42. Arthur's Mood

2.4K 71 4
                                    

Yuhuuuuuuuuuuu Lyn Up...
Belom bisa tidur, jadi Lyn Up ajah... Semoga part ini suka yaahhh🧘‍♀😘

 Semoga part ini suka yaahhh🧘‍♀😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Obsessed with you)

...

Arthur menyerngitkan dahi. Matanya membuka perlahan-lahan. Silau. Cahaya matahari pagi menerpa wajahnya. Entah dimana ini, yang jelas ini bukan kamarnya. Tidak ada yang berani menyingkap gorden  kamar pria itu, entah sang pemilik sedang diluar atau ketika masih tidur. Intinya, gorden itu dibuka ketika Arthur sendiri yang ingin membuka. Sedangkan yang selalu membersihkan kamar pria itu hanyalah kepala pelayan. Arthur memejamkan lagi matanya. Sekali, dua kali, hingga semua telah disesuaikan.

"Shhhh". Arthur meringis merasakan rahangnya yang sakit ketika ingin bicara. Kini pria itu mengingat kejadian semalam.
"Daddy benar-benar tak waras memukuliku sampai pingsan!".

Cecilia memperhatikan cucunya yang sedang menggerutu dari sofa yang tidak jauh dari tempat tidur.

Arthur menatap langit-langit kamar, ternyata ini memang kamarnya. Tapi siapa yang berani sekali menyingkap gorden itu. Arthur tidak suka kamarnya terang. Pria itu melirik gorden yang tersingkap dan itu sangat mengganggu penglihatannya pagi ini. Arthur akan mematahkan tangan orang yang berani sekali menyingkap gorden itu.

Ck

"Oma yang melakukannya!".

Arthur terkejut mendengar suara sang oma. "Oh god, sejak kapan Oma disana?".  Pria itu menarik kembali ucapannya yang tadi, mana bisa ia mematahkan tangan wanita yang memiliki tahta tertinggi di mension ini. Tapi, melakukan protes tidak masalah bukan!.

Cecilia beranjak mendekati cucunya itu. "Oma menyiapkan sarapan untukmu".

Arthur pelan-pelan mengubah posisinya menjadi duduk, bersandar di bantal. Menatap sang oma yang duduk dipinggir ranjang.
"Dimana, Jo?".

Cecilia menaikkan sebelah alisnya. Anak ini, bangun dari tidur bukannya menanyakan keadaan dirinya sendiri, malah menanyakan keberadaan asistennya. Cecilia menggeleng. Wanita tua itu menunjuk makanan yang ada dinakas.

Arthur menyingkap selimutnya, turun dari ranjang. Perasaan marah seketika menyelimuti hati pria itu. "Lalu dimana, daddy?".

Cecilia terdiam. Galiam, setelah memukuli anaknya, pria itu mengurung diri di ruang kerjanya. Tidak keluar hingga pagi ini.

"Setelah sarapan kamu bisa menemui daddymu diruang kerjanya. Ayo...". Ucap Cecilia sambil menatap sang cucu yang lewat didepannya.

Arthur meraih remot gorden, menutupnya kembali, seperti tidak mendengar celotehan sang oma. Cecilia melotot protes. Kamar cucunya yang remang-remang membuat penglihatan wanita tua itu terbatas.

"Aku harus bicara dengan daddy!". Arthur berjalan cepat menuju pintu kamarnya, meninggalkan sang oma yang mulai gelisah, takut kejadian seperti tadi malam terulang. Dengan memakai piyama tidur berwarna navi Arthur menuruni anak tangga, para pelayan dan bodyguard melihat kearah pria itu. Muka Arthur yang dipenuhi lebam menjadi fokus utama.

HEY, NONA SHIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang