Chapter 2

532 13 0
                                    

Saat ini matahari mulai menunjukkan wujudnya pertanda bumi ini akan dipenuhi dengan berbagai macam kegiatan dari penghuninya,kota mulai dipenuhi dengan orang orang yang lalu lalang untuk melakukan aktivitas masing masing. Tidak terkecuali gadis gadis cantik yang kini terjebak macet padahal jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat limabelas tapi jalanan sudah sangat ramai.

Qiana selalu mengatakan pada sahabatnya agar mereka selalu berangkat bersama karna kebetulan mereka tinggal di daerah yang berdekatan, awalnya Jenia ingin bawa mobil sendiri begitu juga dengan Renjana tapi Qiana memaksa agar mereka selalu berangkat bersama, akhirnya mereka memutuskan untuk membawa mobil secara bergilir selama mereka masuk kerja.

Qiana melihat kali ini ada yang beda dari salah satu temannya, tidak biasanya temannya ini hanya duduk diam bagaikan kanebo kering. Qiana yang memang anaknya tidak suka dengan kesunyian mencoba memulai pembicaraan dengan maksud agar suasana macet yang sangat menyebalkan itu bisa mereka lewati tanpa adanya drama kepanasan, klakson dan yang lainnya.

"Mmmm Jan, lu oke? Tumben diam aja, lu kerasukan jin pohon mangga pak kades ya? "

"Iya dari tadi diam mulu lu, kenapa ada masalah? Kalau ada cerita aja kali gak usah sok kuat nyimpan sendiri"

"Sedikit tapi gue cerita nanti aja ya, sekarang gue lagi gak mood buat cerita"

"Yaudah gak papa, tapi nanti lu beneran harus cerita ya"

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Renjana hanya membalasnya dengan anggukan dan kembali termenung, pikirannya mulai menerawang jauh, ntah apa yang membuatnya jadi seperti itu.

➻➻➻➻➻➻➻➻➻

"Kenapa bro, sepertinya lu lagi ada masalah sampe gue udah manggil berkali kali tapi lu kagak dengar, masalah apa emang? "

"Gue dijodohkan oleh orangtua gue"

"Ooh...Hah? "

"Hah? "

"Hah hoh hah hoh aja lu kaya tukang keong"

"Refleks gue kaget banget bro"

"Nah lu aja kaget apa lagi gue yang dijodohin"

"Sama siapa? "

"Anak temen papa katanya"

"Wow, cantik gak "

"Mana gue tau, gue aja kagak kenal"

"Kok bisa lu kagak kenal, gimana sih"

"Ya namanya juga perjodohan dadakan sama anak temen papa yang aku aja gak tau bentukannya gimana, tinggalnya dimana, dan namanya juga siapa aku gak tau"

Ezio sontak menganga mendengar penjelasan dari Varo, "bagaimana bisa ada perjodohan seperti itu Varo" Ya dia adalah "Ezio Anagata" beliau ini teman Alvaro sejak masih jadi kecebong, ya karna orang tua mereka selain rekan bisnis juga sohib waktu jaman kuliah dulu.

"Ya namanya juga perjodohan dadakan "

"Iya sih bener juga, tapi lu kok gak nolak? "
"Gue gak bisa nolak Zi, karna lu sendiri tau papa gue punya riwayat penyakit jantung, gue gak mau papa kenapa napa jadi ya gitu gue terima gitu aja"

"Akhirnya penantian om dan tante selesai sudah, lu juga terbebas dari pertanyaan horror itu tiap pulang ke rumah"

"Trus kapan lu ketemu sama calon lu, gak mungkin kan gak pake ketemu tiba tiba langsung nikah"

"Ya nggaklah, papa bilang lusa keluarga gue bakal kerumahnya sekaligus untuk saling mengenalkan kami berdua"

"Oh gitu,,, gila bro gue masih gak nyangka lu bakalan nikah sama gadis pilihan ortu lu, lalu jika kamu menikah dengannya bagaimana hubunganmu dengan yang disana? "

ELEGI ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang