Chapter 38

543 22 2
                                    

Perasaan timbul karna sebuah pertemuan yang tidak disengaja atau pertemuan yang sudah di rencanakan, namun pada umumnya banyak manusia yang memadu kasih karna sebuah ketidak sengajaan. 

Renjana memasak lebih banyak dari biasanya, tidak tau apa ingin dokter itu diskusikan ia hanya mengikuti perkataan adiknya. 

Sekarang tepat pukul delapan malam, saat renjana sedang menata meja makan dengan berbagai makanan sederhana yang sudah ia masak tiba tiba ia mendengar suara deru mobil, ah sepertinya tamunya sudah datang. 

" Assalamu'alaikum "

" Wa'alaikumussalam " Aksa langsung membuka pintu karna kebetulan Aksa sedang duduk di sofa dekat pintu, renjana dan Aksa tinggal disebuah apartemen jadi rumahnya tidak terlalu luas hanya cukup untuk menampung sekitar empat orang. 

" Oh dokter sudah sampai, silahkan masuk dokter"

" Uncle, aunty Jana dimana? "

" Oh ada Erhan juga ternyata, aunty ada tuh di dapur bentar lagi keluar kok"

Dokter Aslan ternyata tidak hadir seorang diri, ternyata ia membawa anak semata wayangnya. 

Setelah selesai berkutat di dapur renjana langsung menuju ruang tengah dimana tamu dan adiknya sedang berbincang, ia hanya membawa dua gelas minuman dingin, ia tak tau jika Erhan juga ikut berkunjung. 

" Loh Erhan juga ikut ternyata"

" Iya, Erhan kangen sama aunty udah lama Erhan tidak datang ke rumah sakit jadi Erhan tidak bisa bertemu dengan aunty" ucap Erhan sambil tersenyum pada renjana. 

Hati renjana berdesir melihat senyum Erhan, seketika ia teringat pada anaknya yang jauh disana, is tak ingin kembali ke masa ia menangisi anaknya renjana langsung menepis perasaan sedihnya. 

" Oh begitu, tapi Han aunty juga sudah lama keluar dari rumah sakit"

" Benarkah? Dad kenapa daddy tidak bilang kalau aunty sudah lama keluar dari rumah sakit" delik Erhan pada ayahnya. 

" Memangnya untuk apa? Kamu kan bukan kerabat aunty renjana, kamu juga bukan orang yang merawatnya jadi untuk apa kamu tau hal itu? " goda Aslan pada anaknya. 

" Tapi kan dad - "

" Sudah sudah, Erhan sudah makan? Gimana kalau kita makan sekarang? "

" Aduh kenapa harus pake acara makan segala jadi merepotkan nih" ucap Aslan 

" Tidak apa apa dok, jarang jarang kan ada kesempatan seperti ini"

Mau tidak mau akhirnya Aslan melangkahkan kakinya ke meja makan, akhirnya ia ikut menikmati masakan renjana malam ini. Kalau Erhan jangan ditanya lagi tentu saja ia sudah makan dengan lahap bak anak yang gak makan tiga hari saja. 

Ingin sekali dokter tampan itu menyentil anaknya, tapi ia juga segan pada pemilik rumah, akhirnya mereka menikmati semua hidangan walau sedikit canggung. 

Selesai makan mereka berbincang bincang di ruang tengah, mulai dari membahas penyakit yang di derita oleh renjana sampai pengobatan dan penelitian yang pihak rumah sakit lakukan tentang penyakitnya. 

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ah sepertinya ini sudah terlalu larut, tak baik jika ia bertamu sampai tengah malam, maka dengan sedikit ragu ia mulai mengutarakan maksud dan tujuannya datang berkunjung kerumah renjana. 

" Ehem, maaf sebelumnya seperti yang saya katakan tadi pagi pada Aksa bahwa saya ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua"

" Ada apa dok, bukannya tadi kita sudah membahas mengenai penyakit kakak saya, apa ada yang ingin dokter sampaikan lagi? Kalau ada silahkan dok tak perlu sungkan"

ELEGI ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang