"Kalian baik-baik aja kan?"
Anggukan kepala tanpa menoleh, pertanyaan sang sahabat dibalas dengan gumaman oleh pemuda yang sejak beberapa menit lalu melayangkan tatapannya pada sekumpulan mahasiswa yang terlihat seru mengerjakan tugas bersama di meja taman beberapa meter darinya.
"Ketawanya sampe kedengeran kesini, Jack...."
"Liat deh....seneng banget Seokjin keliatannya ya..." Telunjuknya terarah singkat seiring senyum lebar yang dilayangkan pada sang sahabat.
Terkekeh lega, Jackson duduk di samping Namjoon yang kembali memperhatikan sosok ramping berbahu lebar itu terbahak keras dengan tubuh tersentak ke belakang.
Tiga orang di sampingnya saling mendorong diantara tawanya.
Tak menyadari dirinya tengah dikagumi dari kejauhan, Seokjin berlalu bersama rangkulan para teman barunya.
Senyum sang pemuda berangsur menghilang.
Namjoon kembali membaca bukunya.
Mengulang hari-hari penuh kesibukan yang cukup membuatnya merindukan sosok manja yang tak lagi bersamanya di kamar mereka.
Beberapa hari lalu Namjoon telah kembali ke kamar asramanya bersama Jackson.
Sang kekasih yang berulang kali meyakinkannya bahwa ia telah merasa lebih baik membuat sang pemuda memutuskan untuk pindah.
Walau berat, walau sehari-hari ia hanya mampu menatapnya dari kejauhan, belajar bersama teman-teman barunya, berlarian bermain basket di lapangan seperti waktu mereka sekolah dulu dengan gelak tawa khasnya atau tak sengaja melihatnya sendirian membaca buku di perpustakaan saat praktek kuliahnya baru saja akan mulai.
Namjoon menutup buku, mendengus dan mengusap wajahnya kasar.
"What?" Jackson yang tengah menyeruput colanya menoleh kaget.
"Kangeeeennnn!" Ia mengerang sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku.
Beberapa mahasiswa yang duduk beberapa meter dari mereka pun menoleh.
Jackson tersedak dan terbahak keras.
"Dateng ke partynya Hoba lah, Kim..."
"Sabtu loh...masa iya lo kuliah ampe malem sih?"Sang pemuda mendengus mengacak rambutnya.
"Iya....lo bener, Jack..."Jackson hanya terkekeh menatap Namjoon yang tersenyum lebar meninggalkannya.
.
.
.
"Oh? Hoba ultah?" Kedua manik hazel itu membulat.
"Aku belom beli kado, Namjoonie...""Kamu ngasi apa?"
"Patungan aja gimana?"
Namjoon terkekeh gemas melihat Seokjin yang tiba-tiba panik sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, gelas kopinya hampir jatuh tersenggol di atas meja kantin.
Pemuda itu seperti sedang terburu-buru untuk mengejar kelasnya.
"Mau beli bareng?"
"Besok malem yuk....sekalian dinner""Aku ga ada praktek n bisa pulang cepet..."
Seokjin sontak menengok sambil menyeruput kopinya.
"Beneran?""Iya......kenapa?" Namjoon memiringkan kepalanya bingung.
"Ngga....kirain kamu ga sempet" Ia terkekeh.
"Eh....aku duluan ya..."
"Ada tugas presentasi yang belum aku beresin" Seokjin mengecup singkat pipi sang pemuda yang masih berdiri dengan mata membulat di hadapannya."Oh...o-okay.....see You......"
Ucapannya terpotong saat Seokjin langsung berbalik dan berlari kecil meninggalkannya.
'Namjoonieee...'
'Sorry aku masih ngerjain tugas di kampus'
'Besok malem aja beli kadonya gimana?''Heyyy....kayanya aku harus ngebatalin acara kita lagi deh...'
'Ternyata praktek presentasinya lama bangeettt...'
'Kamu juga masih ada kelas kan?'
'Maaf ya Namjoonieee....''Nam.....'
'Aku ga enak badan...'
'Besok aja ya beli kadonya'
'Aku udah siap-siap bobo'
'Hoba juga udah ngorok dari tadi ni....hehehe...''Luv U!'
Tiap pesan yang dikirim seusai kegiatan kuliahnya dibaca dan dibalas dengan pasrah.
Tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain mengatur ulang jadwal mereka untuk membeli kado.
Hanya sebuah kado untuk sahabat mereka.
"Sesibuk itukah kita, Jin?"
"Apa kita bakal kaya gini terus sampe aku lulus nanti?"
"Kamu sakit aja aku ga sempet mampir....""Aku kangen, Jin...."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Happy Pill
FanfictionLove makes me wanna be a better person [ Teenage angst, addiction, self harm, harsh words ]