31. Relapse

149 22 1
                                        




Hela napas terbata itu berulang kali berhembus dari bibir pucatnya. Seokjin kembali membasuh wajahnya di wastafel.

Sedetik kemudian ia merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya dengan jemari bergetar. Meringis sebelum menekan satu tombol di layar.

"H-hello..." Suara berat itu meluncur setelah ia mengatur napasnya.

"Yes, this is Doctor Kim"
"I would like to ask for the copy of prescription I've sent You yesterday morning"

"Okay, I'll wait"
Seokjin duduk bersandar pada dinding toilet kamarnya. Meringis meremat perutnya.

"Hello?"
"Okay, great!"

"I'll have my son to pick it up this afternoon. Thanks"

Sambungan itu pun terputus.

Seokjin berdiri dan kembali membasuh wajahnya, mengeringkannya dengan handuk lalu bersiap untuk menyelesaikan ujian terakhirnya.

.

.

.

"You okay, Seokjin?"

Seorang wanita berdiri di samping meja ujian sang pemuda yang tengah membaringkan kepala di atas kedua lengannya.

"Ha?" Seokjin menoleh bingung.

"Y-yeah....yeah I'm fine, Maam..." Ia berusaha menegakkan tubuhnya.

"If You're not feeling well, You can finish this exam later..."

"Do You need to take a short break?" Dosen pengawas itu mengusap punggungnya yang berkeringat.


"No....no Maam..."
"I'm....I'm done actually"

Jemari bergetar itu berusaha keras mengambil selembar kertas yang seolah menempel sangat lekat dengan mejanya.

"Okay then..." Wanita muda itu membantunya, membaca singkat kertas ujiannya lalu tersenyum puas.


"You can go home, Seokjin..."
"Take a rest will You...."

"You've done really well..."

"I....I did?" Seulas senyum merekah di bibir pucatnya.

Sang dosen mengangguk dan mengusap bahunya lembut.
"Enjoy Your holiday, Seokjin..."

"Holiday....." Sesaat semangatnya muncul kembali.






"Hahh....hahh....hahh...."

Seokjin terbaring lemah di lantai kamarnya. Tubuhnya meringkuk bak janin. Mengerang pelan dengan kedua tangan memeluk erat perutnya.

Sedetik kemudiam bola matanya melirik pelan pada sebutir benda kecil di kolong tempat tidurnya.

Ia mendengus tertawa, meringis lalu menggeser tubuhnya mendekat. Jemari yang bergetar hebat itu terulur mengambil benda bulat kecil dengan pandangan yang mulai memburam.

"Lucky me...." Ditelannya sebutir tablet itu tanpa air kemudian kembali meringkuk di bawah tempat tidurnya.

.

.

.

"Astaga Seokjin!"

Suara itu mengejutkannya. Seokjin menoleh pada Hoseok yang baru saja memasuki kamar mereka.

"Lo kenapa? Ngapain tidur disini?!" Ia membantunya berdiri.

"Gw lapar..." Seokjin tertawa pelan.
"Maag gw kambuh kayanya..."

"Duh, Seokjiinnnn.....kaget gw!"
"Gw kira lo kenapa napa...." Hoseok menghela napas lega kemudian membantunya berpindah ke atas tempat tidur.

"Kenapa napa apaan, ngaco!"

"Makan dong, Hob...."
"Lapar banget gw...." Bibirnya mengerucut.

"Iya iya....bentar yaa...gw ambilin sup ayam di bawah"
"Sakit banget perutnya?"

"Sekalian gw mintain obat maag sama Namjoon ya..."


"J-jangan Hob!" Seokjin sontak menarik pergelangan tangannya.

"Udah....gw udah minum obat maag kok..."
"Makanya gw pengen makan"

"Ga enak gw kalo ngerepotin Namjoon pas dia masih ujian..."

"Bener?" Hoseok mendekatkan kepalanya.

"Bener Hob...." Seokjin tersenyum menatap sang sahabat.






"Hob?"

"Heh...kenapa?"

"Nam...." Hoseok menoleh kaget dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Ng-ngga....ini..." Ia mengalihkan perhatiannya pada semangkuk sup ayam yang masih panas di atas meja dapur.

"Lo udah beres ujian?"

"Udaahhhhh....duh lega deh gw!" Namjoon terbahak keras.

"Ini......maagnya Seokjin kambuh barusan..."

Tawa di wajah pemuda berdimple itu sontak menghilang.

"T-tapi dia udah minum obat, Nam....tenang aja"
"Dia lapar banget katanya...." Matanya kembali berkaca-kaca.

"Nam....." Desah keras akhirnya meluncur dari bibir kakunya.

"Gw kaget.....sumpah gw kaget banget..."

"Dia ngeringkuk di lantai sebelah tempat tidurnya"
"Mukanya pucet banget, Nam!"

"Gw kira.....gw kira......"

"Hob!" Namjoon mengguncang bahunya pelan.

"Udah biar gw aja yang bawain ya..."

Namjoon mengambil mangkuk itu kemudian menepuk lengannya dan bergegas meninggalkan sang sahabat.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang