Pagi itu di akhir minggu, Margo dan Jelly memutuskan untuk menghabiskan hari bersama. Diawali dengan jogging di sekitar kawasan apartemen Margo, lalu lanjut bersih-bersih untuk agenda brunch, dan nonton mereka. Hanya saja, brunch kali ini ternyata jalan tidak sesuai dengan rencana Margo. Jelly ada janji ketemu sama Dahayu, ada urusan penting negara yang harus mereka lakukan.Hampir Margo membatalkan janji nonton mereka, andai Jelly tidak menahannya dan meyakinkan bahwa urusannya dengan Dahayu tak begitu lama. Terlebih Jelly mendeklarasikan bahwa mereka butuh bantuan Margo. Sebagai kekasih yang baik hati, tentu Margo menyanggupi, padahal ia belum tahu jelas jenis bantuan seperti apa yang dibutuhkan sang Pacar.
Iya-kan saja dulu. Perihal bisa tidaknya, itu gampang. Kalau ia tidak bisa, toh ia bisa meminta tolong kenalannya. Uang dan jabatan mudah untuk menggerakkan orang. Jangan coba bohongi diri kalian dengan menyangkal fakta itu.
Maka, disinilah dia, duduk berhadapan dengan Jelly di sebuah kafe yang mengusung tema united wth nature. Di antara kursi mereka, di sisi lain meja, ada Dahayu yang masih menggunakan pakaian golf nya, duduk melipat kaki, sambil menyeruput ice thai tea yang ia pesan. Terlihat anggun, tapi sekali ketawa, suaranya bisa terdengar sampai meja diujung.
Pantasan cocok sama Jelly. Orang setipe komen Margo di dalam hatinya.
“Iya, gue udah check out beberapa baju yang cocok buat dipakai” sahut Jelly seraya tangannya bergerak memutar garpu agar spagetinya melingkar disudut garpu.
“Gue juga! gue bahkan udah nyari nyari inspo di pin”
“Jadi gak sabar, deh”
“Iya. Saking lamanya gak ketemu”
Mau tak mau, sebagai orang yang duduk disana, bahkan orang yang pasti membayar bill mereka di agenda brunch itu, telinga Margo mendengar percakapan dua gadis tersebut. Sejak tadi, bibir mereka tak selesai bergerak, mau sambil makan pun, mulut mereka tetap berbicara.
Dari topik satu ke topik lainnya. Dari istilah satu, muncul istilah aneh lagi. Nama asing pun tersebut berkali-kali. Entah siapa yang mereka maksud.
Jelly sudah beberapa kali mengajak Margo untuk tetap ada di dalam gelembung pembicaraan, hanya saja age gap mereka begitu kentara. Banyak istilah yang Jelly dan sahabatnya gunakan tidak Margo pahami. Maka Margo memutuskan untuk mundur, membiarkan Jelly menikmati obrolannya dengan Dahayu.
“Jadi lo udah nentuin mau rok atau celana?” tanya Dahayu.
“Hm, kayaknya gue celana aja deh. Tapi agak pendekkan gitu”
Ucapan Jelly membuat Margo langsung mengangkat pandangannya dari ponsel. Salah satu alisnya pun ikut menukik. Dahayu dan Jelly yang menyadari itu sontak tertawa cantik ala cewek.
“Salah paham tuh” gumam Dahayu pelan, tapi memang sengaja tetap dibuat terdengar untuk Margo.
“Nanti kamu paham juga kok, Mas. Yang penting habis ini bantuin aku sama Ayu ya” pintanya mengelus tangan Margo yang ada di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Am
ChickLitAnjelly Stephanie Loman atau biasa dipanggil Jelly. Anjelly atau Jelly, sosok yang terbiasa melakukan semuanya sendiri, hidup mandiri dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Ditinggal orangtua yang sudah lama berpisah dan tinggal bersama oma opanya...