Anjelly Stephanie Loman atau biasa dipanggil Jelly. Anjelly atau Jelly, sosok yang terbiasa melakukan semuanya sendiri, hidup mandiri dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Ditinggal orangtua yang sudah lama berpisah dan tinggal bersama oma opanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senangnya udah mau endingg hehehew Happy readinggg!
___________________
Sore itu, Dahayu kembali berkunjung ke kos-an Jelly. Ya tidak dalam rangka apa-apa. Hanya ingin saja. Seperti kunjungannya yang sebelum-sebelumnya. Masih dengan pakaian kerjanya, Dahayu dengan nyaman berbaring sambil membaca novel di ranjang Jelly. Membiarkan Cooper berpangku dagu di perutnya.
“Hari ini gak ada kiriman ya?” tanya Dahayu melirik pada kantung plastik yang Jelly bawa dari luar.
Jelly hanya menggeleng. Walau dari luar ia kelihatan cuek, tapi sebenarnya hatinya bertanya-tanya. Tumben sekali Margo tak mengiriminya makanan? Apa Margo sudah jatuh miskin? Atau jangan-jangan, Margo sudah capek ya?
“Tumben banget, sejak kapan?”
“Sejak hari ini” ucap Jelly.
Dahayu hanya bisa menganggukkan kepalanya. Memutuskan untuk tak lagi ikut campur dengan hubungan sahabatnya itu. Mau mereka masih saling cinta, saling menyakiti, atau saling bunuh, Dahayu tidak peduli. Selama tak berpengaruh pada hubungan persahabatannya dengan Jelly. Oh, juga selama ia masih bisa keluar masuk kost-an Jelly untuk membaca novel dewasa sahabatnya.
“Nih, gue pesan pizza dan spageti, makan yuk. Kata Haikal ada film dokumenter baru yang bagus” ajak Jelly mengambil posisi bersila diatas karpet.
“Film apa?” Dahayu langsung beranjak. Memberi tepukan lembut di kepala Cooper sebagai bentuk permintaan maaf karena membangunkannya, kemudian mengeluarkan macbook nya dari tas guna membuka situs merah langganan mereka berdua.
Lebih tepatnya langganan Mas Saka—Kakaknya yang bayar—Dahayu cuman numpang profil. Sama seperti dua adiknya yang lain.
“Society of The Snow” ucap Jelly mengulurkna garpu pada Dahayu setelah membuka wadah spageti.
“Tapi gak ada english audio nya nih” lapor Dahayu.
“Gak papa, gas aja. Si Haikal ngasih rating bagus soalny. Jadi gue kepo banget, gas aja cepat” pinta Jelly.
Mereka pun mulai memutar film tersebut. Baru awal, dua gadis itu sudah memuji para pemain yang terbilang tampan dan atraktif. Kemudian mulai tenggelam pada alur film yang disuguhkan hingga 1/3 film, Jelly mendapat panggilan dari kontak yang ia ingat betul.
“Putar aja, gue angkat ini dulu” ucap Jelly meraih ponselnya. Keluar dari kamarnya untuk menerima panggilan tersebut.
“Halo, Anjelly? Ini Marisha, Jell”
“Iya, Mbak. Aku masih ingat kok, aku nyimpan nomor, Mbak”
Dahayu langsung menjeda film yang sedang terputar ketika sadar raut wajah sahabatnya berubah ketika masuk ke kamar. Wajahnya memucat, tatapannya pun kosong. Gadis berambut panjang itu sontak berdiri membantu Jelly untuk duduk di kursi terdekat.