"Benernya gw ragu mau nolongin ato ngga.....tapi kemaren dia kaya udah ga bisa bangun gitu..."
Jimin hanya mengangguk-angguk masih dengan mata membulatnya.
Manik mata terhalang lensa itu melirik ke belakang tubuh mungil di hadapannya, disusul oleh tubuh Jimin yang berbalik untuk mengetahui apa yang dilihat sang pemuda.
Kedua alisnya terangkat kaget ketika sosok berbahu lebar itu datang.
Berjalan menyeringai dengan satu tangan dalam saku celana dan satunya lagi tersembunyi di belakang. Kemudian berhenti di samping Namjoon dan membungkuk.
"Thanks ya kemaren..." Suara berbisik itu membuat tubuh kecilnya merinding.
Tak berselang, suara lain pun terdengar, Namjoon mendengus tersenyum.
Semilir harum lembut maskulin pemuda itu menyentuh indera penghidu Jimin saat ia berbalik dan berjalan keluar kelas.
Jimin menoleh pelan. Sahabatnya tengah menunduk tersenyum kecil dengan sebuah cupcake vanilla di tangannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
".......joon?...." "Namjoon!" Suara setengah berbisik dan guncangan keras di bahunya menyadarkan sang pemuda yang terlungkup di atas mejanya.
Namjoon berusaha mengangkat kedua kelopak matanya. Sosok berkacamata yang tengah berdiri bertolak pinggang di samping mejanya terlihat buram dan bergoyang.
Ia mengerjap berulang kali lalu membuka kacamata dan mengucek matanya.
"Kamu tidur?" Suara tegas lantang itu membuatnya berjengit kaget.
Siswa teladan yang cerdas dan tak pernah absen menyimak pelajaran itu tertidur sangat pulas hingga guru matematikanya harus menghampiri dan membangunkannya.
"M-maaf......Saya....." Menunduk menggelengkan kepala beratnya berkali-kali, Namjoon berucap terbata.
"Bapak tidak pernah melihatmu seperti ini di kelas" "Kamu sakit?"
"T-tidak tahu.....S-saya...." Tatapannya berkeliling kebingungan. Raut wajah Jimin di depan mejanya terlihat khawatir.
Suara-suara berbisik dan kekehan pelan semakin membuat kepalanya terasa berputar.
"Cuci mukamu dulu ke toilet"
Sang guru menepuk bahu sang pemuda yang masih kebingungan itu kemudian berbalik dan kembali menerangkan pelajaran.
Namjoon bersandar di dinding koridor. Kepalanya yang terasa berat memaksa ia untuk sesekali berhenti dalam perjalanannya menuju toilet di ujung lorong.
"Kenapa kepala gw berat gini sih?" "Bisa-bisanya gw ketiduran di kelas..." Ia menopang kepalanya.
"Hey...." "Kenapa lo?"
Tak menjawab, Namjoon hanya melirik lemah pada pemuda yang membungkuk di sebelahnya kemudian berusaha berjalan kembali.
"Hey...hey...." Seokjin menangkap tubuhnya yang merosot, tersenyum kecil dan meletakkan lengan sang pemuda di atas bahu lebarnya.
"Mau ke ruang kesehatan?"
"Ng-ngga....ke toilet aja..." "C-cuci muka...."
"Kebanyakan kali lo nyampurinnya, Jin!" Eunkwang terbahak setelah mendengar cerita sang pemuda.
"Kaga, sumpah!" "Gw sering liat bokap nakar tu obat kali..."
"Lah itu sampe toilet tidur lagi kata lo?" "Trus....lo tinggalin gitu aja?"
"Iya" Seokjin terbahak. "Efeknya beda-beda kali tiap orang"
"Emang Jin ngasi apaan ke si botak, Eun?" Youngjae yang baru saja datang ke kantin duduk di seberang mereka berdua.