"Jin..."
"Masih tidur?""Hoba......" Sambutan pelan itu diiringi senyum tipis.
Hoseok berjalan cepat lalu memeluk sahabatnya erat.
"Hey...." Ia melonggarkan pelukan dan mengusap-usap kepalanya.
"Masih lemes ya?"
"Gw bawa cemilan takut lo lapar..."Seokjin mendengus tersenyum. "Thanks Hob..."
"Namjoon udah beliin gw Croissant tadi pagi sebelum dia berangkat"Hoseok mengangguk-angguk lalu meletakkan paperbag berisi makanan kecil di atas nakas.
Ia duduk perlahan dengan kedua mata menatap ngeri kedua tangan sahabatnya yang terbalut perban."Lo bawa apa, Hob?" Sadar tengah diperhatikan, Seokjin menarik kedua tangannya perlahan.
"Ada permen jelly ga?"
"A-ada....ada nih..." Kedua alisnya terangkat kaget oleh ucapan tiba-tiba sang sahabat.
Ia berdiri mengeluarkan bungkus bergambar beruang itu lalu membukanya."Mmmm.....udah lama banget gw ga makan ini" Seokjin mengunyah camilan manis yang disuapkan sang sahabat dengan senyum lebarnya.
"Sini Hob....gw bisa sendiri..." Ia meraih bungkusan itu dari tangannya kemudian beringsut duduk.
"Jin...." Hoseok menatapnya lekat.
"I know....I know, Hob..." Seokjin menggenggam bungkus permen itu di pangkuannya.
"Gw......udah ga kuat sama keadaan gw sekarang"
"Gw juga udah minta Namjoon buat nolongin gw"
"Dan gw bakal nurut....gw bakal pasrah sama apa yang bakal terjadi"
"Bodo amat orang-orang mau mandang gw gila atau pecandu..."
"Yang gw pikirin sekarang adalah gw pengen sembuh...""Gw udah ga mau lagi dikontrol sama halusinasi gw"
Hoseok mendengus tersenyum. "Lega banget gw dengernya, Jin..." Ia memejamkan matanya sesaat.
Seulas senyum pun mengembang dari seorang pemuda yang tak sengaja menguping di balik pintu kamar yang sedikit terbuka.
'Papa....'
'I really need Your help...'.
.
.
"Sorry ya gw ngerepotin..." Seokjin menggumam tertunduk di atas tempat tidur Namjoon.
"Telen dulu makanannya baru ngomong..."
Keduanya tertawa.
"Pinter nih makannya abis"
Namjoon menyuapkan sendok terakhir dari mangkuknya pada sang pemuda yang tersenyum lebar, kemudian berdiri untuk meletakkan mangkuk kosong itu di atas nakas."Obatnya yang ini aja..."
"Udah ga pusing kan?" Pemuda berkacamata itu menoleh pada raut wajah polos Seokjin yang menggeleng di sebelahnya.
"Ganti perbannya dulu ya..." Namjoon meraih gelas berisi air yang baru saja habis diteguk untuk meminum obatnya.
Seokjin hanya mengangguk-angguk tanpa bicara, menuruti semua perintah sang pemuda yang masih sibuk memilah obat-obatan, membereskan bekas makan dan mengisi ulang gelasnya yang kosong.
"Eh.....kamu marah ga aku kaya gini?" Jemari yang tengah menggunting perbannya itu berhenti seiring kedua manik mata membulat yang menatap dengan hati-hati.
"Ha?" Seokjin ikut membulatkan matanya bingung.
Namjoon terkekeh gemas. "Abis dari tadi kamu ga ngomong apa-apa..."
"Takut kamu marah gara-gara akunya ngatur-ngatur"
"O-oh.....nggalah, Nam..." Seokjin menepuk pahanya dan tergelak.
"Tahan ya...." Kedua bola mata Namjoon melirik singkat sebelum jemarinya menepuk nepuk kapas berbalur cairan antiseptik ke sekitar lukanya.
Pergelangan tangan itu sedikit berjengit.
"Sorry...sorry...." Dengan cekatan Namjoon mengusap cairan kemerahan yang mengalir kemudian meniupinya.
Ia tersenyum meringis pada sang pemuda yang tengah menggigit bibir bawahnya menahan perih.
"Gw bisa ngebayangin gimana nanti lo pake jubah putih dokter lo..." Seokjin berucap pelan.
"Nanganin pasien, telaten kaya gini...."
"Mereka pasti ngerasa nyaman"
TING
Keduanya terlonjak kaget saat gunting kecil itu terjatuh.
"Tuh kan...aku jadi ga konsen" Semburat kemerahan menghias pipi berdimplenya.
Mereka pun kembali tertawa.
"Doain aja ya biar aku bisa cepet lulus, lanjut ngambil profesi....jadi bisa langsung kerja"
Namjoon membungkuk mengambil guntingnya kemudian melanjutkan membalut tangan kecil Seokjin dengan hati-hati.
"Pasti, Nam....gw pasti doain" Ia menyingkirkan helai poni yang menutupi separuh dahinya.
"........."
"U-udah ni...." Namjoon segera membereskan peralatan medisnya setelah pergelangan tangan itu terbalut perban lalu berbalik menuju kamar mandi untuk menyimpannya kembali.
Juga menyembunyikan wajahnya yang sangat panas. Dan jantungnya yang berdentum keras tak karuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Happy Pill
FanfictionLove makes me wanna be a better person [ Teenage angst, addiction, self harm, harsh words ]