32. Meeting Him

142 19 1
                                    




'Namjoonieeee....'
'Ayo jempuuuttt....'

'Jangan bilang kamu masih tidur?'

Duduk bersila di atas tempat tidurnya, Seokjin dengan sabar menunggu balasan hingga tiba-tiba ponselnya berdering.

"Sayaanggg...."

"Ini masih jam 8 loohhh..." Suara parau itu terdengar di ujung sambungan.

Seokjin tertawa lalu turun dari tempat tidurnya.

"Aku udah cakep niihhh...."
"Ayo jalan-jalaannn...."

Kekehan kecil terdengar.
"Kamu kapan sih pernah ga cakep?"

"Sini turun ke kamar aku..."
"Jemput aku sekali-sekali"

"Ngga! Nanti aku liat puting bertindiknya Jackson lagi!" Seokjin mengerucutkan bibirnya.

Namjoon terbahak. "Ga ada disini kok dia..."
"Nginep di rumah temennya tadi malem"

"Oh?"
"Padahal aku temenin tidur kamu tadi malem..."

"Jangan lah, sayang...."
"Kan kamu lagi sakit"

"Eh..."
"Kamu udah sehat?"

"Jin?"

"H-hallo?"



TOK TOK

"Aishhh.....beneran dateng dong..." Namjoon terkekeh.
"Masuk aja ga dikunci kok..." Ia meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Dasar....." Namjoon melebarkan kedua lengannya saat sang kekasih membuka pintu dan tertawa senang.

"Kangeennnn....." Seokjin melompat ke atas tempat tidurnya, memeluk sang pemuda yang mengecupi kepalanya sambil tersenyum gemas.

"Kamu beneran udah sehat?" Ibu jari itu mengusap lembut pipinya.

Seokjin mengangguk-angguk dan mengeratkan pelukannya.

"Hey...liat sini coba..." Namjoon mengangkat dagunya perlahan.
"Beneran kamu sehat, sayang?"

"Beneerrr...." Seokjin bersimpuh di atas selimut tebal yang menutupi setengah tubuh yang hanya bercelana pendek itu.

"Morning kiss dulu baru kita cari sarapan..." Namjoon meregang dan menarik pergelangan tangan sang pemuda mendekat.






"Kamu jarang pake kacamata lagi ya sekarang?" Seokjin duduk menyamping memperhatikan wajah serius yang tengah serius menyetir.

"Iya haha...abisnya takut dibilang culun" Pemuda berdimple itu terkekeh tanpa menoleh.

"Ngga kok..." Seokjin menyisir surai pirang di sisi telinga sang pemuda.

"Aku kangen liat kamu pake kacamata..."

Sang pemuda hanya tersenyum mengerutkan dahi sambil menatapnya singkat lalu kembali berfokus pada jalan di hadapannya.

Sesaat kemudian ia melirik ponselnya yang berdering.

"Papa?"

"Aku loud speaker ya..."


"Joonie.....kamu dimana?" Suara berwibawa namun lembut di seberang sambungan menyapanya.

"Lagi cari sarapan bareng Seokjin, Pa..." Namjoon tersenyum melirik sang kekasih yang membulatkan matanya kaget.

"Ahhh......hallo Seokjin..."
"Eh....Seokjin disitu kan?"

"H-hallo Om....iya Seokjin disini"

Seokjin meremat jemarinya. Menatap layar ponsel yang ia tahu tidak menampakkan wajah pria yang disebut sebagai ayah dari sang kekasih dengan gugup.

"Tadinya Papa mau mengunjungi kamu di asrama siang ini..."
"Ternyata keduluan pacar kamu" Pria itu tertawa di ujung sambungan.

"Oh?! Papa disini?" Namjoon melebarkan senyumnya.

"Iya hahahaha.....tadinya mau kasih surprise, tapi gagal" Beliau kembali terkekeh.

"Kalian mau sarapan dimana, Seokjin?"

"Uh....b-belum tau, Om..." Seokjin melirik sang kekasih yang kini menggenggam jemari dinginnya erat.

"Sarapan deket sini mau?" Papa di Four Seasons, ga jauh dari kampus kalian..."


"Boleh, Pa....kita kesana sekarang ya..." Namjoon menjawab setelah bertanya tanpa suara pada sang kekasih.

"Okay....great!"
"Papa pengen ketemu Seokjin"







"Sayang?" Namjoon merendahkan kepala memperhatikan Seokjin yang sedari tadi duduk diam tak berbicara.

"Hm?" Ia menoleh dengan sedikit terkejut.

"Jangan tegang gini..." Sebuah senyum manis berusaha menenangkan sang kekasih. Jemari mereka saling bertaut di atas pangkuannya.

"H-harusnya aku ganti baju dulu ya..." Kedua bola mata yang hampir tak berkedip itu memindai sweater pink muda dan jeans biru besar dengan sobekan di lututnya.

"Ngapain ganti baju segala?"
"Kamu mau ketemu presiden?" Namjoon terkekeh geli.

Sebuah pukulan mendarat di paha sang kekasih. "Kan Papa kamu, Namjoonieeee..." Bibirnya mengerucut kesal.


TING

Suara lift yang terdengar beberapa meter dari tempat mereka duduk sedikit membuat jantung Seokjin melompat.

Dua orang pria besar berkemeja hitam keluar dan berdiri di sisi kanan dan kiri pintu besi yang masih terbuka, mempersilahkan sosok tinggi ramping dan berwibawa untuk berjalan diantara mereka.

"Papa!" Namjoon berdiri masih menggandeng erat tangan sang kekasih.

"Sayang....ayo...." Ia menoleh dengan senyum lebarnya.

Seokjin berusaha tersenyum mengikuti langkahnya.

"Woahhhh....tahun kemarin kayanya badan kamu ga sebesar ini, Joonie?"
Sang ayah tertawa menepuk-nepuk kedua lengan putera tunggalnya setelah berpelukan singkat.

"Pasti kamu workout terus biar keliatan gagah di depan Seokjin" Beliau terkekeh.

"Papaaa...." Namjoon mengerang malu.

"Ini Seokjin?"
Sang ayah mengalihkan perhatiannya pada pemuda manis yang hanya tersenyum kaku di hadapannya.

"Iyaaa....kenalin Pa....ini pacar aku..."

"H-hallo Om.....Kim Seok....."

Jabat tangan yang terulur itu diabaikannya.

Sang ayah memeluk erat tubuh ramping yang sedikit bergetar karena jantungnya tak berhenti berdegup kencang.


"Deg degan banget?" Sang ayah terkekeh pelan lalu mengusap-usap punggungnya.

"Eh...i-iya ya...."


Sesaat senyum di wajah Namjoon memudar menatap sang kekasih yang menjawab kikuk dengan matanya yang berkaca-kaca.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang