...
"KAU gila, Shirin! Semua orang yang datang ke club ini untuk bersenang-senang, melepas penat selesai bekerja atau sekedar meminum alkohol tapi tidak ada yang datang kemari dengan alasan untuk bersembunyi karena dikejar oleh istri sah para prianya. Membawa dua koper besar, seolah diusir dari rumah". Diana, pemilik club malam mengomel.
"Ck, pelit sekali. Aku tidak punya pilihan lain, tempatmu lah yang paling aman menurutku". Shirin, wanita dengan rambut hitam berkilau itu sibuk memilih baju.
"Astaga, Setidaknya berilah kabar dulu, nona. Apa kau akan pensiun menjadi pelakor?".
Shirin mengangguk, memakai pakaiannya tanpa malu didepan sahabatnya itu.
Diana tau betul sifat wanita didepannya ini yang suka mengganggu rumah tangga orang. Banyaknya skandal yang telah ia ketahui tentang sahabatnya dengan beberapa orang penting tak membuat Diana untuk menjauhi sahabatnya, malah semakin peduli pada Shirin. Sebagai orang yang paling dekat dengan Shirin, bukan sekali-dua kali Diana menasehati sahabatnya itu. Ribuan kali, ya ribuan. Karena setiap kali mereka melakukan pembicraan melalui via telepon Diana akan menyelipkan kata-kata pencerahan agar sahabatnya itu segera sadar.
"Seorang Shirina Marthin ingin pensiun menjadi pelakor?!. Semoga tuhan serius memberimu hidayahnya".
"Seharusnya kau mendukungku, aku sudah malas berurusan dengan para istri-istri pria kaya itu". Shirin menatap sebal sahabatnya dari pantulan cermin, menyisir rambutnya yang tergerai indah itu agar telihat rapih. "Tapi jika disini aku bisa mendapatkan yang lebih baik kenapa tidak". Senyum wanita itu terbit kala otaknya memikirkan sesuatu.
Crazy
Diana melotot. "Tidak ada yang baik jika kau masih tetap merayu suami orang, Shirin. Jika itu terjadi, maka aku tak segan mengusirmu dari rumahku ini".
"Kejam sekali kau".
Diana mendengus. "Kau selalu saja santai setelah membuat keributan dalam rumah tangga orang, Shirin... Aku tak mau melihat seorang wanita yang mengamuk di club ku, titik". Berdiri dari duduknya. "Ayo keluar, aku akan membuatkanmu makanan".
"Akhirnya kau diam juga, Diana. Telingaku sudah sakit mendengar omelanmu, Aukkkh...".
Diana menjitak kepala sahabatnya itu. "Tutup mulutmu".
Shirin mengusap bekas jitakan sahabatnya sambil mencebikkan bibirnya sebal.
Empat hari lalu, Shirin di labrak oleh seorang wanita, istri dari seorang politisi yang dimana kabarnya sedang berselingkuh. Wanita yang jelas terlibat itu alias sang pelaku tak ambil pusing, malah mengatakan...
"Suami anda yang mendekatiku. Kalau tidak ingin suami anda tertarik pada wanita lain maka jaga dan berikan pelayanan terbaik padanya. Dasar wanita-wanita tua".
Shirin kira akan seperti sebelum-sebelumnya, para istri-istri pria yang didekatinya itu akan pergi begitu saja setelah ia mengatakan kalimat tersebut, tapi ternyata istri dari politisi itu bertindak lebih lanjut, mengajak para istri-istri sebelumnya yang menjadi korban, melabrak, menerornya bahkan jika tak sengaja bertemu Shirin dijalan, pusat perbelanjaan, restoran akan langsung diteriaki dan dipermalukan.
Maka dari itu karena sudah merasa tidak nyaman Shirin mengambil tindakan untuk pindah, lebih tepatnya ubah domisili.
New york adalah pilihan terbaik, dengan mempunyai seorang sahabat disana maka akan memudahkannya pindah. Malam itu juga, Shirin memesan tiket pesawat dari Seattle ke New York tanpa memberitahu terlebih dahulu sahabatnya disana, Diana.
Suhu 5 derajat di jam 5 pagi tak membuat Shirin bermalasan, menyeret dua kopernya memasuki bandara Seattle Tacoma airport. Lama menunggu, akhirnya jam 8:30 pesawat lepas landas meninggalkan kota yang menjadi tempat dirinya hidup selama 24 tahun ini.
"Makanlah, setelah itu kau boleh istirahat". Diana menyodorkan sepiring pasta.
Shirin menyeringai. "Kau memang sahabat terbaikku".
Diana ikut duduk. "Oh ya, aku ingin memberitahumu satu hal". Wanita didepannya cuma mengangguk, mulutnya penuh. "Jangan menggunakan tangga untuk naik kesini lagi. Aku sudah menyiapkan lift yang langsung dengan basement, kau malah menyusahkan hidupmu dengan menaiki tangga sambil menyeret dua koper besarmu itu... Hanya sebagian orang yang tahu kalau di club ini tepatnya di lantai 4 ada rumah ini. Orang-orang hanya tahu bahwa gedung ini adalah club malam. Jadi berhati-hatilah, ini daerah privasi kita berdua. Oke!!".
"Oke-oke. Dua tahun tinggal disini kau semakin cerewet saja". Shirin menyuap pastanya lagi sambil mengatai sahabatnya itu.
"Aku cerewet hanya padamu saja". Diana mendengus. "Baiklah aku ingin turun kebawah, istirahatlah setelah itu. By".
Shirin menatap sahabatnya yang berjalan menuju pintu, setelahnya tubuh Diana hilang, pintu tertutup rapat kembali..
.
.
Besok lanjut, author lagi pilek😪😤
Jangan lupa vote dan penuhin kolom komentar yeeeee. Biar Author semangat...
Byyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY, NONA SHIRIN
RomanceMenjadi selingkuhan pria-pria kaya adalah kelakuan seorang wanita bernama Shirina Marthin. Uang adalah alasan Shirin mendekati para pria itu. Tua-muda, semua dibabat habis. Suatu hari, wanita itu bertemu kembali pria yang pernah dekat dengannya. Si...