43. New Deal

121 15 0
                                        




"Nam?"
"K-kenapa aku disini?!"

"Ssstt....sayang....gapapa..." Namjoon segera menopang tubuhnya yang bangun tiba-tiba.

"Kamu di klinik kedokteran"
"Aku ga bilang apa-apa kok....tenang aja"

Seokjin mendengus lega kemudian melirik tangannya yang telah terpasang infus dan terkekeh pelan.

"Aku bilang sama perawatnya kamu sering telat makan...demam juga" Namjoon tersenyum tipis.

"Thanks, Namjoonie...." Ia mengusap lembut sisi kepalanya dan tersenyum.




"Besok.....kita jogging yuk..."

"Ha?" Seokjin menatap sang pemuda dengan mata membulat bingung.

Namjoon tertawa geli. "Terapi...."

"Oh...." Gelak tawa meluncur dari bibir pemuda manis itu.

"Banyak minum juga...sama......kalo ada apa-apa, cerita...." Tawa di bibir pemuda berdimple itu memudar.

"Nam.....maaf...." Ibu jari dan telunjuknya mengangkat lembut dagu sang pemuda yang mendorong kacamatanya.

Namjoon menggeleng dan berusaha tersenyum.

"Janji ya...." Ia mengusap cincin yang masih melingkar di jari manis Seokjin.
"Jangan jauhin aku.....kamu bisa cerita apa aja sama aku"

Seokjin menelan ludahnya. Kedua matanya melirik pada hadiah sang pemuda yang beberapa minggu lalu membuatnya sangat senang. Alisnya menukik sedih.

"Namjoonieee...maaf..."

"Padahal aku seneng banget kamu ngasi cincin ini..."

Lagi-lagi Namjoon menggeleng. "Gapapa sayang...jangan sedih lagi ah...aku udah seneng banget liat kamu ketawa kaya tadi" Ia menjawil pipi dengan bibir mengerucutnya gemas.

"Kamu juga nangis...." Seokjin ikut mencubit pipi berlekuk itu lembut.

"Ng-ngga....ngga kok..." Namjoon mengusap matanya cepat.
"Kita bahagia bareng mulai sekarang ya..."

"Jangan stress, sayang...."

Seokjin mengangguk-angguk dengan senyum lebarnya.

.

.

.

Dahi berkerut itu menemani jemari Seokjin yang menari-nari di atas laptopnya.

Sesekali mata lelah itu diusap, kepala beratnya pun ditopang dengan kedua tangan.

Ia menghela napas, memejamkan mata sejenak lalu meneguk air minum dari botolnya.

"Istirahat sebentar kali ya...." Pikirnya sambil merebahkan kepala pusingnya di atas kedua lengan yang terlipat.


"Rough days?" Seorang mahasiswi menepuk bahunya pelan.

Seokjin mengangkat kepalanya pelan. Perempuan yang ia lihat beberapa hari lalu di balik pohon dengan bungkusan kecil itu terkekeh pelan.

"Hi....I'm Amber..." Ia mengulurkan jabat tangannya.
"Seokjin, right?"

"How did You..."


"I saw You a few days ago"

"Suffering in the corner...." Perempuan bersurai pendek berkaus merah hitam longgar itu tertawa mengejek, menarik kembali jabat tangannya yang tak terbalas.

Seokjin mendengus tertawa. "Go away...."


"You sure?" Ia memiringkan kepala masih dengan senyumnya.

"I can give You free samples for starter"

Bibir pucat itu terkekeh pelan lalu menggeleng. "Just go...."

"Okay then....Your loss"

Perempuan itu berdecak menggedikkan bahu dan berbalik meninggalkan Seokjin yang memijit keningnya tertunduk.


"Yakin lo kuat gini terus, Jin?"

Seokjin tersentak dan membelalak menatap seberang meja kayu tempat ia mengerjakan tugasnya di taman kampus.

"Sejak kapan lo jadi pengecut gini ha?"
"Culun lo!"


"Ngga! Ngga!" Jemari bergetar itu menutup laptopnya kasar.

"Lo ga nyata....lo ga nyata..."


"Kalo ga nyata kenapa lo bisa liat gw?" Eunkwang terbahak duduk di bangku berseberangan dengan Seokjin yang panik memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

"K-karena gw ga pake lagi...."
"Gw mau berenti...."
"Karena gw udah mutusin buat hidup normal"

"Jogging...curhat...cuddling....gitu aja cukup buat lo, Jin?"

"Diem....diem, Eungka!"
Seokjin bergegas meninggalkan taman itu.

Langkahnya limbung. Berkali-kali ia menoleh ke belakang, memastikan bahwa pemuda itu sudah tidak ada lagi untuk mengikutinya. Napasnya memburu dan kepalanya semakin berdenyut.


BRUK

Pintu toilet terbuka dengan kasar.

"Akh......uhuukkkk...."

Kedua tangan yang menopang kepala itu bergetar hebat. Tubuhnya basah oleh keringat dingin.

Ia kembali menundukkan kepalanya di atas kloset. Sarapan yang dimasak dan dinikmati bersama sang kekasih pagi tadi pun terbuang tak bersisa.

"Namjoonie.....maaf....." Seokjin terisak.


Ia menekan tombol penyiram setelah mualnya mereda.

Dibasuhnya wajah berkeringat dengan mata merah dan hidung berair itu di wastafel.


"So?"

Perempuan itu bersandar di ambang pintu toilet dengan sebuah plastik kecil di atas telapak tangannya yang terulur.

"Three sweets, free for my first customer" Ia memiringkan senyumnya.

"Mixed by Me....cooked with love" Kedua alis terangkat saat senyumnya melebar.


"Shut up....." Seokjin terengah dengan kedua tangan menopang tubuh bergetarnya di atas meja wastafel.




"Just give me...." Ia mengulurkan tangannya tanpa menoleh.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang