59. Letting Go

115 16 3
                                    




"Gw seneng akhirnya lo mutusin buat dirawat, Jin..."

"Iya Hob...."
"Gw bakal berenti kuliah deh..." Ia tertawa getir.

Hoseok dan Jackson saling menatap iba.

"Besok banget lo berangkat, Jin?" Jackson mendekat, memperhatikan kedua bola mata berkaca-kaca itu lekat.

"Huum...."
"Lebih cepet lebih baik kan?"

"Padahal gw baru napsu makan lagi..."

"Baru deket lagi sama Namjoon..."

"Gw kira kita bakal bisa balik lagi"

"Kayanya emang karma gw harus sendirian ya...." Ia terkekeh pelan, diusapnya air mata yang jatuh mengalir di pipi.

"Jin......"
"Jangan gitu mikirnyaaa...."

"Justru lo harus semangat buat sembuh" Jackson mengguncang pelan kedua bahunya sambil tersenyum lebar.

"Lagian makin lama lo disini, makin sering juga mereka gangguin lo terus kan?"

Hoseok menyikut pinggang Jackson, menyuruhnya diam.

"Iya..." Seokjin tersenyum.
"Lo bener kok, Jack..."

"Dan gw udah cape"


"Dan makin cepet lo dirawat, makin cepet juga lo sembuh..."

"Aah...." Jackson menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. Bibirnya melengkung menahan air matanya yang menggenang.

Seokjin tertawa geli. "Gw juga bakal kangen lo bedua, guys..."

"Thanks ya udah nemenin gw selama gw sendirian di asrama..."

"Gw anter balik ya..." Hoseok mendekat.

"Ga usah, Hob..."
"Gw sekalian mau mampir ke supermarket dulu..." Seokjin tersenyum melambaikan kedua tangannya.

Hoseok menghela napas pasrah kemudian mengangguk. "Kita anter ke bandara besok ya..."


"Iyaaaa....."

"Udah pada tidur sana...."

"Gw balik ah..." Seokjin berbalik cepat meninggalkan mereka berdua dari depan gedung asrama.



Langkah lebarnya melambat. Seokjin memeluk tubuhnya erat, terisak dan duduk di tepi jalan.

"Berisik....."

"Hiks....."

"Ga boleh..."

"Lo ga boleh kalah, Seokjin..."

"Biarin aja Eungka sama Jae mau ngomong apa"

"Lo denger, Eungka...Jae.....gw pergi besok"

"Dan lo bedua ga akan ada lagi..."
Ia mengusap air matanya dan kembali berjalan menuju asramanya.







'Nam.....'
'Udah tidur?'

'Belum...'
'Kamu kenapa belum tidur?'

'Eungka narik-narik tangan aku...'
'Sakit....'

'Buka pintunya'
'Aku di luar...'



Tubuh kecil itu menghambur ke dalam pelukan Namjoon.
"Kirain becanda..."

"Kamu ngapain disini, Nam?"

"Jaga-jaga kalo ini terjadi..." Ia mengeratkan dekapannya.

"Sorry....." Seokjin menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher sang pemuda.
"Aku takut ga bisa ngontrol emosi..."

"Ngerti....aku ngerti kok. Pasti kamu kepikiran besok"
"Makanya aku disini"

"Plesternya kenapa dilepas?" Namjoon meraih pergelangan tangan Seokjin lembut.

"Baru mau aku ganti...barusan aku beli plester lucu di supermarket" Ia beranjak merogoh-rogoh saku celananya yang tergantung di samping lemari.

Namjoon mengulum senyum, kedua alisnya terangkat iba menatap telapak tangan kecil yang terulur menunjukkan sebuah plester bergambar alpaca dengan wajah polosnya.

Diraihnya lembaran dari telapak tangan sang pemuda.

Jemari lentik itu dijalin kemudian ditarik perlahan, Seokjin duduk di tepi tempat tidur dan sang pemuda yang berlutut di bawah kakinya.

Dengan telaten Namjoon membasahi kapas dengan cairan antiseptik kemudian menaikkan kacamata sebelum gumpalan putih itu diusapkan perlahan pada lukanya yang sudah mulai menutup.

"Nanti bilang sama Papa buat buka jaitannya pas sampe disana ya..." Ia mengoleskan salep luka lalu membuka plester  itu dan menempelkannya.

Seokjin tersenyum lebar dan mengangguk. "Lucu...."

Namjoon mendengus tersenyum memiringkan kepalanya.



"Temenin bentar ya sampe aku tidur" Seokjin menatap Namjoon yang kini berdiri di samping meja belajarnya.

Pemuda berdimple itu mengangguk lalu menarik selimut Seokjin hingga sebatas lehernya.

"You know what it feels like?" Seokjin tersenyum kecil.

"Kaya putus tapi ga ngejalin hubungan..."



NYUTT


"Don't say that...." Namjoon tertunduk dengan kedua tangan masih menggenggam tepi selimut tebalnya.
"Kita berdua tau ini untuk kebaikan kita kan..."



"Nam...."

"Please tell Me that it's gonna work well...."
"Tell Me that everything's gonna be okay"

"It's just.....I really don't need anymore goodbyes in my life..." Pemuda itu tersenyum kecil.

Namjoon mengusap kepalanya dan berusaha tersenyum.

"You'll be okay, Seokjin..."

"You're strong. You'll get through this. Aku percaya sama kamu..."

"Sahabat-sahabat kamu bahkan Papa percaya sama kamu"

"Asal kamu juga percaya sama diri kamu sendiri..."

"Jangan nyerah...." Suara berat itu pecah.


"Naaammmm......jangan nangis..."

"Kalo kamu nangis aku ga bakal tega ninggalin kamu..." Seokjin bangun dan mengusap sisi kepalanya.


"Please.....malem ini aja...." Ia menggenggam jemari yang masih mengusap air matanya, mengecupnya lembut lalu tertunduk dengan bahu bergetar.


"Besok aku janji bakal nganter kamu dengan senyum...."

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang