chapter twelve

3.1K 279 38
                                        

Jelly menghela nafas panjangnya saat menjemput Margo di halte tempat Jelly menunggu siang tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jelly menghela nafas panjangnya saat menjemput Margo di halte tempat Jelly menunggu siang tadi. Pasalnya, sore tadi, tidak ada angin tidak ada hujan tiba tiba Margo mengiriminya pesan bahwa ia ingin pulang bersama Jelly. Jelly sudah menolak dengan alasan dia bawa mobil, tapi si Kepala Batu itu tentu punya 1001 cara. Dia mengusulkan untuk pulang bersama mobil Jelly dan akan dijemput di kosan Jelly sama supirnya nanti. Sungguh, merepotkan orang ya? Jelly sudah bilang begitu, dan tebak apa yang Margo bilang? "Kan dibayar, kalau gak dibayar baru merepotkan" sementara Jelly hanya bisa mengelus dadanya.

"Ini mobil kamu?" tunjuk Margo pada mobil yaris putih yang berhenti di depan halte.

"Iya, beda kan dari mobil Bapak? Jadi mending bapak pulang pakai mob—"

"Ayo naik" ucap Margo mengambil alih pintu kursi kemudi.

"Eh... eh? Bapak mau ngapain?" tanya Jelly panik menahan tangan Margo yang hendak memperlebar celah pintu tersebut.

"Mau masuk, saya yang bawa"

Namun, dengan cepat Jelly menggelengkan kepalanya. Menolak pernyataan tersebut.

"Kenapa?"

"Jangan Pak, biar saya saja"

"Alasannya?" ditengah hiruk pikuk ibukota, diantara mobil dan motor yang memenuhi jalan, dua orang itu masih sempat sempatnya berdebat perkara siapa yang akan mengemudi. Astaga, tidak habis pikir memang.

"Saya kan karyawan, Bapak. Bapak itu atasan saya, jadi harusnya saya yang bawa mobil"

Margo berdecak sebal, kenapa sih Jelly bisa berpkiran begitu.

"Saya yang bawa" tegas Margo tidak ingin kalah.

"Pak, say—"

"Jam kantor sudah selesai, Anjelly. Sekarang kamu itu bukan lagi karyawan, tapi perempuan yang saya suka. Dan saya mau memperlakukan perempuan yang saya suka sebaik mungkin. Tidak mungkin saya membiarkan kamu menyetir sedangkan saya ongkang angkang kaki disebelahnya"

Deg!

Jelly terpaku. Ia sampai menelan salivanya karena canggung setelah mendengar pengakuan gamblang Margo. Demi Tuhan, tangan Jelly yang tadi mencengkram pintu otomatis melemah, membuat Magro kontan menang untuk membuka pintu itu lebih lebar dan masuk mengisi kursi pengemudi.

"Ayo, kamu mau masuk atau dipangkuan saya?" tawar Margo.

"Bapak!"

Margo terbahak mendengarnya. Sementara Jelly mendengus, menangkup kedua pipinya yang merah seraya kakinya melangkah menuju kursi disebelah Margo.

"Kamu nih ya. Lain kali jangan menolak seperti itu, Anjelly. Kalau saya biarin kamu menyetir, nanti saya dikira kaum patriarki sama kaummu, saya gak mau" ucap Margo sembari membantu Jelly menggunakan seatbelt nya.

The Way I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang