Anjelly Stephanie Loman atau biasa dipanggil Jelly. Anjelly atau Jelly, sosok yang terbiasa melakukan semuanya sendiri, hidup mandiri dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Ditinggal orangtua yang sudah lama berpisah dan tinggal bersama oma opanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
suprise! aku update lagi soalnya bab setelah ini seru banget! akan ada konflik baru lagi dikit sebelum ending dan bab nya udah selesai. jadi kapan lagi ya aku double update hehehehw happy reading! ramein komennya sayang-sayang <3
[ now playing, Happiest year by Jaymes Young ]
__________________
Awal minggu kali ini tak mereka lalui dengan berolahraga pagi atau mengunjungi restoran cantik untuk sarapan. Melainkan mereka akan berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir Olivia. Margo sudah menyuarakan keinginan ini sejak seminggu lalu, tapi Jelly baru sepenuhnya siap seminggu kemudian. Tentu, Margo dengan senang hati menunggu. Kapanpun itu, ia tidak masalah.
“Aku mau nanya”
“Iya tanya aja, Baby” Margo melirik sekilas pada Jelly kemudian kembali fokus pada kegiatan mengemudinya.
“Selama ini kita bicarain dia, tapi aku sama sekali belum tahu jelas alasan dia meninggal” aku Jelly.
“Cancer, That was her disease”
“Owh . . .”
“Kanker paru-paru” jelas Margo.
Karena Jelly yang masih terdiam, tampak enggan untuk bertanya, maka Margo lah yang mengambil inisiatif untuk menceritakan bagaimana Olivia pergi saat itu.
“Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Saya ketemu dia di Boston. She was in freshman year in Boston Uni. Dia ambil ilmu politik, meanwhile I were in my junior year in Harvard Law School. Kita dipertemukan sama teman-teman sesirkel kita. She was bright, pretty, any soft kind of colors, cute, you know, girlie. Unlike you, you are bold, brave, sexy, smart-ass, and talkative. Singkatnya kalian berkebalikan" cerita Margo.
"Karena teman-teman kami makin sering ketemu, so did we. Sejak saat itu kita dekat sampai kita kembali ke Indonesia. Pacaran dan menikah"
Jelly tersenyum kecil. Menganggukkan kepala meningkahi cerita Margo.
"Saya sibuk kerja, sementara dia hidup bahagia di rumah, buka bisnis kue kecil-kecilan ke teman-temannya, ngerawat tanaman. Pokoknya melakukan hal-hal yang ia senangi”
Seakan bisa menebak pertanyaan yang muncul di kepala Jelly, Margo berucap, “Gak. Dia gak kerja. Dia mau fokus untuk program hamil dan menyenangkan dirinya, fokus menjaga rumah, nyambut saya. Ya simpel”
“Sampai tiba-tiba dia mulai ngerasa sering sesak nafas. Dadanya sering sakit. Pas diperiksa, penyakit kankernya belum ke baca. Dokter cuman ngasih obat yang juga diberikan sama beberapa orang pengidap asma. Tapi karena makin sering muncul dan gak bisa tertebak gejalanya, dokter menganjurkan untuk dia di nebu seminggu sekali” Selama mendengarkan cerita Margo, Jelly hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya.