"Namjoonieee......"
"Sayang?"
"Sayang, kamu kenapa?" Suara parau khas bangun tidur itu mengeras saat isak pelan terdengar lirih memanggil namanya di ujung sambungan.
"We need to talk...."
"Sayang, kamu dimana?"
"Namjoonieee........aku...."
"Aku ga bisa nerusin hubungan kita lagi....." Isak tangis itu kembali terdengar.
"Sayang...jangan becanda dong...."
"Kamu dimana? Aku kesana sekarang"Hening.
Namjoon masih menatap lekat pemuda yang duduk tertunduk di hadapannya.
Mencerna kalimat yang kembali terucap sama persis beberapa menit lalu di ponselnya.Tubuh yang masih berbalut kaus putih dan celana pendek itu berputar 90 derajat di bangku kemudinya.
Degup jantung tak karuan mengais penjelasan yang tak kunjung datang dari bibir bergetar sang kekasih.Berkali-kali jemari itu mendorong kacamata yang melorot saat memanggil namanya.
"Sayang...kamu lagi ngeprank aku kan ini?" Akhirnya kalimat itu meluncur walau hatinya sangsi.
Air mata dan isak tangis yang tak kunjung berhenti tanpa kata-kata itu semakin meyakinkan bahwa sang kekasih tak sedang bercanda.
"Nam......" Seokjin berulang kali mengusap mata dan pipinya.
"Kita putus ya...."
"Aku ga pantes buat kamu..." Ia kembali meringis dan terisak keras.
"Apaan sih?"
"Kamu ngomong apa!? Kamu kenapa, sayang?""Aku salah apa?!"
Mengerutkan dahi bingung dan jengkel, Namjoon menarik jemari yang kembali sibuk mengusap air matanya yang mengalir semakin deras."J-jangan marah...." Seokjin sontak menoleh.
"Jangan marahin aku..." Ia mengerang. Jemari yang digenggam erat itu mengepal."Maaf....maaf aku bukan orang yang tepat buat kamu"
"Kamu berhak dapetin orang lain yang lebih baik, Nam...""Yang lebih deket sama keluarganya....yang ngerti apa itu kasih sayang orang tua"
"Yang ga takut buat terbuka soal masa kecilnya""Aku ga pantes buat kamu......"
"Kita kaya bumi sama langit, Nam....""Kita......"
Pintu sisi kemudi itu didorongnya kasar. Namjoon berjalan cepat lalu membuka pintu di sebelah tubuh yang berjengit kaget beberapa saat lalu.
"Kita apa?" Namjoon berjongkok di sampingnya. Menarik kedua tangan sang kekasih hingga menghadapnya.
"Kita apa, Seokjin?!" Suara tegas itu menggema di lantai dasar parkiran yang sepi.
"Nam......." Seokjin menggeleng dan menatapnya takut.
"Kita bumi sama langit kata kamu?"
"Iya......aku bumi dan kamu langit aku!"
"Kamu sedih gara-gara ayah kamu ga sebaik papa?"
"Kamu marah gara-gara kamu ga pernah ngerasain kasih sayang ayah kamu sebesar Papa nyayangin aku?"
"Maaf, Seokjin......tapi...."
"Salah aku dimana?......"
"Salah kamu dimana sampe kamu bilang kamu ga pantes buat aku?...." Ibu jarinya mengusap lembut pipi sang kekasih.
"Kamu ga bisa milih orang tua mana yang bakal jadi ayah kamu, Jin..."
"Bukan pilihan aku juga kalo Papa yang tadinya ga pernah deket sama aku jadi sesayang ini karena Mama udah ga ada..."
"Itu hadiah terbesar setelah hati aku sakit ditinggal Mama"
DEG
"Proses aku sama Papa deket pun ga sebentar, Seokjin.....butuh waktu lama untuk Papa ngebiasain diri buat deket sama anaknya sendiri..."
"Maaf......maaf banget aku harus nyinggung keluarga kamu, Jin..." Namjoon mengusap wajahnya kasar dan tertunduk.
"Tapi aku sama sekali ga ngeliat semua itu halangan buat hubungan kita....."
"Ayah kamu ngebuang kamu kesini demi istri barunya, trus kenapa?"
"Kamu punya aku disini....pernah ga sih kamu liat itu?!"
"Sekarang kamu punya Papa yang sayang sama kamu udah kaya anaknya sendiri!"
"Can't You see that as a gift? Bukan sebagai pembanding atau tolok ukur sebahagia apa diri kita masing-masing"
"Bahagia aku sekarang ada di kamu, Seokjin....."
Desah keras meluncur seiring bibir melengkungnya. Seokjin menangis dalam bekapan telapak tangannya.
"Maaf.......Namjoonie maaf........"
"Hey......."
"Jangan gini dong sayang....." Kedua bahu Namjoon melemas.
"Kemarin kamu hepi banget....tiba-tiba kamu nelpon aku jam 4 pagi minta putus..." Jemari itu mengusap-usap kepala dan pipinya pelan.
"............"
"Jin......" Bekapan kedua tangan itu ditariknya hati-hati.
"Say something please...."
"Kita baik-baik aja kan?"
"Kita ga putus kan?" Ia berlutut mendekatkan kepalanya."Besok kan kita mau ke Wonderland...."
"Kita seneng-seneng disana...""Yaa?...." Namjoon menangkup kedua pipinya dan menempelkan dahi mereka.
Seokjin tertawa dalam isakannya. Kepalanya mengangguk-angguk kecil.
"Udah ya....jangan nangis lagi..."
"Sakit banget liat kamu kaya gini, sayang...." Ia mengecup kening Seokjin lalu mendekapnya.
Tak menjawab, Seokjin membalas pelukannya erat dan terisak semakin keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Happy Pill
FanfictionLove makes me wanna be a better person [ Teenage angst, addiction, self harm, harsh words ]