Hari berlalu begitu saja, terhitung sebulan sudah sejak kepergian Narendra, tuan Grayson dan Arkana masih saja merasa sedih atas kepergian Narendra, tuan Grayson mengurus semua pemakaman Narendra dengan baik dan sangat amat layak.
Mengingat kalimat dokter muda yang pernah mengatakan untuk mengusut pelaku yang menyebabkan Narendra meninggal hari itu tentu saja tuan Grayson sangat amat tau siapa pelakunya, hanya saja ia tak melaporkannya pada pihak berwajib. Ia ingin melihat Jenia menderita atas rasa bersalahnya karna sudah melenyapkan nyawa putranya sendiri.
Sepertinya keinginan itu akan terkabul dalam waktu dekat, melihat bagaimana kondisi Jenia saat ini, atas rasa bersalahnya pada putranya saat ini Jenia mengalami sedikit gangguannya mental, ia sering kali pergi kedapur untuk mengambil buah dan pisau kemudian ia akan menangisi buah dan pisau tersebut sambil memanggil nama Narendra, atau kadang kadang ia meracau mengatakan kalau Narendra sudah pulang dan ingin makan buah yang ia kupas sendiri.
Tentu saja hal itu sangat menyakitkan untuk disaksikan oleh Alvaro dan putrinya Meta yang hidup serumah dengan Jenia. Jenia memang tidak melakukan hal hal yang berbahaya saat ini hanya saja banyak tingkah lakunya yang menurut mereka sangat aneh dan mendekati perilaku orang yang memiliki gangguannya jiwa.
Alvaro sudah mencoba untuk membawa Jenia berobat ke psikolog atau dokter jiwa, tapi setiap akan keluar dari rumah Jenia akan berterima dan menolak, ia selalu mengatakan jika nanti Narendra akan datang dan akan meminta buah padanya, Meta selalu menangis melihat keadaan ibunya saat ini, selain menangisi ibunya Meta juga menangisi keadaan mereka yang mana saat ini hanya ia dan ayahnya yang mengurus ibunya, karna siapa lagi yang akan membantu mereka kakeknya jelas jelas sudah menolak mereka apa lagi ibunya.
Saat Alvaro sedang bekerja Meta lah satu satunya orang yang akan mengurus Jenia dirumah, tak jarang Meta selalu menangis tiap kali ia kewalahan mengurus ibunya. Mereka sengaja tak membawa Jenia ke rumah sakit jiwa karna menurut mereka Jenia tidak gila dan akan sembuh walau kenyataan didepan mata mereka berbeda.
Mungkin ini salah satu karma untuk Jenia, karma atas perbuatannya pada renjana dan Narendra selama ini. Jika di ingat ingat dulu Jenia sangatlah membenci renjana bahkan ia melakukan berbagai macam cara agar renjana berpisah dengan Alvaro.
Meta yang sudah mulai kewalahan mengurus ibunya terkadang membiarkan ibunya berteriak sesuka hatinya Meta hanya bisa melihatnya sambil menangis, ingin sekali Meta mengadu pada orang lain tapi sayang berkat kelakuan ibunya dulu mampu memutuskan hubungan saudara dan keluarga mereka dengan yang lain, lantas apa yang harus ia lakukan jika sudah seperti ini.
Mari kita tinggalkan Meta dengan ibunya yang sedang bermasalah. Terlihat di ujung jalan tepat didepan rumah minimalis itu ada seorang pria bertubuh tinggi dan tegap sedang menatap rumah yang ada di hadapannya, sungguh pria itu sangat menyukai suasana rumah minimalis itu. Lama memperhatikan rumah tersebut ia pun langsung melangkah menuju rumah tersebut.
Tok... Tok...
" Assalamu'alaikum "
Tok... Tok....
" Assalamu'alaikum "
"Wa'alaikumussalam"
Terlihat seorang wanita cantik membuka pintu klasik tersebut, semenjak mereka pindah ke rumah ini pria ini adalah tamu kedua mereka setelah pria yang menanyakan alamat tersebut, atau apakah pria ini adalah orang yang sama?
" Iya, ada yang bisa saya bantu? "
" Maaf saya ingin bertanya apa benar ini alamat rumahnya Dokter Erhan? "
Oh ternyata bukan orang yang sama, pria ini kenalan putranya atau mungkin salah satu pasien dari putranya.
" Oh iya benar, ini adalah rumah dokter Erhan"

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI ASMARA
Ficción GeneralJika banyak manusia sangat mendambakan pernikahan tapi banyak juga yang ingin menghindari pernikahan. sama seperti Renjana gadis biasa yang hidup layaknya gadis lain menjalani harinya seperti orang orang pada umumnya semua berjalan dengan baik, hin...