.
.(Working)
...
Maafkan aku untuk kejadiam semalam. Dan maafkan aku juga tidak bisa menunggumu hingga bangun, aku ada urusan yang sangat mendadak di kantor. Aku sudah menyiapkanmu sarapan, makanlah, lalu berangkat ke kantor. Ku harap, Harimu berjalan dengan baik.
Aku menyayangimu, nona Shirin.
Shirin membaca tulisan tangan tuan besar Galiam yang diletakkan dinakas tepat disamping piring yang berisikan avocado toast. Shirin mengusap wajahnya, mengingat kejadian semalam membuat wanita itu menyesal dengan tingkahnya yang bodoh, seketika Shirin dilanda mood pagi yang buruk, ditambah lagi dengan matanya yang sedikit bengkak.
___"Hey, nona Shirin".
"Jack?".
Shirin melongo melihat sosok Jack berada didepannya. Pria itu terlihat lebih baik dari terakhir kali bertemu. Tapi kenapa pria itu bisa disini?.
"H-hay!".
Jack menyeringai lebar, menubrukan lengannya dengan lengan wanita didepannya. "Kau semakin cantik saja, sweety". Kedipnya.
Shirin memutar bola matanya malas, lalu kembali melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan.
"Apa yang kau lakukan disini?".Jack ikut berjalan disamping Shirin. "Aku ingin mengambil desain gambar pembangunan mall. Pak Harris menyuruhku, beliau sangat sibuk hari ini menggantikan tuan besar Galiam di beberapa pertemuan kecil".
Shirin langsung menoleh. "Tuan Liam tak masuk kantor?. Umm, maksudku tuan besar Galiam... Tidak masuk kantor?".
Jack menaikkan sebelah alisnya, merasa aneh dengan tingkah wanita yang selalu dipanggilnya Sweety itu. "Y-ya. Beliau tidak ke kantor, ada urusan keluarga. Biasalah para orang kaya selalu ada pertemuannya kan?". Jelasnya, mengenyahkan kecurigaannya.
Shirin terdiam, kemudian mengangguk. "Eum, Jack maaf aku harus ke ruanganku".
"Oh, baiklah. Sampai jumpa Sweety". Jack melambaikan tangannya.
Shirin tersenyum, lalu masuk kedalam lift. Sikapnya terhadap Jack berbeda, bagaimana pun juga pria itu adalah orang yang selalu menghiburnya saat pertama kali masuk ke perusahaan tuan besar Galiam. Tapi, saat ini bukan tentang perubahan sikap Shirin terhadap Jack yang ingin dibahas melainkan peryataan pria itu yang menyatakan bahwa tuan Liam yang sedang ada urusan kekeluargaan.
"Kenapa tuan Liam harus berbohong padaku?". Shirin merenung, tubuh wanita itu bersandar di dinding lift terlihat lesu dan tidak bersemangat.Shirin akhirnya mencoba fokus bekerja, lupakan sejenak urusan diluar. Jari-jari wanita itu tidak berhenti bergerak menyusun data, bahkan Eliza yang bercerita dari tadi hanya ditanggapi seperlunya saja. Dulu, sikap Eliza yang seperti ini sekarang malah terbalik. Shirin yang bekerja, Eliza yang berceloteh. Bagaimana tidak, semua pekerjaan Eliza sampai diambil alih oleh Shirin, wanita itu berkata ingin bekerja lebih atau kalau perlu ia lembur. Eliza dengan senang hati memberikan pekerjaannya, ia ingin sekali-kali bersantai.
"Kurang 5 menit lagi waktu istirahat". Eliza menatap jam tangannya dan Shirin secara bergantian.
"Aku malas ke kantin, boleh titip coffee latte". Ucap Shirin tanpa menoleh sedikitpun.
Eliza meringis melihat tingkah temannnya itu. "Apa kepalamu habis terbentur benda keras?. Kenapa sikapmu aneh sekali pagi ini, Shirin?".
Shirin akhirnya menjauhkan jarinya dari tombol-tombol Keyboard, tubuhnya bersandar di bahu kursi. "Ummm, aku hanya sedikit lelah kebawah. Kemarin, aku habis pindahan ke apartemen. Banyak barang-barang yang ku angkat hingga beberapa bagian tubuhku menjadi sakit sekarang".
"Ah!, kau jadi pindahan, fasilitas kantor?".
Shirin menggeleng. "Aku menyewanya sendiri".
Eliza kali ini termangguk-mangguk paham. "Baiklah, sudah jam istirahat. Kau yakin hanya coffe?".
"Yeah, sebelumnya thanks".
Disisi lain,
Arthur melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan. Pria itu terlihat sangat menawan dipandang mata, beberapa pegawai kantor yang dilewatinya terlihat menyapa tapi hanya digubris dengan anggukan kecil tanpa ekspresi, hal tersebut sudah biasa. Tidak dilupakan satu pria yang ikut berjalan disamping pria itu, asisten Jo. Saat sedang menunggu lift khusus untuk petinggi terbuka, Arthur dan Jo sama-sama melirik serombongan karyawan wanita, jumlahnya 3 orang baru saja keluar dari lift disebelahnya. Tiga wanita itu menyapa Arthur dan Jo sebentar lalu cepat-cepat berlalu pergi.
"Apa mereka semua dari divisi pemasaran?". Sok-sok menebak, jika dilihat warna ID card ketiga wanita itu sudah jelas bahwa mereka semua dari divisi pemasaran.
"Iya, tuan muda". Jawab Jo seperlunya.
"Itu berarti mereka teman-teman Shirin. Lalu kemana wanita itu?".
Ting
Arthur dan Jo segera masuk kedalam lift, saat lift bergerak tertutup, bersamaan pula pintu lift didepan terbuka. Shirin keluar dari sana. Wanita itu yang tadinya malas ingin melangkahkan kakinya kini berubah pikiran. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin memakan dessert pancakes yang dijual tepat di depan kantor, tempatnya disebrang jalan.
Mata Shirin dan Arthur bertubrukan membuat wanita itu seketika membulatkan matanya. Setelah pulang dari Las Vegas Shirin tidak pernah lagi bertemu atasannya itu. Kalaupun dikantor, Shirin berusaha untuk tidak memunculkan batang hidungnya didepan pria itu, menghindar, Shirin takut dilecehkan lagi. Sedangkan Arthur yang melihat Shirin setelah dua minggu tidak melihat wanita itu membuat perasaan Arthur bergejolak. Tapi Shirin cepat-cepat berlari pergi meninggalkan Arthur yang masih menatapnya.
"Lift Sialan".
Arthur mendorong tubuh Jo kesamping hingga asistennya itu menubruk dinding lift. Dengan gerakan cepat Arthur mencoba menekan tombol open tapi tidak bisa, hasilnya nihil yang ada malah lift tetap tertutup, terangkat menuju lantai berikutnya dan berikutnya.
"A-ada apa tuan?". Jo tidak sempat melihat keberadaan Shirin sebab sibuk membuat jadwal atasannya itu, tablet ditangannya hampir saja terbuang akibat dorongan Arthur yang tiba-tiba.
"Fuck, wanita itu...".
___
HALLO, SILAHKAN BACA. SEMOGA SUKA. RENCANA AUTHOR BAKAL UP 2X HARI INI. EHEHEH Tapi nunggu jaringan bagus yaaa, soalnya ditempat Lyn jaringan lagi eror. Keszzzel banget Lyn udah nulis dan edit part ini ehhh malah nggak kepublish😪.okey jangan lupa Vote⭐ dan komen, sorry kalau ada typo.
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY, NONA SHIRIN
RomansaMenjadi selingkuhan pria-pria kaya adalah kelakuan seorang wanita bernama Shirina Marthin. Uang adalah alasan Shirin mendekati para pria itu. Tua-muda, semua dibabat habis. Suatu hari, wanita itu bertemu kembali pria yang pernah dekat dengannya. Si...