Chapter 23

402 17 0
                                    

** masih flashback**

Seminggu berlalu sejak kepergian orangtua mereka, tentu saja mereka masih tinggal dirumah Qiana. Qiana sangat bahagia karna renjana tinggal dirumahnya, terlepas dari cobaan yang di alami oleh renjana.

Tapi berbeda dengan Aksa yang merasa tidak enak pada qiana dan suaminya. Aksa tau kakak nya masih bersedih tapi dia harus membicarakaan ini dengan kakaknya agar mereka tidak semakin merepotkan qiana.

Aksa mendatangi salah satu kamar yang ditempati kakaknya.

Tok.. Tok.. Tok...

" Mba ini aku Aksa, boleh aku masuk mba? "

" Boleh" jawab renjana seadanya.

" Mba lagi ngapain? Mba masih termenung mikirin ayah sama Bunda? "

Mendengar pertanyaan adiknya renjana hanya terdiam kemudian mengangguk sebagai jawaban.

" Mba, aku tau mba sedih sama aku juga sedih tapi mba jangan sedih terus dong aku sama yang lain ikutan sedih liat mba kaya gini, kan masih ada Aksa, Arkana, mba qiana dan suaminya, mba aku mohon jangan seperti ini ya"

Renjana menatap wajah adiknya, terlihat raut wajah yang sarat akan kesedihan terpancar dari matanya, kemudian ia menggenggam tangan adiknya dan mengatakan hal yang membuat Aksa sedikit merasa lega.

" Sa, maafkan mba ya sepertinya mba sudah banyak merepotkan kalian karna mba terlalu berlarut larut dalam hal ini"

" Tidak apa apa mba, aku paham kok tapi tolong jangan mengurung diri terus mba"

" Iya mba akan coba mengikhlaskan kepergian ayah sama Bunda, Sa tolong tetap disisi mba ya jangan tinggalin mba ya"

" Mba ngomong apa sih, aku gak mungkin meninggalkan mba sendirian, aku akan bertanggungjawab penuh pada mba dan Arkana "

" Terimakasih banyak ya Sa, kemarilah mba ingin memeluk adik kecil mba, sudah lama mba tidak melakukannya"

" Mba aku sudah dewasa bukan anak kecil lagi"

" Iya iya tapi dimata mba kamu tetap adik kecil mba"

Setelahnya renjana langsung memeluk adiknya, Aksa adalah satu satunya keluarga yang ia miliki dan anaknya. Aksa adalah satu satunya tempat berkeluh kesahnya untuk saat ini, syukurnya adiknya ini termasuk pria yang peka dan pengertian.

" Mba sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan sama mba, tapi kalau mba belum bisa kapan kapan kita bisa bahas ini"

" Memangnya mau bahas apa, mba kan sudah bilang kalau mau ngomong atau bahas sesuatu gak perlu sungkan sama mba, mba bakalan dengerin apapun yang mau kamu sampaikan"

" Iya sih mba, cuma Aksa takutba masih belum siap"

" Yaudah kamu mau bahas apa? "

" Mba sampai kapan kita akan tinggal disini? Kita gak mungkin tinggal di sini selamanya kan, aku gak enak sama mba qiana dan suaminya, apa kita cari rumah sewa aja dulu mba"

" Bagaimana denganmu, kapan kamu akan kembali ke Jerman? "

" Sepertinya aku tidak akan kembali ke Jerman lagi deh mba"

" Loh kenapa? Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? "

" Aku sudah memutuskan untuk menemani dan menjaga mba dan Arkana jadi aku akan cari pekerjaan disini nanti mba"

" Apa tidak apa apa? Kamu sudah berjuang untuk mendapatkan pekerjaan itu"

" Mba, kamu itu kakak aku satu satunya keluarga yang aku miliki, jadi sudah pasti aku lebih memilih mba daripada pekerjaan itu, yah memang ku akui itu adalah pekerjaan yang bagus dan sulit untuk ku dapatkan tapi aku lebih memilih kalian daripada pekerjaan itu"

ELEGI ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang