57. Galiam Asked and Visited Diana

2.9K 91 4
                                    

Hallooooo guaayyssss
Selamat pagi.
Lyn minta maaf semalam nggak sempat Up. Lyn ketiduran, soalnya capek banget😴.
Yaudah nih, HAPPY READING.

(Arthur and Shirin's haze of passion)

...

Shirin meletakkan jarinya ke bibir. Tanda menyuruh sang anak diam. Ditengah pembicaraannya bersama Galiam via telepon, Flo dari tadi merengek, ikut berbicara yang membuat suara Shirin tidak jelas mendengar apa yang Galiam katakan. 

"Grandpa-grandpa, uncle Arth memberi mommy uang sangat bany...".

"Astaga!...". Shirin berseru panik. "Mommy mohon berhentilah bicara omong kosong, sayang". Wanita itu menyematkan rambut ketelinga-tertawa sumbang hingga terdengar ganjil oleh Galiam disebrang sana. Supir yang sedang fokus menyetir sekilas mengintip melalui spion.

Arthur memang memberikan Shirin uang secara cash sebelum ke kantor. Shirin, sebagai orang dewasa, dan memang mata duitan sangat kesenangan melihat itu, bagaimana dengan Flo yang tahu uang hanya dengan melihat seperti tumpukan kertas?. Disamping itu, Shirin malu jika Galiam tahu ia mengambil pemberian Arthur. Pria tak lagi muda itu pernah memperingatinya. "Jangan pernah mengambil pemberian Arthur lagi, sebab jika dia memberikan sesuatu padamu tidak secara cuma-cuma. Saat itu atau nantinya, Arthur akan meminta balasan". Shirin sudah berusaha menolak, tapi tahulah bagaimana Arthur. Pria itu, sebelas-dua belas dengan presiden. Semua ucapannya adalah perintah.

"Flo berbohong dad. Ekhm-yeah, jangan dengarkan anak ini".

Galiam disebrang sana menatap datar pemandangan jalan dari lantai dua puluh. Mengangguk pelan. "Hum. Daddy selalu menunggu waktumu".

"Ya, dad. Aku akan meminta pada Arthur agar Flo disekolahkan. Aku berharap, dengan itu kita bisa saling bertemu. Dad-dy, rindu pada Flo?".

"Daddy selalu rindu pada kalian".

Shirin tersenyum kaku sambil menyerngit. Wanita itu merasa aneh dengan suara Galiam. Kemudian beberapa saat mengenyahkan pikiran tersebut. Shirin menggigit bibir bawahnya merasa canggung. Terdiam.

Sudah tidak ada pembicaraan, itu artinya Shirin akan mengakhiri sambungan telepon. Lagian club AriellaS tinggal beberapa meter lagi kedepan.
"Baiklah. Umm, aku akan tutup telepon...".

"Apakah rasa itu masih ada, Shirin?". Suara Galiam disebrang sana terdengar lirih.

Shirin terpaku ditempat. "R-rasa?".

Lengang. Shirin tidak tahu harus mengatakan apa. Awalnya wanita itu berpikir akan sangat sulit melupakan tentang perasaan cintanya pada pria yang kini berkepala 5 itu. Tiga tahun berusaha untuk membiasakan panggilan daddy pada Galiam, fokus membesarkan Flo, dan berkerja membuat Shirin lama-lama terbiasa hingga... Tidak, Galiam juga sangat memperlakukan Shirin dan Flo seperti anak dan cucunya. Bahkan beberapa kali Galiam memanggilnya dengan panggilan nak. Pria itu seperti melupakan perasaannya. Lalu, sekarang?. Galiam kembali sibuk menanyakan perasaan Shirin.

HEY, NONA SHIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang