Chapter 10

479 14 4
                                    

Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi menyebabkan orang orang sudah berlalu lalang sejak subuh di jalanan, semua bergerak terburu buru menuju tempat dimana mereka akan menumpahkan seluruh tenaga dan pikiran demi mengumpulkan barang berharga yang dinamakan dengan uang, yah katakan saja bahwa uang bukanlah segalanya tapi dizaman ini segalanya butuh uang.

Tak terkecuali renjana, ia juga sudah bersiap akan berangkat kerja, ia sudah menyiapkan sarapan dan pakaian kerja suaminya tapi suaminya akan berangkat bekerja sedikit lebih lama hari ini, apakah mereka sudah berbaikan setelah kejadian semalam? Tentu saja tidak, renjana hanya melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri yang harus melayani dan mengurus suaminya apapun yang terjadi.

Ia tak membangunkan suaminya, renjana langsung berangkat ke kantor karna takut jalanan akan macet jika ia menunggu suaminya bangun.

Sesampainya di kantor renjana langsung menuju ruangan tempat ia bekerja dan rekan rekan yang lain termasuk sahabatnya Qiana.

Qiana yang melihat renjana langsung saja menghampirinya pasalnya ia melihat wajah sahabatnya sedikit kusut tidak seperti biasanya.

" Kenapa Jan, kok muka lo cemberut amat? "

" Gak papa kok Yan"

" Beneran nih gak papa? Kalau ada apa apa jangan diam diam aja ya, ada gue kok kalau lo mau cerita"

" Iya iya santai aja Yan "

" Oke deh, eh ngomong ngomong Jan gue mau nanya sesuatu, waktu itu lo bilang kalau suami lo bakal bantu kita buat nyari Jenia kan? Trus gimana Jan udah ada perkembangan belum? "

" Oh iya, gue gak tau Yan gue belum nanya mas Varo nanti deh kalau udah di rumah gue tanya mas Varo"

" Gue rindu banget sama Jenia, udah lama kita gak ketemu kira kira gimana ya kabar dia sekarang"

" Tenang aja Jan, gue yakin Jenia pasti baik baik aja kok, dia kan wanita kuat sama kaya lo"

Ada rasa kesal saat ia mengatakan hal itu, ntahlah ia hanya kesal pada Jenia yang notabene nya sahabat karibnya tiba tiba ngilang tanpa sepatah kata pun. Katakanlah ia kejam tapi jika suami renjana tak berencana membantu mereka buat menemukan Jenia ia tak masalah akan hal itu, ia masih gak percaya jika mereka akan ditinggalkan tanpa pesan sedikitpun.

Qiana menatap lama Renjana yang sedang menikmati waktunya untuk mengerjakan pekerjaannya.

" Jan, gue sayang banget sama lo, gue udah nganggap lo sebagai saudara sendiri, gue ingin lo bahagia, apapun yang terjadi pada rumah tangga lo gue akan bantuin lo, persetan jika lo marah dan bilang kalau gue ikut campur gue gak perduli pokoknya gue cuma pengen lo bahagia jan" batin Qiana.

" Jan nanti pulang kerja nonton yok, kita udah jarang jalan bareng lagi, gue kangen tau"

" Iya juga ya, boleh deh gue juga pengen nonton"

Di lain sisi di dalam sebuah apartemen mewah seorang perempuan sedang sibuk mengurus anaknya yang sudah menginjak usia balita, ia hendak memandikan anaknya tapi yang namanya balita pasti ada aja kelakuan yang membuat sang ibu kelelahan.

Saat sedang berkutat dengan anaknya yang masih sibuk berguling kesana kemari tiba tiba terdengar suara bel berbunyi, yang menandakan seseorang sedang menunggu di depan untuk dipersilahkan masuk oleh pemilik tempat.

Saat membuka pintu ia tersenyum melihat siapa orang tersebut, yah dia adalah orang yang ditunggu tunggu perempuan itu dari tadi, karna jujur saja ia sudah lelah dengan kelakuan anak nya.

" Mas kok lama banget, aku capek banget Narendra dari tadi gak mau mandi"

" Yaudah biar aku aja yang mandiin Narendra kamu siapin bajunya aja"

ELEGI ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang