30. Suspicions

167 22 3
                                        



"Hantu?" Jackson terbahak setelah mendengar cerita Seokjin.

"It's scary, Jack!" Seokjin melempar potongan roti ke arah sang pemuda.

"Sejak kapan kamu mimpi buruk kaya gini, Jin?" Namjoon menatapnya serius sambil mengusap-usap punggungnya.

"Baru kemaren doang sih..."
"Abisnya ga ketemu kamu seharian..." Seokjin melirik manja.

"Duh....kok gw mual yah..."

"Heh!" Seokjin kembali melempar gumpalan tissue ke atas kepala Jackson sambil terbahak.

"Tenang, Jin..."
"Ujian tinggal tiga hari lagi"
"Abis itu kita senang-senang"

"Ya ga Hob?!"

"Kok lo diem aja sih?"
"Kim ngoperasi pita suara lo apa gimana?" Jackson merangkul bahu sang pemuda yang sedari tadi hanya diam memperhatikan ketiga sahabatnya bercanda.

"Lo kecapean kali Jin?" Akhirnya ia berbicara.

"Masa sih?" Seokjin menoleh dengan mata membulatnya.

"Lo kaya belajar non stop gitu abisnya"
"Gw aja masih sempet buat dance sama tim gw" Hoseok terkekeh pelan.

"Ya itu mah lo aja yang doyan!" Jackson memukul lengan Hoseok yang kemudian membalasnya.



"Kamu overstudy, sayang?" Namjoon menunduk mendekatkan kepalanya.

"Ng-ngga kok..." Seokjin menggeleng masih dengan mata membulatnya.

Tak menjawab, Namjoon hanya mengangkat alis dengan raut wajah tak percaya.


"Iya kali yaa....." Seokjin menunduk.
"Abisnya pengen cepet beres ujiannya..."

"Biar bisa maen bareng..."

"Ga baik, sayang...." Menghela napas singkat sebelum membalas ucapannya, Namjoon mengusap lingkaran hitam di bawah mata sang kekasih.

"Kamu juga gitu kan...." Bibirnya mulai mengerucut.

"Kata siapa?" Namjoon menopang dagu menatap sang pemuda dengan senyum manisnya.

"Aku teratur kok jadwal belajarnya"
"Cuma emang mata kuliahnya aja yang praktek mulu"

"Jadi sibuk banget...."

"Sorry ya udah bikin kamu ngerasa kesepian..." Cekungan di pipinya tercetak jelas saat ia memiringkan kepala.

Seokjin melirik pelan lalu menghela napas dan tersenyum.
"Ngga.....aku ga boleh gini..."

"Gapapa kok....yang penting nanti semuanya bisa ngumpul lagi..."


"Jangan lupa istirahat, Jin...."
"Serius deh...." Jackson tersenyum menatapnya.

"Ntar rambut lo kaya si Hoba nih....putih semua"

"Heh! Awas lo yah!" Hoseok mengejar Jackson yang telah berlari terbahak meninggalkan mereka.

"Pulang yuk..."
Seokjin kembali menoleh pada sang kekasih setelah ikut tertawa melihat kedua sahabatnya yang telah menghilang di balik pintu kantin.

Namjoon mengangguk dan menggandeng tangannya pergi.




"Jin....."

"Ya?"
Pintu yang berayun tertutup itu kembali terbuka.

"Aku...."
"Mungkin aku ga selalu ada deket kamu"

"Tapi kamu tau kalo aku pengen berusaha ada saat kamu butuh aku kan?"

Seokjin menyandarkan kepala pada daun pintu di sampingnya.
"Iya......aku tau kok..." Ia tersenyum.

"Tidur nyenyak ya...." Namjoon mengecup pipinya lembut.

"Kamu juga...."

"Langsung tidur...."

"Iyaaa...."

Pintu pun tertutup di depan ujung sepatunya.

Tak langsung pergi, Namjoon berdiri dan tertunduk.
Mendengarkan dengan seksama suara-suara yang mungkin akan muncul dari balik pintu itu.

Beberapa menit berlalu, Namjoon menghela napas lega kemudian berbalik meninggalkan kamarnya.





"Lo beneran denger dia ngomong gitu, Hob?"

"Pelan banget suaranya sih...tapi kurang lebih gw denger apa yang dia bilang waktu ngeliatin ke arah belakang gw..."

"Dia ngeronta-ronta gitu Nam pas gw bangunin"

"Manggil-manggil nama lo trus minta tolong"

Namjoon menundukkan kepala menatap gelas kopinya di atas meja.

"Kok gw jadi serem sih..." Jackson berucap pelan.

"Lo ga nyata....." Namjoon bergumam.

Beberapa saat kemudian ia menggeleng pelan.
"Dia mimipi.....atau...."

"Halusinasi?"


Hoseok mendengus dan menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Nam....lo tau kan idung gw sensitif banget sama bau"

"Gw ga yakin sama yang bakal gw ucapin ini....tapi..."

"Nam...."

"Seokjin pernah ngobat?"

Jackson sontak menoleh pada Hoseok yang bertanya datar.
"Jangan sembarangan nuduh lo Hob...."

"Kamar gw udah beda aromanya, Jack..."
"Wangi Seokjin waktu pertama gw ketemu beda sama sekarang..."

"Lebih maskulin...soft, tapi ga selembut pertama gw ketemu dia di kamar"

"Dan.......obat...gw selalu nyium bau obat, Nam...." Bola mata membulat itu melirik hati-hati pada sang sahabat yang masih termenung berseberangan dengannya.

"Masa sih?" Jackson mengernyit bingung.


Jeda sesaat, Namjoon mendengus tersenyum. "Wangi Seokjin yang dulu....."

"Sekali-sekalinya gw liat dia minum antidepresant pas awal-awal masuk asrama..." Ia menarik napas panjang, menyandarkan punggung pada dinding tempat tidurnya.


"Bukan....maksud gw..."

"Pas dulu sekolah"

Raut wajah Jackson semakin tegang dengan pembicaraan mereka berdua.

"Setau gw sih ngga ya....cuma almarhum temennya aja"
"Ga mungkin sih, Hob..." Namjoon berucap ragu.

"Ga mungkin ga sih?"

"Sebelum masuk kuliah kita semua dites dulu kan?" Ia mencondongkan tubuhnya dengan raut wajah serius.


"Kalo amit-amit iya. Menurut lo apa yang bikin dia mulai lagi?" Hoseok memiringkan kepalanya.

Namjoon tersentak dan menegakkan kepalanya perlahan.

"Jokes Halloween gw....." Ia mengacak rambutnya kasar.

Hoseok tersenyum pahit. "Tu obat ga boleh diminum kapan aja, Nam..."
"Harusnya lo tau itu..."
"N bokapnya kan dokter, Nam...."

"Seokjin....."
"Sengaja dibuang kesini biar bokapnya bisa beduaan sama istri barunya"

"Itu kata cerita dia...." Namjoon mengusap wajah dengan kedua tangannya.

"Hob.....gw boleh minta tolong?" Ia menopang dagu dengan kepalan tangannya.

"Anything...."


"Tolong geledah barang-barang dia...."
"Gw mulai mikir kalo lo mungkin bener...."

"Mereka berempat bukan cuma minum doang..."

Hoseok dan Jackson hanya terdiam dan saling bertukar pandang.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang