Anjelly Stephanie Loman atau biasa dipanggil Jelly. Anjelly atau Jelly, sosok yang terbiasa melakukan semuanya sendiri, hidup mandiri dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Ditinggal orangtua yang sudah lama berpisah dan tinggal bersama oma opanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pulang dari Bali, bukannya tubuh Jelly merasa rileks ia malah merasa deg deg-an bukan main. Sesuai yang Margo janjikan, Pria itu tak pernah absen menelponnya setiap malam. Sesekali—di jam jam yang tidak terterbak—ia juga mengabari Jelly, menanyakan apa rencana Jelly hari ini, jam berapa pesawat Jelly, sampai menawarkan mau dijemput di bandara atau tidak saat minggu sore kemarin. Dan, hari ini adalah hari pertama masuk kerja setelah tanggal merah panjang, setelah Bali, setelah pengakuan Margo di tepi kolam, setelah night call berujung sleep call mereka.
Sungguh, kaki Jelly lemas.
Oke, mungkin saja Jelly tidak ketemu sama Pria itu. Mengingat Margo yang begitu sibuk. Tapi, bagaimana kalau ketemu? Jelly harus bersembunyi di ketiak siapa ini? Tidak ada Dahayu di kantornya. Itu pun kalau Jelly masih mampu berdiri tegak saat Pria itu muncul, bukannya pingsan melebur di lantai.
AAAAA, Kenapa Jelly berubah jadi kayak anak muda baru merasakan cinta monyet begini sih?
Dirinya di masa lalu yang pernah menjalin hubungan 5 tahun lamanya pasti malu melihat dia yang seperti ini sekarang!
"Pagi Jelly" Jelly terperanjat di kubikelnya. Ya ampun, pagi pagi dia sudah melamun. Bagaimana ini, Anjelly?
"Gue ngagetin elo ya? Sorry sorry" ucap Haikal yang dibalas gelengan oleh Gadis yang hari ini rambutnya diikat ponytail rendah.
"Muka lo kenapa merah gitu, Jell?" tanya Haikal memiringkan kepalanya lalu menjauhkannya agar bisa memperhatikan muka Jelly dengan saksama. Jelly refleks membulatkan matanya, tangannya pun terangkat menyentuh kedua pipinya.
"Mungkin karena panas diluar" bohongnya, padahal sudah sejak setengah jam yang lalu ia duduk di kubikelnya.
Haikal hanya bisa mengangguk anggukkan kepalanya lalu mengedarkan pandangannya pada deretan kubikel yang rata rata belum diisi oleh penghuninya. "Ngapain kesini, Kal?" tanya Jelly mulai menyalakan komputer di kubikelnya.
Tangan Haikal terangkat menunjukkan sebuah paper bag yang langsung ia letakkan di atas meja Jelly.
"Ap—huwaaaa Kartika Sari! Udah lama banget gue gak makan ini" seru Jelly bahagia.