Chapter 50

552 19 5
                                    

Sayangi selagi masih ada, perhatikan selagi masih di pandang mata, kasihi selagi masih bersama dan hargai meski tak banyak yang ia beri karna sejatinya orang tulus tak akan datang dua kali.

Setelah melalui berbagai hal yang membuat jiwa terasa sangat amat lelah akhirnya Erhan benar benar pergi kali ini, tak ada alasan baginya untuk tetap tinggal, ia telah menunaikan janjinya pada sang ayah untuk mengembalikan renjana ke tanah air, karna almarhum ayahnya sangat amat tau jika renjana sangat ingin kembali dan menetap di Indonesia.

Tak ada yang tau bagaimana lika liku kehidupan, tapi belajar dari pengalaman bukanlah hal yang buruk, semua tak sama semua tak serupa tapi belum tentu semua akan berbeda juga.

Dua bulan sudah semenjak kepergian Erhan, selama itu pula renjana tak mendengar kabar apa apa lagi dari Erhan, adiknya Aksa dan sahabatnya Qiana juga sudah tidak pernah membahas Erhan lagi, mungkin mereka sengaja melakukan itu agar renjana tidak larut dalam rasa bersalahnya lagi.

Renjana masih tinggal dirumah yang Erhan berikan, sering kali arkana mengajaknya untuk tinggal bersama tapi renjana selalu menolaknya. Renjana tak menolak arkana renjana hanya tidak bisa meninggalkan rumah itu karna itu hadiah dari ayah Erhan. Renjana sungguh masih sangat mencintai ayah Erhan itulah kenapa ia masih bertahan dirumah itu.

Hari ini Aksa dan keluarganya juga Qiana dan keluarganya memutuskan untuk mengunjungi renjana, setelah mereka sibuk dengan berbagai macam kegiatan kali ini mereka memiliki waktu luang untuk berkunjung kerumah renjana.

" Kalian tau, Erhan adalah seorang anak yang sangat kesepian" tak ada angin tak ada hujan saat semua sedang berkumpul di rumahnya tiba tiba saja renjana membahas Erhan ntah apa yang ia pikirkan saat ini.

" Pertama kali aku bertemu dengannya ntah kenapa aku merasakan sakit yang amat nyeri di dalam hati, saat mata tajam berwarna hazel itu menatapku dengan tatapan kosong, tatapan yang menyiratkan bahwa cahaya antusias kebahagiaan di dalam dirinya seolah olah meredup, awalnya aku berfikir mungkin dia tidak suka melihatku berada di sekitar ayahnya, mungkin ia berfikir aku akan merebut ayahnya dari ibunya, ia bahkan sering tak mau bicara denganku tapi ntah kenapa suatu hari tiba tiba ia mendatangiku dengan ekspresi wajah yang sangat amat berbeda dari yang aku lihat sebelum sebelumnya, mata tajam itu masih melekat padanya hanya saja tatapan kosong itu seketika menghilang saat ia mengatakan jika ia ingin memiliki ibu sepertiku, aku tidak mengerti maksudnya, aku berfikir mungkin ia tak menyukai ibunya? Mungkin ibunya membencinya? Atau bahkan mungkin ibunya tidak menginginkannya, dia anak yang baik tapi dia sangat pendiam, aku tak pernah melihat ia bermain bersama anak anak seusianya, bukan karna ia pemilih dalam hal pertemanan tapi ia sengaja menutup diri dari orang banyak karna banyak yang tidak menyukainya hanya karna ia tak punya ibu, ternyata selama bertahun-tahun ia menyembunyikan kenyataan pahit dimana banyak anak anak yang mengatakan jika ialah penyebab kematian ibunya-" Renjana menjeda kalimatnya kemudian ia memperhatikan bagaimana respon orang disekelilingnya saat tiba tiba ia membahas Erhan.

" Sering kali aku perhatikan bahwa ia akan menyendiri dari keramaian karna rasa tidak nyaman dari pandangan orang orang, saat aku menawarkan diri untuk menemaninya bermain bersama anak anak lain dia pasti akan menolak, katanya dia tidak ingin menyakitiku jika anak lain tidak menyukaiku, setelah memutuskan bahwa aku akan siap menjadi ibunya, aku akan memberikan kebahagiaan padanya, aku akan memberikan kasih sayang seorang ibu seperti yang ia harapkan aku bisa melihat sinar dimatanya perlahan muncul yang menandakan bahwa ternyata ia masih memiliki harapan, aku membesarkannya aku juga memberikan semua yang ia inginkan, aku sangat menyayanginya bahkan lebih dari anak kandungku sendiri, tapi saat kembali kesini bukannya membuatnya hidup bahagia bersamaku aku justru menghancurkan semuanya dengan mudah, saat aku membawanya ke sini dengan harapan memberikan kehidupan baru dan kebahagiaan baru tapi justru akulah yang merusak semuanya, menurut kalian setelah apa yang aku lakukan akhir akhir ini apakah aku masih pantas disebut sebagai ibu? Jujur saja aku sangat sakit hati saat Erhan mengatakan jika aku tak menyayanginya karna dalam hatiku aku sangat menyayanginya tanpa embel embel ibu sambung atau simbiosis mutualisme"

ELEGI ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang