45. Guilt

116 12 0
                                    




"Namjoonie?"

Seokjin bangun mencari-cari sosok pemuda yang tak terlihat di kamarnya.

Ia mengerang pelan dan menutup wajahnya setelah membaca pesan tertulis tangan pada secarik kertas di atas meja belajar.




"Jin?"

"Kamu ngapain?" Namjoon berjalan cepat menghampiri sang kekasih yang sabar menunggu di seberang pintu kelasnya.

"Namjoonie....maaf aku ga tau kamu ada kelas pagi hari Sabtu gini..." Ia menarik kedua tangan sang pemuda sambil merengek.

Pemuda berdimple itu tersenyum tipis.

"Tau gitu kamu ga usah jemput aku tadi subuh..." Bibir pink itu mengerucut sedih.

"Jangan marah ya.....ini aku masakin bekal buat makan siang..."

"Kamu pasti ga tidur?"

"Aku bawa kopi juga...."

"Dimakan yaa....aku masak Japchae hehe..."

"Tapi ga tau enak ato ngga, bahan-bahannya bingung nyari dimana" Bibirnya kembali mengerucut.

Namjoon menggenggam tangan yang sibuk mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya.

"Kamu sengaja dateng kesini cuma buat bawain aku bekal?"

Seokjin mengangguk polos.

"Temenin aku makan bentar kalo gitu?" Namjoon memiringkan kepalanya.






"Kemaren clubbing sama siapa?" Disuapnya makanan itu dengan lahap.

"Sendiri..." Seokjin mengusap sudut bibir Namjoon dengan ibu jarinya dan tersenyum.

Namjoon mengangguk-angguk sambil terus menikmati makan siangnya. Sesekali meneguk air minum dari botol yang dibawanya tanpa menoleh.

"Namjoonie?"

"Marah ya?"

"Bahaya kamu tau ga?" Namjoon membuka botol kopinya.

Seokjin tertunduk.

"Kalo kamu kenapa napa gimana?"



"Aku....tiba-tiba kepikiran sesuatu..." Pemuda manis itu melirik pelan.

"Kamu bakal lulus lebih dulu, Namjoonie..."
"Trus aku ngapain setaun lagi disini sendirian...."

Sedikit terkejut, Namjoon menatap mata sang pemuda lekat. Botol berisi kopi itu diletakkannya kembali di atas meja.

Beberapa detik kemudian Seokjin mendengus tersenyum.
"Ngga deh.....gapapa..."

"Aku jadi inget pas kamu ngilang dulu..."
"Kamu nitipin surat ke Jimin nyuru aku belajar yang bener"

"Ternyata aku bisa kok nyanggupin permintaan kamu"

"Lagi sensi aja kali aku...hehe..." Seokjin tersenyum lebar menatap sang pemuda yang masih terpaku dengan ucapannya.

Namjoon berpikir sejenak sebelum memandangi wajah yang sudah tak sepucat beberapa hari lalu, pipinya mulai berisi kembali dan lingkaran hitam di bawah matanya menipis.

"Dulu....."
"Kenapa sih kalian ngebully aku?" Ia bertanya dengan hati-hati.

"Sirik...." Seokjin menjawab tenang.

"Kamu pinter, dipuji guru-guru mulu...tapi yang paling bikin aku pengen ngebully kamu itu karena aku pengen punya orangtua kaya Papa kamu..."

"Aku pernah liat kamu dianter sama Papa...pas kamu udah jalan masuk ke sekolah, Papa masih ngeliatin kamu dari mobil..." Seokjin mendengus tersenyum mengenang.

"Kaya mastiin kamu baik-baik aja baru beliau pergi..."

"Dan aku benci banget tau ada orangtua yang sebaik itu sama anaknya"

"Dan aku juga benci banget sama aku yang dulu..."

"Benci banget sama kelakuan aku yang ngejadiin kamu pelampiasan kemarahan aku sama bokap..."

Namjoon menghela napas panjang dan berusaha tersenyum.

"Terus....yang bikin kamu suka sama aku apa?" Kepalanya dimiringkan dengan seulas senyum manis diantara lesung pipinya.

"Kehilangan kamu...." Seokjin tersenyum pahit.

"Kamu baik banget...sabar..."
"Kamu ngelindungin aku walopun aku udah jahat banget sama kamu"

"Kamu rela nolongin aku walopun kamu harus nerima hukuman" Seokjin menundukkan kepala dengan jemari memilin-milin ujung kemejanya.

"Waktu tau kamu ngilang....aku baru sadar kalo aku kangen kamu...."
"Dan aku janji sama diri aku sendiri buat berubah"

"Buat jadi orang yang lebih baik...."

"Tapi aku gagal...."


"Sayang?" Raut wajah Namjoon berubah khawatir.

"Aku gagal Namjoonie..." Seokjin menegakkan kepalanya, menatap sang kekasih bersamaan dengan air matanya yang mengalir.

"Sayang....sorry...."

"Udah.....udah......aku bikin kamu sedih ya?" Namjoon berpindah duduk ke sebelahnya. Mengusap-usap punggungnya dan merendahkan kepala menatap mata terpejam itu dengan rasa bersalah.

Seokjin menggeleng kuat-kuat. Dengan cepat ia mengusap air matanya dan tersenyum.

"Nam......"

"Jangan benci aku ya...."

Namjoon memiringkan kepalanya singkat. Dahinya berkerut bingung.

"Aku cuma pengen kita bahagia..."
"Ga mau jadi beban kamu terus"

"M-maksud kamu?" Tatapan matanya bergantian antara sang kekasih dan para mahasiswa yang mulai memasuki gedung kampus.

"Ngga....gapapa kok..." Seokjin berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Udah...masuk kelas gih....ntar telah loh...." Ia mengusap punggung sang pemuda dan mendorongnya pelan.

Tak bergerak, Namjoon masih menatap lekat mata berkaca-kaca itu dengan raut wajah bingung.

"Ayooooo.....nanti kamu telat, Namjoonieee..." Seokjin terkekeh pelan.

"K-kita ngobrol lagi nanti ya...."
"Aku ga pulang malem hari ini kok..." Namjoon berdiri bersiap kembali ke kelasnya.

Seokjin hanya mengangguk-angguk. Ia mendorong dan membalikkan tubuh sang pemuda dengan kekehan kecil.



"Seokjin...." Namjoon berbalik setelah beberapa langkah.

"Ya?"


"Aku sayang kamu.....kamu tau itu kan?"

Pemuda manis itu kembali mengangguk. Lagi-lagi kedua matanya berkaca-kaca.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang