42. It'll Pass

140 16 0
                                        


Langkah limbung itu berjalan pelan menyusuri dinding koridor yang berada di sisi taman. Hingga akhirnya Seokjin duduk di sebuah bangku kayu. Kedua kaki diangkat terlipat di depan dadanya. Kepalanya bersandar pada dinding tempat bangku itu terpojok.

Beberapa mahasiswa berkumpul di sebuah meja di tengah taman untuk belajar.

Kelopak mata berat itu mengerjap dan menyipit saat seorang mahasiswi beranjak dari tempat duduknya dan memberikan sebuah bungkusan plastik kecil pada pemuda yang memanggilnya dari balik pohon.

"Sama aja disini juga ternyata...." Seokjin mendengus lemah.

"Jin?"

"Lo kenapa?" Hoseok yang berjalan cepat mendekat itu menyentuh bahunya. Merendahkan kepala menatap wajah pucat itu khawatir.

Seokjin menggeleng pelan dengan kedua mata terpejam.

"Seokjin......"

"Hob.....sorry, biarin gw sendiri dulu ya...."

Perlahan kelopak matanya berayun terbuka, Seokjin menatapnya sayu dengan senyum yang dipaksakan.

Telapak tangan hangat itu mengusap-usap tungkai kakinya lembut.

"Gw disini kalo lo butuh apa-apa..."

"Gw diem kok....ga bakal bawel"

Seokjin mendengus tersenyum lemah dan kembali memejamkan matanya. Sesekali bergerak tak nyaman dengan kedua lengan memeluk perutnya.

Napas panjang berhembus pelan dari bibirnya setelah sekian lama. "Udah Hob....gw gapapa...." Seokjin membuka matanya.

"Ini.....efek lo berenti ya?" Hoseok bertanya hati-hati dengan tangan masih mengusap-usap kaki dan lengannya.

Seokjin mengangguk dan mendengus pelan. "Lama-lama juga biasa, Hob...."

"Sakit banget?" Wajah penuh kekhawatiran itu mendekat.

Seokjin kembali mengangguk. "Lapar....tapi ga napsu makan...dingin....gw kaya orang kebingungan..." Ia terkekeh pahit.

"Jin......"


"Heh!"

"Skandal ya lo bedua!" Jackson dan Namjoon berjalan berdampingan melompat-lompat kecil menghampiri mereka sambil tertawa.

"Loh? Seokjin kenapa?" Jackson yang tiba terlebih dahulu merendahkan kepalanya menatap sang sahabat yang tengah berusaha bangun dari sandarannya.

"Sayang?" Namjoon berjongkok diantara kedua kakinya.

"Hob....Seokjin sakit?" Ia menoleh tegang pada Hoseok yang membulatkan mata kaget.

"Biasa, Nam....."
"Gapapa kok....." Seokjin mengusap kepala sang kekasih.

"Pulang ya....minum obatnya trus istirahat..." Namjoon berdiri, meraih tas selempang Seokjin dan menggenggam tangannya.

Seokjin mengangguk, mereka pun pergi meninggalkan Hoseok dan Jackson yang hanya saling bertukar pandang.





"Makan dulu sedikit buat minum obatnya ya..." Namjoon menyodorkan sepotong Sandwich daging.

Seokjin menggeleng dan memejamkan matanya di balik selimut. "Ga bisa, Nam.....mual...."

Ucap lirih itu melemaskan kedua bahunya.

"Biar sakitnya reda, sayang...."

"Nam....please....jangan dipaksa...." Ia mulai terisak.

Namjoon mengerjap pelan. Dahinya berkerut sedih melihat sang kekasih yang tersiksa dengan rasa sakitnya.

Ia meletakkan roti isi itu di atas nakas lalu naik ke atas tempat tidur untuk memeluknya.

"Udah Nam....biarin aja....nanti juga ilang sendiri"

Namjoon mengeratkan dekapannya. Mengecupi pucuk kepala sang kekasih yang berucap lemah dan menggigil. Matanya perih menahan air mata yang ingin meledak keluar.

"Nam......jangan marah...." Ia kembali terisak.

"Ng-ngga....ngga, sayang.....aku ga marah" Suara bergetar itu berbisik di atas kepalanya.


"Jin......"

"Ke rumah sakit ya....." Hela napas panjang bertiup sebelum kalimat itu meluncur.

"Buat?"

"Rehab?" Seokjin melepas pelukannya dan bergeser menjauh.

"Sayang..."

"Aku berenti ngobat aja ga cukup buat kamu?!" Ia menyibak selimutnya kemudian berdiri di samping tempat tidur setelah terhuyung dan berpegangan pada dinding di belakangnya.

"Kamu kesiksa, sayang....aku ga tega liat kamu kaya gini!" Air mata yang berusaha sekuat tenaga ditahan pun tumpah mengalir di pipinya.

"Aku sayang kamu, Seokjin..."

"Berenti gitu aja bakal ada efek sampingnya kaya gini..."

"Dan aku ga mau kamu balik lagi....." Ucapannya tercekat di tenggorokan. Namjoon menutup isakannya dengan punggung tangan.

Kedua alis Seokjin terangkat pelan. "Apa?"

"Balik lagi apa, Nam?" Pertanyaan datar itu meluncur tenang.

"Kamu ga percaya sama aku?!"

"Sayang....bukan..." Namjoon menggenggam kedua bahu yang bergetar hebat itu erat.

"Aku udah sampe kaya gini ga cukup buat kamu?!"

"Sayang...dengerin dulu..."
"Bukan maksud aku ga percaya sama kamu"

"Aku tau efek putus obat itu berat..."

"You need help, Seokjin..." Dibiarkannya air mata yang mengalir itu jatuh membasahi bajunya.


"And You need to leave, Namjoon...."

Namjoon tersentak dengan ucapan tegas Seokjin.

"No....."
"Please no..." Ibu jarinya mengusap air mata yang juga mengalir deras di pipi sang kekasih.


"Aku masih ngeliat Eungka dan Youngjae disini, Nam..."
"Mereka masih ngata-ngatain aku pembunuh..." Ia terisak keras.

"Mereka ga mau aku idup seneng sama kamu...."

"Sayang....."


"And I gotta live with that everyday!"

"For You!" Ia menepis kasar tangan yang masih mengusap pipinya.

"Lo ga nyata! Lo ga nyata! Itu yang terus aku ucapin tiap mereka muncul!" Ia berjalan terhuyung menyenggol bahu sang pemuda yang masih terpaku di tempatnya.

"Dan kamu bisa bayangin reaksi bokap kalo tau aku direhab!"

"Kamu ga nyelesaiin masalah, Namjoon!"

Namjoon tersentak oleh bentakan keras itu lalu memejamkan matanya erat. Menyesali tindakannya yang sama sekali melupakan sosok yang juga menyebabkan Seokjin seperti ini.

"Jadi udah ya.....please......" Seokjin terisak lemah.

"Sayang......maaf...." Namjoon bergegas menghampiri Seokjin.



"It will pass, Nam....it wil......" Seokjin ambruk dan kehilangan kesadarannya.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang