Aksa meninggalkan ruangan renjana, sepertinya emosinya sedang meledak saat ini, sejujurnya apa yang ia katakan tadi tidaklah sepenuhnya salah, pasalnya meskipun ia seorang pria dewasa ia masih menginginkan perhatian dan kasih sayang dari renjana karna renjana satu satunya keluarga yang ia punya, jika ia sedang merindukan orangtuanya ia berharap renjana bisa memeluk dan menenangkannya tapi melihat kondisi kakaknya yang seperti ini Aksa berulang kali memendam semuanya.
Bahkan saat ini kakaknya hanya memikirkan Arkana saja, bahkan kakaknya tak pernah melirik ke arahnya, sedih kecewa marah bercampur menjadi satu, Aksa melakukan semua hal untuk membantu pengobatan kakaknya tapi respon yang ia dapat malah sebaliknya, hal itu sangat menyakiti hati Aksa.
Tapi ketahuilah sampai kapanpun Aksa tidak akan pernah bisa membenci renjana, mungkin saat ini ia sedang kecewa saja.
Saat ini Aksa sedang duduk di taman rumah sakit, ia sedang mencoba menangkan diri agar nanti ia tak marah pada renjana lagi, ia tak ingin meluapkan emosinya pada semua orang itulah kenapa Aksa lebih memilih untuk menyendiri di taman rumah sakit.
Qiana yang melihat kemarahan Aksa mengerti betul, ia tau Aksa merasa prustasi bagaimana cara membujuk renjana itulah kenapa Aksa sampai meninggikan suaranya, sepertinya memang tidak salah jika Aksa memanggilnya kesini tadi.
Qiana harus bisa menjadi penengah diantara dua orang ini, ia tak ingin membela salah satunya dan menyakiti salah satunya tapi kali ini ia harus membantu Aksa untuk membujuk renjana demi kesembuhannya.
" Jan, coba jawab dengan jujur kenapa lo gak mau berobat kesana? "
" Buat apa Yan,disini kan dokternya juga udah ngasih obat dan terapi jadi buat apa buang buang duit kesana"
" Tidak, bukan begitu jana Aksa sangat berharap kalau lo bisa sembuh secepatnya, asal lo tau aja jan tiap malam Aksa itu tidak pernah bisa tidur nyenyak, tiap malam dia selalu memikirkan bagaimana caranya agar bisa buat lo sembuh, jadwal makan dan tidurnya gak teratur lagi jan, gue bukan mau bela Aksa tapi gue juga udah pertimbangkan niat Aksa dengan matang matang jan, ini semua demi kebaikan lo, Aksa dan kita semua"
" Gue cuma gak mau merepotkan Aksa lagi Yan, gue kasihan liat dia harus mengorbankan masa mudanya demi gue, gue cuma pengen Aksa menikmati harinya layaknya anak muda pada umumnya"
" Tapi lo sadar gak jan dengan lo bertingkah seperti ini justru akan lebih menyita waktu Aksa lebih banyak lagi, seharusnya Aksa sudah bisa bawa lo berobat ke tempat yang lebih terjamin dan waktu buat lo sembuh juga semakin cepat itu artinya waktu Aksa buat ngerawat lo juga akan semakin singkat, dengan begitu Aksa akan bisa menikmati dan melewati harinya sama seperti yang lo inginkan"
Renjana terdiam mendengar perkataan Qiana, apa yang sahabatnya itu katakan sangat amat benar sekali, tetapi dia tidak ingin pergi dari negri ini, dia tidak ingin jauh dari anaknya meskipun anaknya masih tidak ingin bertemu dengannya tapi ia berharap jika anaknya kembali ia tidak akan kesusahan mencari dirinya.
" Jujur sama gue jan, sebenarnya alasan lo menolak niat Aksa bukan karna itu kan tapi karna lo masih menunggu Arkana kembali iya kan? "
Bagaimana bisa qiana tau isi hatinya, bagaimana bisa ia memiliki sahabat se peka qiana, bahkan dari kejadian bertahun tahun lalu qiana adalah orang pertama yang memiliki firasat tentang itu semua.
" Gue tau lo masih mikirin Arkana dan gue gak nyalahin lo akan hal itu karna biar bagaimana pun dia tetap anak lo, tapi sesekali lo juga harus menoleh pada Aksa, jangan lupakan jan bahwa dia adalah adik lo, lo adalah kakak kandungnya, meskipun ia seorang pria dewasa sekarang tapi dia masih menginginkan kasih sayang dari lo apa lagi semenjak ayah sama bunda pergi, lo satu satunya orang yang harus memberikan itu padanya jan"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI ASMARA
General FictionJika banyak manusia sangat mendambakan pernikahan tapi banyak juga yang ingin menghindari pernikahan. sama seperti Renjana gadis biasa yang hidup layaknya gadis lain menjalani harinya seperti orang orang pada umumnya semua berjalan dengan baik, hin...