"Botaaakkk! Eh, gondroonnggg!"
Suara itu tak lagi membuatnya berjengit takut. Namjoon menoleh dan terbahak pada sang pemuda yang berjalan mendekat bersama Seokjin.
"Gw balik nih" Ken mengulurkan jabat tangannya.
"Gila kapan lagi gw dibayarin PP jalan-jalan ke Kanada" Ia terbahak merangkul bahu Seokjin yang mengulum senyum.
"Ati-ati, Ken..." Namjoon tersenyum lebar.
"Mobil Pak Jung udah standby pas lo landing nanti""Jirrrr....."
"Lo buru-buru nikah deh bedua!" Ken mendorong pelan tubuh Seokjin sambil terbahak."Dijamin hepi idup lo ma si bot....gondrong ini..."
"Ken!"
Seokjin membelalak menoleh pada sang sahabat dan menepuk keras punggungnya.Namjoon terbahak. "Doain aja ya..."
"Nam!"
Bergantian, Seokjin menepuk lengan sang pemuda di sebelahnya.
Wajahnya panas bukan main."Udah sana pulang lo ah! Pesawatnya udah mau take off juga"
"Iyaaaaa....."
"Jaga diri lo baik-baik ya..."
"Makan yang banyak biar ga kaya papan""Gw kangen badan sexy lo!" Ken menepuk bokongnya lalu memeluknya erat.
Seokjin tertawa geli dan mengeratkan pelukannya.
"Ah....gw bakal aneh banget nih..." Ken melepas pelukan, mengusap tengkuknya kemudian berpindah pada pemuda di samping Seokjin.
"Thanks, bro!" Ia menarik bahu Namjoon, memeluk dan menepuk-nepuk punggungnya.
"Kabarin aja kalo Seokjin udah setuju okay..."
"Kalo boleh, gw yang jagain dia disana..." Ken berbisik pada sang pemuda yang hanya tersenyum dan mengangguk.
Ketiganya pun berpisah. Seokjin terus menatap sang sahabat yang berlari kecil sambil sesekali menoleh dengan senyum lebarnya.
Ia membulatkan mata kaget saat Ken telah menghilang dan tatapannya kembali pada sang pemuda yang tak ia sadari tengah memperhatikannya sejak tadi.
Seulas senyum gemas mengembang di wajahnya. "Masih kangen ya?"
Seokjin mengangguk pelan.
"Gandeng?" Ia melirik dan mengulurkan tangannya dengan tatapan memelas.
"Ha? Ahh...."
Namjoon terkekeh pelan dan menyambut jemari lentik itu, menggenggamnya erat kemudian berjalan keluar dari bandara."Lapar ga?"
"Kita belum sempet nyobain resto baru tuh...""Lapar...."
"Mau makan...." Seokjin mengerucutkan bibirnya manja."Ken ngomong apa tadi?"
"Ngomong apa?" Namjoon melirik singkat lalu menyuap pastanya.
"Tadiiii.....emang kamu kira aku ga liat dia bisik-bisik" Bibirnya kembali mengerucut.
Namjoon terkekeh gemas dan mengusap saus Carbonara di sudut bibir sang pemuda.
"Ngga kok....cuma say thank you aja"Seokjin meletakkan garpunya di sisi piring dan menatapnya tajam.
"Okay...okay...." Gelak tawa sang pemuda pecah.
"Makan dulu ya....ntar aku ceritain di asrama"
"Biar enak ngobrolnya...""Okay...." Pemuda manis itu tersenyum lebar setelah jawaban singkatnya kemudian meneruskan makan siangnya dengan lahap.
.
.
.
"Jin....."
"Ngomong dong....jangan diem kaya gini" Namjoon menatap lekat sang pemuda yang duduk bersila di atas tempat tidurnya.
Penjelasan singkat telah Namjoon utarakan beberapa saat lalu tentang rencananya.
Sebaliknya, Seokjin hanya diam mendengarkan, hingga detik ini ia terlihat masih berpikir.
Tak satu pun kata terlontar dari bibirnya."Kamu tau ini untuk yang terbaik bukan?"
"Dan.....aku udah mikirin ini lama"
"Aku ga nemu cara lain...."
"Jin.....sorry..." Namjoon mendekatkan wajahnya."Nam....."
"Kamu sayang aku?"
Namjoon memiringkan kepalanya singkat. Satu kata seolah ingin mendobrak mulutnya untuk menjawab.
"Aku kira kamu masih sayang aku...."
"Taunya ujung-ujungnya pisah juga...." Seokjin terkekeh pahit.
"Jin.....bukan gitu..."
"Kapan?" Berusaha tersenyum, Seokjin menatapnya pasrah.
Kedua tangan yang tergeletak di atas pangkuan pun diraihnya lembut.
Namjoon berlutut di samping tempat tidurnya.
"Aku cuma pengen kamu sembuh...""Kamu....udah ngerencanain macem-macem tanpa nanya dulu ke aku..."
"Kalo akunya ga mau gimana?" Seokjin tertunduk."Ng-ngga kok....itu Papa cuma nanya-nanya kenalannya aja"
"Belum ada janji apa-apa sebelum kamu setuju..." Namjoon membulatkan matanya panik.
"Papa?"
"Nam.....Papa kamu tau kalo aku...."
"Ahhh.....Nammm....." Ia menarik kedua tangannya, mengerang kecewa lalu mundur dan bersandar pada dinding di samping tempat tidurnya.
"Kalo bokap aku sampe tau gimana?"
"Papa sayang kamu, Jin...."
"Aku minta tolong Papa juga ga sembarangan"
"Papa udah ngatur semuanya serahasia mungkin..."
"Dan....ayah kamu di Jepang kok sekarang"
"Udah ga balik-balik sejak tahun lalu....dapet promosi jadi kepala rumah sakit di sana kata Papa"Seokjin tertunduk pasrah. "Nammm....." Ia menopang dahinya dengan kedua telapak tangan.
"Hey....." Pemuda itu naik dan bersimpuh di depan kedua tungkai terlipat di hadapannya.
"Please......percaya sama aku dan Papa..."
"Nanti aku kesepian ga ada kamu disana..."
Lagi-lagi Namjoon terdiam. Rengekan kecil dari bibir mengerucut itu semakin membuatnya ingin melanggar semua nasehat sang ayah.
"Jangan bikin aku sayang sama kamu lebih dari ini, Seokjin..."
"Jangan....""Aku ga mau nyakitin kamu lagi...."
"............."
"Kapan?" Seokjin mengulang pertanyannya singkat.
Namjoon tersentak.
"K-kalo kamu udah siap..."
"Secepat mungkin sebelum kamu berubah pikiran...""No phones?" Bibir mengerucut itu muncul lagi.
Namjoon mengangguk pelan. "No news from Me and Your friends too..."
"........."
"Okay......"
Seokjin mengangguk pelan yang dibalas oleh sepasang bahu yang melemas.Tak menyangka jawaban itu akan terasa sakit di hatinya yang telah berusaha dikuatkan berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Happy Pill
FanfictionLove makes me wanna be a better person [ Teenage angst, addiction, self harm, harsh words ]