Chapter 14

370 14 0
                                    

Renjana memutuskan untuk pulang kerumah setelah ia menghabiskan waktu dengan Qiana, lelah itu yang ia rasakan saat ini, emosinya terombang ambing hari ini belum lagi keadaan tubuhnya yang kurang fit dikarnakan sedang mengandung.

Saat sampai dirumah renjana melihat mobil suaminya sudah terparkir di garasi, ia sudah menduga hal ini akan terjadi apa lagi saat suaminya mendengar bahwa ia sedang hamil tapi ia malah meninggalkan suaminya tanpa penjelasan sedikit pun.

Ia memasuki rumah dan benar saja ia melihat suaminya sedang mondar mandir diruang tengah. Ia tak menghiraukan keberadaan suaminya ia terus berjalan begitu saja, saat hendak menaiki tangga menuju lantai dua tiba tiba Alvaro memanggilnya.

" Sayang aku mohon, aku butuh penjelasan kamu apa yang kamu katakan tadi itu benarkan? "

" Mas, kamu pikir aku ini wanita apaan? Aku tidak perlu melakukan kebohongan untuk hal seperti itu, kalau kamu gak percaya yasudah" hendak menaiki tangga tapi tiba tiba pertanyaan suaminya sukses membuatnya emosi.

" Bagaimana bisa? Apa alatnya gak rusak atau dokternya keliru saat memeriksanya? "

Terlanjur emosi mendengarnya, renjana yang selalu berusaha agar tidak mengucapkan hal hal vulgar tapi kali ini ia tak bisa menahannya suaminya ini sungguh keterlaluan.

" Mas apa kamu lupa? Satu bulan yang lalu saat kamu lagi stress saat kamu lagi ada masalah di perusahaan kamu melampiaskan emosimu padaku, saat aku lagi sibuk mengerjakan pekerjaan kantor tiba tiba kamu datang dan menggerayangi tubuhku, tapi karna status kamu itu suamiku aku tidak bisa menolak mas, lagian aku bukan wanita murahan yang bersetubuh dengan siapa saja, kalau kamu gak mau tanggung jawab gak papa mas, aku bakal urus surat cerai kita secepatnya".

Kaget tentu saja bagaimana tidak ia pikir kata kata renjana sebelumnya soal perceraian itu hanya ia ucapkan karna emosi saja, tapi nyatanya ini kedua kalinya ia mengungkapkan hal itu, tidak ia tidak mau jika harus lepas tanggung jawab pada anaknya untuk kedua kalinya.

" Baiklah aku minta maaf, aku akan mengakui bahwa itu adalah anakku, dan aku akan memperlakukan kalian berdua dengan baik, aku minta maaf tolong maafkan aku ya sayang, aku janji aku akan selalu menuruti apa yang kamu mau asalkan kamu mau memafkanku"

" Oke aku akan pikir pikir lagi mengenai perceraian tapi ingat mas, aku tidak mau jika kamu ingkar janji, aku tau kalau sekarang jenia juga istrimu dan kamu juga punya anak dengannya tapi situasi saat ini berbeda mas, anak jenia sudah umur 3 tahun sementara aku masih 3 minggu, kata dokter dua bulan lagi kemungkinan aku akan mulai ngidam sesuatu, dan saat itu tiba hingga aku melahirkan aku harap kamu bisa memenuhi keinginanku mas, kalau kamu tidak bisa menurutinya barang sekali saja maka aku tidak segan segan akan melaporkan hal ini pada orangtuaku dan orangtuamu juga, dan ingat aku akan memberi tahu mereka perbuatan busukmu selama 4 tahun terakhir ini"

" Katakanlah kalau aku wanita licik saat ini, tapi ingat mas kamu masih suamiku dan aku berhak mempertahankan suamiku dan ayah dari calon anakku".

Setelah mengatakan itu renjana langsung menuju kamarnya, ia malas mendengar jawaban dari suaminya karna ia sudah menebak apa yang akan suaminya katakan.

Berbeda dengan renjana Alvaro justru pusing memikirkan kata kata renjana tersebut, pasalnya ia harus menghabiskan waktu dengan renjana sampai ia melahirkan, lalu bagaimana jika jenia membutuhkan suatu bantuan? Apa yang harus ia lakukan apakah ia akan mengabaikan jenia dan anaknya? .

Sementara biarkan seperti ini dulu, ia harus mengikuti kemauan renjana agar rahasianya tidak bocor pada keluarganya karna ia sangat tau jika keluarganya sangat menyayangi renjana, bahkan mungkin jika disuruh memilih mereka lebih memilih renjana daripada dirinya.

Dua bulan setelah kejadian itu semua berjalan seperti biasa, renjana yang masih melakukan aktivitas seperti biasa dan suaminya yang masih menemui jenia dan Narendra setiap hari karna memang renjana mengizinkan tapi hanya sampai usia kandungan renjana menginjak usia dua bulan lebih, seperti saat ini usia kandungannya sudah 11 minggu, itu artinya seminggu lagi usia kandungannya akan masuk 3 bukan maka setelah itu Alvaro harus membatasi waktunya dengan jenia, renjana tak menerima penolakan apapun.

Sebenarnya Qiana sudah menyuruh renjana untuk hati hati soal perasaannya, Qiana selalu mengingatkan renjana bahwa ini semua hanya sandiwara, Qiana selalu mengatakan agar tidak termakan perlakuan manis Alvaro padanya.

Tapi renjana mengatakan ia bisa menanganinya, ntahlah hati orang gak ada yang tahu, Qiana selalu berharap agar renjana teguh dengan pendiriannya.

Karna usia kandungan yang  sudah mulai memasuki bulan ke tiga maka hal yang ia takutkan pun mulai muncul, ya dia mulai ngidam saat ini dan mau tidak mau Alvaro harus siaga disisi Nya.

Saat ini Alvaro meminta izin pada renjana untuk bertemu dengan jenia dan anaknya dan memberikan pemahaman atas siatuasi saat ini sebelum nanti ia akan jarang menemui mereka sampai renjana melahirkan, renjana tau itu hanya akal akalan suaminya saja ia tahu suaminya tidak sedang memberi pemahaman pada jenia dan anaknya melainkan mereka sedang liburan ke suatu tempat.

Renjana yang tau akan hal itu tentu saja tak mau memberikan mereka waktu untuk bersenang senang, maka ia langsung melancarkan aksinya.

Drrrttt... Drrrrttt...

" Mas kamu dimana sih? Kok aku belum pulang juga? Apa sesusah itu ngasih pemahaman sama mereka? Aku mau makan sesuatu yang kamu masak"

" Iya sabar ya sebentar lagi aku pulang kok, Narendra masih nangis gak mau pisah katanya"

" Sudah kuduga ini akan terjadi, mas pasti gak bakal bisa adil dan bakal ingkar janji, yaudalah gak usah pulang sekalian, aku mau pergi ke rumah mamah aja, mamah pasti mau masakin sama aku"

" Jangan gitu dong sayang, kan aku udah bilang aku bakal pulang bentar lagi, jangan ke rumah mamah ya Narendra masih rewel gak mau ditinggal"

" Udalah mas aku gak butuh penjelasan kamu, lagian ibunya kemana? Apa ibunya gak bisa nenangin anaknya sendiri? Kalau emang gak mau bilang aja mas, udalah kalian berdua sama aja"

Renjana langsung mematikan panggilan secara sepihak, hal itu tentu saja membuat Alvaro panik. Ia takut jika istrinya akan pergi ke rumah orangtuanya dan mengadukan semua perbuatannya. Ia langsung memberikan Narendra pada jenia, ia harus bergegas pulang sebelum istrinya beneran berangkat dari rumah.

" Mas kamu kenapa sih, Narendra kan masih pengen sama kamu"

" Sayang Ayah minta maaf ya tapi ayah harus pergi sekarang kalau tidak kita bisa berakhir menyedihkan"

" Kamu kenapa sih mas, apa karna perkataan renjana tadi? Palingan dia cuma ngancam kamu aja mas"

" Aku juga berharap begitu tapi sayangnya untuk saat ini situasinya berbeda, renjana yang sekarang bukan renjana yang dulu lagi, sekarang kalau aku gak menuruti kemauannya dia akan beneran ketemu orangtuaku, kalau mereka tau gak cuma aku tapi kamu juga bisa dalam bahaya"

" Halah mas dianya aja yang lebay, dia pasti lagi nyari perhatian kamu supaya kamu gak sering kesini aku tau itu"

" Udalah aku pergi dulu, nanti kalau aku mau berkunjung aku akan menghubungimu, Narendra jangan nakal sama ibu ya, ayah mau pergi nanti ayah datang lagi ya nak"

Bocah tiga tahun itu tidak tau apa maksud ayahnya, ia hanya bisa menangis tidak mau melepaskan genggaman ayahnya, tapi mau  bagaimana lagi Alvaro harus pulang, jika tidak semua akan berantakan dan akan berbuntut panjang.

TBC.....

Dahlah segitu aja lagi gak mood soalnya🙃

Kalau ada typo udah maklum aja ya 😅

Selamat membaca 👐👐👐

ELEGI ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang