chapter twenty-three

1.6K 164 42
                                    

Malam yang Margo kira akan ia habiskan memeluk sang kekasih ternyata hanya sampai pada angan semata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam yang Margo kira akan ia habiskan memeluk sang kekasih ternyata hanya sampai pada angan semata. Belum juga mencium gadis itu tadi, Margo sudah diminta membuka paket-paket Jelly dan tiba-tiba diusir dengan semua pemberiannya yang ditolak mentah-mentah.

Margo masih tidak paham. Harusnya Jelly senang, bukan? Kenapa yang terjadi malah sebaliknya?

Apa memang pikiran wanita serumit ini?

Tidak, mungkin hanya Jelly yang belum bisa ia pahami. Karena selama menjalani hubungan sama Olivia, Olivia tidak pernah menolak pemberiannya. Wanita itu malah akan selalu terpekik bahagia tiap kali Margo memberikannya sesuatu, mau itu sesuatu yang Olivia inginkan maupun tidak.

Tapi kenapa Jelly... huh...

"Kamu kenapa muncul dengan sosok yang lebih rumit, Livi?" lirihnya.

Tangan Margo bergerak memijat pangkal hidungnya. Aneh sekali bukan kalau mereka hanya akan ribut perkara begini? Sesuatu yang seharusnya makin mendekatkan mereka kenapa malah seperti ingin menjauhkan mereka?

Dering telepon menyapa pendengaran Margo, dengan langkah malas Pria itu bergerak dan menerima panggilan yang kemungkinan besar dari pihak apartemennya.

"Anjelly" Panggil Margo ketika mendapati gadis itu duduk dengan cardigan panjang memeluk tubuhnya di lobi apartemen.

"Pak..." Jelly mengangkat pandangannya. Wajah menyesal bercampur sedih langsung terbaca oleh mata Margo.

Margo menghembuskan nafas panjangnya, ia berjalan mendekat memeluk Jelly untuk beberapa saat, "Yaampun, Love. It's one am dan kamu kesini sendirian?" lirih Margo membawa Jelly menuju lift setelah berterima kasih kepada pihak apartemen.

"Aku gak maksud kayak gitu tadi..." keluh Jelly.

"Iya, saya paham. Kita ngomong di dalam aja ya" pesan Margo.

Rasa bersalah pun menyiram Jelly ketika ia melangkah memasuki apartemen besar itu dan menemukan barang-barang yang Margo berikan padanya masih tergeletak di atas coffee table disamping macbook dan segelas kopinya yang masih mengepul.

"Mau minum apa, love?" tanya Margo.

"Air?" jawab Jelly sedikit ragu tapi langsung diangguki oleh Margo.

"Kamu kenapa pergi sendiri sih, Jell? Kalau mau kesini kan bisa telepon saya, biar saya jemput kesana" ucap Margo setelah memberikan segelas airnya pada Jelly.

"Gak sempat..." balas Jelly.

"Jadi..." Tangan Margo terangkat mengelus-elus puncak kepala gadis itu, "Jadi cintanya saya mau ngomong apa sampai jam satu begini nekat bawa mobil?" senyum Margo mengembang saat menemukan semburat kemerah-merahan di pipi Anjelly. Lantas tangannya bergerak mencubit pelan pipi lucu itu.

"Mau minta maaf" jawab Jelly.

"Minta maaf kenapa?"

"Udah ngomel-ngomel dan benta-bentak, Bapak. Terus..."

The Way I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang