32. Who Is That Man?

2.7K 68 1
                                    

Hallo gayssss sorry yeee Upnya agak lama, ehehe soalnya Lyn agak sibuk minggu ini. Kalian juga sih, yang baca banyak tapi votenya kurang. Kasi apresiasi kekk sama Lyn. 😍😍😍😍. TAPI nggak apa-apa KOK Lyn nggak marah, nggak juga kecewa, kan Lyn nulis buat MUASIN HOBI yang terpendam😆. Yang baca banyak udah bikin Lyn SENENG BANGET tauuuuuu MAKASIH BANYAK-BANYAK YAAAAA... Apalagi yang udah support author, dengan VOTE sama KOMEN❤❤❤LOP-LOP BANYAK fo you.

HAPPY READING

(Halo, i'm Diana)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Halo, i'm Diana)

"Loh, Mike!?".

Shirin berdiri disamping meja sambil menatap kearah Mike yang sebelumnya belum ada disana.

"Hallo, Shirin!". Sapa Mike ramah. Pria itu terlihat tampan dengan setelan kemeja biru dan celana bahan putihnya. Mike datang sebab Diana yang menyuruh, alasannya agar Mike yang membayar semua makanan mereka. Selain tampan, pria itu termasuk jajaran pria-pria kaya. Mike adalah tipe pria yang suka menghambur-hamburkan uang untuk Diana. Apapun yang diminta oleh sang pacar, pria itu pasti menyanggupi, semuanya. Termasuk saling menghangatkan ranjang.

Mata Diana memicing bukan karena sang pacar menyapa sahabatnya, melainkan melihat sahabatnya dengan tampilan rambut yang tiba-tiba digerai. Kemana perginya rambut yang dikucir tadi?.
"Hey, tadi kau mengucir rambutmu?".

Shirin menelan ludah kasar, matanya membesar. Detik kemudian wanita itu menyengir sambil mengusap lehernya. Ikat rambutnya dibuang oleh Arthur. Pria itu bilang, ia terlihat jelek dengan rambut kucirannya. Shirin marah, memberikan Arthur tendangan yang bahkan tidak ada apa-apanya untuk pria itu kali ini.
"Itu-itu tadi, aku tiba-tiba kurang suka dengan gaya rambutku". Jawabnya singkat. Shirin kembali duduk disamping sahabatnya. Memasang senyum terbaik untuk menyakinkan.

Diana merasa ganjil dengan tingkah Shirin. Tapi melihat kelakuan Mike menatap intens sahabatnya membuat wanita itu nyaris menimpuk sang pacar dengan gelas tinggi didepannya. "Kau cukup menatapku saja". Mike menepuk dahinya. Pria itu menatap Shirin sebab bingung dengan ucapan sang pacar mengenai rambut wanita hamil didepannya. Menurut Mike, rambut Shirin sudah terlihat bagus jika digerai. Shirin tertawa. Beruntung pramusaji datang menghidangkan pesanan mereka.

Lengang.

"WOW!". Shirin tiba-tiba berseru. Diana dan Mike menatap wanita itu.

Diana mendengus. "Kau, kenapa lagi sih?".

Binar mata Shirin tak bisa bohong. Wanita itu menunjuk makanannya. "Ini enak sekali Diana!. Sumpah". Shirin memuji, lalu kembali memasukkan potongan kecil Steak kedalam mulutnya. "Daging ini memiliki rasa yang sangat lezat, lembut, dan teksturnya berlemak. Duuuh enak sekali".

Shirin berekspresi lucu, kali ini membuat Mike tertawa, pria itu tidak bisa menahan tawa lagi ketika melihat tingkah gemas wanita hamil didepannya. Sedangkan Diana, ia mendengus dengan tingkah kampungan sahabatnya. Jelas masakan restoran ini akan sangat enak karena setara dengan harganya. Ada harga, ada kualitas. Tidak mungkin rasa makanan yang harganya setara dengan sewa satu bulan apartemen memiliki cita rasa abal-abal.

"Kau terlalu berlebihan mengekspresikannya, Shirin". Diana ikut menyuap potongan steak didepannya, Mike pun sama. Mereka hanya termangguk-mangguk meresapi rasa makanan itu. Tidak selebay Shirin.

Sedangkan disebrang sana. Meja yang ditempati oleh Arthur, asisten Jo dan Vanessa, ketiganya menikmati hidangan penutup tanpa suara.

Arthur sesekali menatap kearah meja yang ditempati Shirin. Pria itu beberapa kali mendengus dalam hati ketika melihat pria yang satu meja dengan Shirin dan sahabatnya. "Siapa pria itu, kenapa mereka terlihat akrab?". Batin Arthur bertanya-tanya. Matanya cukup terganggu dengan pemandangan disebrang sana. Tadi kuciran rambut Shirin yang membuatnya terganggu, sekarang seorang pria yang duduk berhadapan dengan wanita itu. Apalagi saat melihat pria berbaju biru itu tertawa karena ucapan dan gerakan Shirin. Jangankan pria si baju biru itu, beberapa pengunjung pria juga ikut mencuri-curi pandang kearah Shirin, senyum lebar tanpa beban wanita itu membuat siapa saja terpesona termasuk Arthur. Hey, tapi Arthur tidak mau berbagi, ia membenci situasi ini. "Shit. Tahu begini, seharusnya aku membawa wanita itu pergi dari tempat ini tadi. Lihat saja apa yang akan kulakukan padanya jika dia berani mengizinkan pria itu menyentuh tubuhnya. Wanita sialan!". Arthur menggeram marah ditengah keterdiamannya menatap 3 orang yang sedang asyik menyuap makanan kemulutnya sambil berbincang.

Jo melirik sang tuan yang dari tadi menatap kearah lain, ia mengingikuti arah pandang Arthur. God, mata Jo melotot sempurna. Ia melihat Shirin yang sedang menyantap hidangan steak, sesekali pula bercerita dengan dua temannya, pria dan wanita. Jo kenal wanita bersama Shirin tapi tidak untuk pria bersamanya, Jo tidak kenal. "Semoga nona Shirin dan kandungannya baik-baik saja". Asisten Jo berdoa dalam hati. Ia kembali melihat sang tuan. Tangan Arthur yang semula diatas meja kini mengepal kuat diatas paha pria itu. Di awah meja. Jo meringis melihat tingkah sang tuan.

Jo tahu, Arthur tengah dilanda cemburu dan kesal. Disamping sifat tuan muda Arthur yang pemarah juga keras, jika pria itu bersama Shirin, Arthur bisa mengeluarkan berbagai macam sifatnya. Dulu, jika pria itu sangat jarang tersenyum, dua bulan belakangan ini Arthur bahkan sering senyum-senyum sendiri, waktu di Las Vegas Arthur bahkan bertingkah manja pada Shirin, dan parahnya lagi pria itu bahkan bisa bertingkah jahil. Jika keduanya sedang bertengkar seperti situasi minggu lalu Arthur bahkan bisa memecat karyawan yang membuat kesalahan sekecil apapun tidak peduli berapa karyawan yang dipecatnya dalam sehari. Oh iya, Jo juga pernah mendapat telepon dari sang tuan, menyuruhnya membeli buah mangga dijam 3 pagi, dan sudah dua hari Arthur mengalami muntah-muntah setiap pagi, hari ini sudah sedikit mendingan. Jo heran, otaknya dipenuhi oleh tanda tanya, padahal Arthur tidak pernah mengonsumsi sembarang makanan. Tapi setelah searching di internet ternyata Arthur mengalami sindrom couvade.

Sifat Arthur yang berubah-ubah sebab terlalu dibutakan oleh sifat posesif pada keluarganya. Apalagi ia tidak ingin sang daddy menikahi wanita lain selain sang mommy. Pria itu sangat menyayangi mommy Kharelly. Ia bisa melakukan apa saja yang bisa membuat sang daddy tidak memikirkan wanita lain termasuk menyakiti Shirin. Wanita yang ternyata dia cintai. Jo tahu itu.

Jo tanpa sadar menghela napas pelan membuat Vanessa yang sedang menikmati potongan cake terakhirnya menatap pria itu.

"Tuan Jo, are you okay?".

Jo dan Arthur sama-sama terkesiap. Suara lembut Vanessa menyapu gendang telinga dua pria itu secara bersamaan. Arthur melirik Jo. Adaapa dengan asistennya?.

"Ha!?, ouh-yeah, i'm okay".

Jantung Jo berdetak dua kali lipat ketika mata Vanessa menatapnya dengan khawatir.

"Tuan Jo, tidak baik melamun disaat makan".

Jo mengangguk salah tingkah. "Terima kasih nasihatnya, nona Vanes". Pria itu tanpa sadar menyuap potongan besar cake sambil berkata pelan. "Sepertinya aku terlalu memikirkan hidup orang lain hingga lupa memikirkan diri sendiri...".

Ukh ukh ukh

"Astaga, tuan Jo!".

Ukh

Vanessa meraih air putih cepat kemudian diberikan pada Jo yang terbatuk-batuk akibat tersedak potongan kue yang terlalu besar. Sedangkan Arthur, pria itu tidak habis pikir dengan tingkah asistennya.

.

.

.

😆😆😆 Si Jo terlalu sibuk ngurusin kehidupan si tuannya eeyy...

Uhuuuyyyy

Jangan lupa vote and komen.

See you next part😊😊😊😊😘😘😘

HEY, NONA SHIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang