Forty-seven

565 38 11
                                    

Kanada, pukul 08.03

Jemma mengusap batu nisan yang kini tertera nama adiknya. Matanya menelisik ke gundukan tanah dimana didalam sana terdapat tubuh adiknya. Jemma berpikir, apa ia akan seperti ini juga nanti?. Kalau iya, ia ingin dimakamkan di sebelah makam gemma. Dengan begitu ia akan menemani gemma yang tak suka sendirian. Tapi itu tergantung takdir, jika Tuhan mengirimkan seorang pendonor maka ia tak akan menyusul adiknya.

Awan mendung dengan gerimis yang turun menambah kesan sedih disini. Lihatlah betapa dunia begitu menyayangi adiknya sehingga ikut menangis hari ini. Banyak yang menyayangi gemma, begitupula dirinya. Tak ayal banyak yang kehilangan sosok gadis yang begitu nakal ini.

"Jemma, ayo pulang. Ini sudah gerimis, jika kita berlama lama disini bisa bisa gerimis ini menjadi hujan deras" ujar arsen. Pria itu mengelus telapak tangan jemma. Jemma menatap arsen

"Baik.. Ayo" ujar jemma. Arsen mengangguk dan berdiri diikuti jemma dan Arjuna. Arsen dan Arjuna berjalan mendahului jemma, sedangkan gadis itu menatap gundukan tanah tempat gemma berada.

"Aku pulang, sampai jumpa gemma" lirih jemma. Ia tersenyum dan melangkahkan kakinya untuk pergi. Namun sebuah kalimat ia dengar membuat ia menghentikan kalimatnya

" jaga dirimu. Aku selalu disisimu, kak"

Ntah jemma sedang berhalusinasi atau apa tapi ia mendengar suara gemma. Sontak ia melirik sekeliling, namun tak ada siapapun. Ia yakin, itu suara gemma.

"Jemma, ayo! " teriak arsen dari kejauhan membuat jemma tersentak dan mengangguk. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya menghampiri arsen.

"Acen, aku mendengar suara gemma.. "

"Yang benar saja jemma? Gemma sudah tiada. Bagaimana ia berbicara? Kau pasti berhalusinasi karna lelah" ujar arsen. Jemma tertegun, ucapan arsen memang ada benarnya.

"K-kau benar. Ayo kita pulang" ajak jemma. Arsen pun mengangguk dan menaiki motornya diikuti jemma.

Motor arsen dan Arjuna meninggalkan area pemakaman. Mereka harus sampai dirumah sebelum gerimis ini berubah menjadi hujan.

***

Di mansion

Kini jemma sudah sampai di kediamannya. Arsen langsung pulang setelah mengantarnya tadi begitupula dengan Arjuna. Jemma berjalan untuk masuk ke dalam kediamannya.

Cklek

Saat pintu terbuka bisa jemma rasakan suasana yang berbeda. Biasanya akan ada gemma yang menyambutnya atau ia akan masuk bersama gemma. Namun sekarang itu tak akan terjadi lagi karna gemma sudah pergi untuk selama lamanya. Ia hanya sendiri sekarang.

"Jemma, baru pulang? Gantilah bajumu" suara Theo membuat jemma menatap sepupunya yang berdiri di tangga. Theo menatapnya dan melangkah untuk mendekat ke arahnya. Saat Theo sampai di hadapan jemma, ia menyentuh bahu jemma menggunakan kedua tangannya.

"Kau merasakan suasana yang berbeda ya? " tanya Theo. Jemma mengangguk

"Aku juga. Biasanya akan ada suara gemma, tapi sekarang itu tidak ada lagi. Sudahlah, gemma tak menyukai kita seperti ini" ujar Theo. Jemma tersenyum dan mengangguk

"Pergilah.ganti bajumu"

Jemma langsung pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Saat ia menuju kamarnya ia melewati kamar gemma. Ia berhenti didepan pintu kamar gemma. Pintu berwarna hitam itu dulunya dihuni oleh adiknya namun sekarang itu kosong. Jemma menatap ke arah pintu itu dan ia menghela nafas. Ia tak boleh terlalu mengingat gemma, ia harus ikhlas. Akhirnya jemma melanjutkan perjalanan menuju kamarnya.

Saat sampai dikamarnya jemma langsung berganti pakaian. Saat sudah berganti pakaian jemma duduk di sofa yang ada di kamarnya. Namun tiba tiba ia merasakan sakit yang luar biasa diarea dadanya

"Awh!! Sakit.. " rintihan jemma mulai terdengar. Dada nya sangat sakit, lebih sakit dari sebelumnya. Ia yakin, ini pasti karna jantungnya.

"Theo!! T-tolong!! "

Jemma berteriak memanggil Theo. Tak lama sepupunya datang dan melihat jemma yang merintih diatas lantai sembari memegangi area dadanya. Dengan cepat Theo mendekati jemma

"K-kau kenapa? " tanya Theo

"Antar aku ke rumah sakit.. Kumohon" ujar jemma.

Theo mengangguk dan membantu jemma berdiri dan membopong tubuh jemma menuju mobil. Ia akan mengantarkan jemma kerumah sakit. Jujur, Theo bingung kenapa jemma tiba tiba merintih seperti itu dan lagi, ia memegangi area dadanya. Lebih tepatnya di area jantung. Apa jemma menyembunyikan sesuatu yang berbahaya?!. Pikir Theo, namun semoga saja tidak.

TBC

Hehe.. Sorry baru up :)

Jujur, mulai dari sini udah ketebak kan endingnya kayak gimana? :v

Jangan lupa vote and share ya

Sorry cerita ini gak mengandung bawang sama sekali.

Terima kasih. Babay~

My crazy twins{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang