Malam itu terpaksa ia menanggung hukuman membersihkan kelas hingga larut.
Sang ayah yang telah menunggunya di depan gerbang mengulaskan senyum di wajah lelah sang pemuda."Papa salah ya ngajak kamu makan sampe malam?" Pria berkacamata itu mengusap punggung sang pemuda.
"Ngga Pa.....ga tau kenapa tiba-tiba pagi tadi aku ngantuk banget..." Tertunduk memeluk buku-bukunya, Namjoon berucap pelan.
"Cape?" Sang ayah merangkul bahunya erat.
Namjoon menggeleng. "Seneng ada Papa yang jemput aku..."
"Malam ini Papa ga ngajak kamu makan di luar lagi deh..."
"Papa udah suruh bibi buat masak yang enak di rumah""Pa...."
"Makasi ya udah ga marahin aku.....""Aku malu banget tadi" Kepalanya tertunduk seiring senyumnya yang perlahan memudar.
Sang ayah menggeleng pelan dan mengusap rambut pendeknya.
"Kamu udah jadi anak kebanggaan Papa...""Ketiduran sekali di kelas bukan hal besar buat Papa"
"Makasi Pa...." Namjoon tersenyum lebar.
"Udah...yuk....nanti makanannya keburu dingin"
Sang ayah membukakan pintu, mendorong pelan punggungnya untuk masuk terlebih dahulu. Kemudian beliau menyusulnya.
"Wow.....enak ya dimanja sama ortunya..."
"Jin......." Ken mengusap punggung sang pemuda yang berucap lirih.
Manik matanya menatap lurus ke seberang jalan."Gw salah dikit aja udah kaya dianggap kriminal" Ia terkekeh kemudian kembali mengenakan helmnya.
Tak menjawab, Ken hanya menatapnya iba.
"Yuk.....percuma nungguin disini"
"Gw kira dia bakal dimarahin abis-abisan sama bokapnya kaya gw""Taunya......"
"Jin....."
"Lo......ngebully si botak gara-gara ini?""Nggalahhh....."
"Enak aja tu orang ga pernah ngelawan" Ia tertawa pahit sebelum menyalakan mesin motornya.
"Jin!"
"Jangan ngebut!"
"Lo masih high!" Ken menyusul motor besar hitam itu sambil sesekali menoleh khawatir."Kalo belom waktu gw mati ya gw ga bakal mati!"
Seokjin menyeringai dan menutup kaca helm full facenya kemudian memacu kuda besi itu lebih cepat."Jin!"
Namjoon menoleh dari balik jendela mobilnya. Kedua matanya membulat saat melihat motor itu berlari kencang beberapa kendaraan di sampingnya.
"Jam segini memang jamnya rawan balap liar..." Sang sopir menoleh singkat pada kedua majikan yang duduk di belakangnya.
"Heh....anak-anak berandalan yang suka cari ribut"
"Kalo udah celaka malah nyusahin orang tua" Sang ayah mendengus kesal."Jin?"
"Itu Seokjin sama Ken di belakangnya?"
Tatapan ngeri sang pemuda seolah tak mau lepas walapun kedua motor itu telah menghilang meninggalkan mereka."Joonie....."
"Papa mau minta maaf..." Sang pria tengah duduk di tepi tempat tidur putera semata wayangnya yang baru saja keluar dari kamar mandi."Kenapa Pa?" Menatap heran, Namjoon ikut duduk setelah mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Joonie....."
"Sejak Mama meninggal....Papa selalu berusaha untuk bisa meluangkan waktu buat kamu""Biar kita bisa sering punya quality time berdua"
"Tapi apa daya....pekerjaan Papa seperti tidak mengijinkan..."
"Maaf kalo Papa terkesan memaksa untuk mencuri waktu setiap ada kesempatan"
"Paaaa.......ga gituuuu....." Namjoon membulatkan matanya serius.
"Aku cuma ngantuk biasa aja kok...""Abis makan sama Papa, aku ga langsung tidur, ada film yang aku pengen beresin"
"Jadi aku begadang sampe pagi..." Ia terkekeh malu.
Sang ayah menghela napas panjang sebelum meneruskan pembicaraannya.
"Liat anak-anak tadi kebut-kebutan di jalan, Papa jadi berpikir..."
"Bagaimana jika suatu saat kamu jadi seperti itu, Joonie..."
"Tanpa pengawasan juga perhatian dari orang tua""Amit-amit, Pa..."
"Ga bakal lah....aku tau kok mana yang salah dan benar""Dan Papa juga udah berusaha keras buat perbaikin hubungan kita......aku tau itu Pa...." Namjoon tertunduk.
"Joonie....Papa kenal kamu bukan cuma sebentar..."
"Walaupun Papa jarang ada di rumah"
"Walaupun agak terlambat buat Papa memahami sifat kamu...""Ada satu lagi pikiran yang mengganggu Papa...."
"Joonie.....jujur....."
"Kamu dibully di sekolah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Happy Pill
FanfictionLove makes me wanna be a better person [ Teenage angst, addiction, self harm, harsh words ]