chapter three

3.5K 292 70
                                    


"Shit, shit, shit, gue telat" umpat Jelly pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shit, shit, shit, gue telat" umpat Jelly pelan.

Pagi ini yang seharusnya dia tidak telat, tapi berakhir telat karena macetnya Sudirman yang ada di luar nalar Jelly, belum lagi dia yang tiap pagi tidak boleh melewati kopi sedikitpun harus ikut mengantre panjang demi segelas ice latte di starbucks kantor. Dengan kaki beralaskan heels hitam yang lebih pendek dari kemarin serta pegged pants putih dengan sage green blouse lengan pendek yang beraksen pita di depannya, Gadis berponi itu mengambil langkah lebar menuju lift yang ada di sisi kanan lobi.

Hingga ia bergerak sedikit menjauh dari pintu lift ketika menyadari siapa yang sedang menunggu pintu lift tersebut—Pak Margo dan Sekretarisnya, Pak

Mengingat kejadian kemarin perihal jabat tangannya di tolak, Jelly jadi sungkan sendiri. Merasa dirinya telah membuat kesalahan yang fatal sampai respon Margo harus sebegitunya. Makanya lebih baik ia tidak berada di dalam lift yang sama dengan Pria berkemeja biru muda tersebut.

"Pagi Pak" sapa Jelly sedikit canggung tapi berusaha sebaik mungkin melengkungkan bibirnya ke atas.

"Pagi" balas Margo dengan nada ramah.

Loh? sekarang kok ramah banget, kemarin kenapa kayak natapnya galak ya? gumam Jelly.

"Jell" Panggilan itu membuat Jelly menoleh.

Senyum tulusnya terbit ketika menemukan Haikal mengambil posisi disampingnya, "Pagi, Kal"

"Pagi juga Anjelly" balas Haikal yang kemudian tatapannya turun pada tangan Jelly, "kopi, Jell?"

Jelly mengangguk, "gue gak bisa kalau gak minum kopi sehari, Kal" kemudian Jelly melirik pada tumbler yang ada di tangan Haikal, "so what is yours?"

"A tea, classic"

"Racik sendiri?"

Haikal menggeleng, "dibikinin Ibuk" jawabnya yang kemudian menoleh pada sisi kanannya dengan raut yang agak kaget, "Pagi Pak, maaf baru sadar ada bapak"

Margo hanya mengangguk angguk paham membalas sapaan Haikal seadanya.

Kedua orang itu kemudian sibuk berbincang hingga bunyi denting lift memasuki setiap pasang telinga disana. Tanpa berlama lama, Margo juga Christ memasuki ruang persegi panjang berukuran sedang tersebut.

Namun, berbeda dengan Margo serta Christ. Jelly masih terdiam di posisinya menampilkan senyum lebar—yang pasti kelihatan sangat kaku—pada dua orang yang telah mengisi lift tersebut. "Kenapa gak masuk?" tanya Margo.

Sejujurnya Haikal ingin melangkahkan kakinya mengingat sebentar lagi jam masuk dan dia bisa dihitung terlambat oleh mesin pendeteksi, tapi langkahnya harus tertahan karena Jelly yang menarik ujung kemejanya. Daripada kemejanya sobek di hari kedua, lebih baik dia pilih opsi yang lebih aman.

The Way I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang