kepalanya ke bahu kakaknya. Ia sudah merasa jika tubuhnya semakin lesu dan melemah. Rasanya tubuh nya kehilangan semua tenaga. Gemma merasa matanya yang begitu berat untuk tetap terbuka. Tatapannya sayu, perlahan mata indah itu tertutup. Gemma tak kuat menahan kantuknya, ia tertidur dengan bersandar di bahu kakaknya dan tubuhnya berada di dekapan jemma.

"Hei? Kau tertidur gemma? Astaga.. Kau bilang ingin melihat bintang hingga larut malam. Tapi kenapa kau tidur? Hei" ujar jemma. Namun gemma tak merespon sama sekali. Mungkin tidurnya terlalu nyenyak, pikir jemma.

Jemma merengkuh tubuh adiknya untuk semakin dekat dengan tubuhnya. Itu ia lakukan agar lebih leluasa memeluk gemma. Gemma tak memberi respon karna terlalu nyenyak tidurnya(?).

"Aku menyayangimu, adikku" lirih jemma.

Angin malam berhembusan dengan lembut. Jemma merasakan dingin menyapa kulitnya. Jemma sudah merasa kedinginan. Ia harus mengajak gemma masuk daripada mereka sakit, lagipula kondisi gemma belum terlalu pulih.

"Gemma.. Ayo kita masuk. Disini dingin" ujar jemma menepuk nepuk pelan pipi gemma. Tak ada respon.

Jemma tak sadar jika tubuh adiknya begitu dingin. Bahkan adiknya tak ada pergerakan sedari tadi. Jemma mengubah posisi gemma yang awalnya duduk menjadi berbaring. Kepala gemma ia letakkan dipangkuannya. Jemma menyadari sesuatu sekarang, ia tak merasakan gemma bernapas.

"Gemma? Bangun. Jangan bercanda gini! Gemma!! " jemma menepuk nepuk pelan wajah gemma yang kini berada di pangkuannya. Matanya mulai berkaca kaca. Jemma menggoyangkan bahu adiknya itu

"Gemma.. Bangun, jangan membuatku khawatir! " ujar jemma. Ia masih berusaha membangunkan gemma berharap ada respon yang diberikan, namun naas harapannya tidak terjadi. Jemma memeluk tubuh gemma dan membawa tubuh gemma kedekapannya, jemma menangis.

"Hiks.. Bangun gemma" lirih jemma.

Dadanya semakin sesak ketika mengetahui jika adiknya sudah tidak bernapas lagi. Gemma tiada, tiada dipelukannya. Gemma menghembuskan nafas terakhirnya di dekapan sang kakak. Gadis itu kini telah pergi, pergi dan tak akan kembali lagi.

Jemma menaikkan kedua sudut bibirnya, ia tersenyum. Gemma sudah sembuh, dia tidak merasakan pusing lagi sekarang. Leukimia nya sembuh, tapi gemma harus pergi. Gemma kembali ke sang Pencipta. Tugasnya sudah selesai. Jemma mengecup kening gemma yang ada di dekapannya.

"Terima kasih sudah bertahan.. Semoga kau tenang disana, gemma"

Tbc

Huh.. Dikit lagi menuju end!! Ayo semangat!!

Maaf ga mengandung kesan bawang. Soalnya el ga pinter nulis yang sedih sedih ಥ_ಥ

Jangan lupa vote and share ya. Ramein juga cerita baru el!

See you

My crazy twins{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang