Renjana sangat ingin sekali melarang Arkana untuk bertemu dengan Alvaro tapi apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia memberitahu jika ayahnyalah yang menyebabkan semua itu.
Selepas dari sekolah renjana dan Qiana mengikuti kemana Alvaro akan membawa Arkana, renjana khawatir Alvaro melakukan hal aneh pada Arkana.
Tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat yang sangat amat renjana kenal, tempat dimana renjana pernah mengabdikan hidupnya disana selama lima tahun, tempat dimana renjana menumpahkan air matanya secara diam diam, tempat yang menjadi saksi perjalanan pernikahannya.
Tempat itu adalah rumah pernikahan dirinya dengan Alvaro dulu, begitu sampai tiba tiba ada seorang perempuan yang keluar dari rumah menyambut mereka, renjana tentu saja mengenal wanita itu, melihat semua itu membuat luka yang telah renjana sembuhkan sendiri dengan susah payah, kenangan pahit yang telah ia kubur harus terbuka lagi.
Qiana hendak turun dari mobil tapi renjana menahan pergelangan tangan qiana.
" Yan kita pulang aja ya, nanti aja gue tanyain Kana dirumah"
Mendengar itu Qiana paham betul bahwa renjana tak ingin memasuki rumah itu lagi, dengan cepat ia langsung menyetujui permintaan renjana
" Yasudah ayo kita pulang"
Mereka memutuskan untuk meninggalkan rumah tersebut, melihatnya saja sudah membuat sesak apa lagi masuk kedalam.
Sepanjang jalan renjana hanya terdiam, banyak pertanyaan dalam benaknya tapi tak tau pada siapa ia akan bertanya.
Qiana tak langsung membawa renjana pulang, ia membawa renjana ke tempat yang tenang, tempat yang tidak di datangi orang banyak.
" Masih mikirin yang tadi"
" Salah gak sih Yan kalau gue ngasih tau Kana siapa ayahnya? "
" Gak salah kok Jan, yah walaupun ayahnya pria bejat tapi dia juga berhak tau siapa ayahnya"
" Gue takut Yan"
" Takut apaan? "
" Gue takut kalau varo bakal ngambil Kana dari gue, gue gak mau Yan gue udah perjuangin hidup dan mati gue buat Kana, gue gak mau kalau varo tiba tiba ngambil dia Yan " tiba tiba renjana menangis.
" Sssttt... Hei Jan dengerin gue, hal itu gak akan terjadi oke gue bakal bantu lo tenang aja oke"
" Tapi Yan - "
" Udah gak usah dipikirin semua baik baik aja, Arkana akan tetap bersama kita gak ada yang boleh ngambil Kana, lo tenang aja oke? "
Renjana hanya bisa mengangguk walau dalam hatinya sudah berontak.
Setelah Qiana mengantarnya pulang ke rumah benar saja Arkana belum pulang padahal saat ini sudah menunjukkan pukul empat sore. Tak mau memikirkan hal hal aneh, akhirnya renjana memutuskan untuk memasak untuk makan malam dengan Arkana nanti.
Jam lima sore barulah Arkana pulang ke rumah, ingin sekali renjana menanyakan kemana anaknya seharian tapi ntah kenapa ia tak ingin merusak mood anaknya yang sepertinya sedang bahagia.
Renjana memutuskan untuk mendiamkan masalah ini. Untuk sementara waktu renjana lebih memilih mendiamkan masalah ini selagi anaknya masih pulang ke rumah, se benci bencinya ia pada Alvaro ia tetap tidak tega pada anaknya jika melarang nya bertemu dengan ayah kandungnya.
Malam pun datang, renjana menemani Arkana belajar, meskipun ia memiliki banyak pekerjaan ia selalu menyempatkan diri untuk menemani Arkana belajar.
" Ibu, apa ibu tidak lelah? Ibu bisa tidur duluan nanti Kana tidur disamping ibu juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI ASMARA
General FictionJika banyak manusia sangat mendambakan pernikahan tapi banyak juga yang ingin menghindari pernikahan. sama seperti Renjana gadis biasa yang hidup layaknya gadis lain menjalani harinya seperti orang orang pada umumnya semua berjalan dengan baik, hin...