35. The Smell Made Shirin Nauseous

2.5K 59 3
                                    

Hay, gaysss
Happy reading😘

Hay, gaysss Happy reading😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


..

06:30 New York

Shirin menggeliat dalam tidurnya, sesaat kemudian wanita itu melihat sekeliling kamarnya termasuk menatap Arthur yang tidur tepat menghadap padanya. Shirin merasa ada bau tidak sedap memasuki indra penciumannya, makanya wanita itu terbangun. Akibat bau itu, perut Shirin lama-kelamaan menjadi mual.

Lima menit ditahan-tahan akhirnya dengan gerakan secepat mungkin Shirin turun dari ranjang berlari kekamar mandi. Muntah disana.
"Bau busuk apa itu?". Keluh Shirin sambil mengusap lehernya.

Penglihatan wanita itu seketika buram akibat matanya yang berkaca-kaca sehabis muntah. Sedangkan Arthur, pria itu tetap tidur nyenyak tanpa gangguan apapun padahal satu jam lagi pria itu harus kekantor. Shirin kembali muntah, satu kali, dua kali, tarik napas.

Ponsel diatas nakas berbunyi, telepon masuk. Itu ponsel milik Arthur. Tertera nama Jo dilayar ponsel yang sedang menyala. Shirin hanya mendengar saja, lagian itu bukan dering ponselnya. Untuk kedua kalinya ponsel itu berdering, Arthur mulai menggeliat, terganggu dengan suara ponselnya sendiri. Mendengus, karena ada yang mengganggu tidurnya, Arthur bergegas duduk, meraih ponselnya dengan kasar.

"Hallo".

"Hallo, tuan muda".

"Jika tujuanmu hanya mengganggu tidurku dengan sapaan sialan ini. Aku tak segan-segan tidak memberikan gajimu bulan ini, Jo". Arthur tahu ini terlalu berlebihan. Tapi, ia tidak pernah tidur sedamai tadi malam hingga pagi ini, hingga telepon Jo merusak segalanya. Entahlah.

"Maaf, tuan muda. Tapi, aku ingin mengingatkan anda, dua jam kedepan anda memiliki janji temu dengan tuan Chen dan tuan Harris".

"Ck, dua tua bangka itu!, aku malas menemui mereka. Direktur Harris juga tahu, dari awal aku tidak akan kerjasama dengan perusahaan tuan Chen. Apalagi kau Jo, sudah berapa kali aku bilang...".

"Tapi, tuan muda. Tuan besar Galiam yang mengutus mereka".

Arthur turun dari ranjang. "Astaga!, dad benar-benar gila". Pria itu langsung mematikan ponselnya sepihak. Menaruhnya secara kasar di nakas.

Arthur baru menyadari ia masih berada diapatemen Shirin. "Dimana wanita itu?". Mata Arthur melihat seluruh sisi kamar. Hingga bunyi keran air dikamar mandi membuatnya berfikir Shirin didalam sana. Dengan masih bertelanjang dada dan hanya memakai boxernya Arthur berniat menghampiri Shirin, tidak peduli apa yang dilakukan wanita itu didalam sana, entah mandi atau buang air.

"Shirin, apa yang kau lakukan?". Arthur bertanya heran melihat wanita cantik yang tengah duduk dilantai tepat dibawah wastafel kamar mandi.

Shirin hanya menoleh sekilas, ia teringat sikap Arthur semalam. Sangat cuek. Walaupun pria itu akhirnya menuruti permintaannya hanya dengan memesan online, makan diapartemen. Padahal, Shirin ingin sekali makan langsung direstoran seafood.

"Shirin".

"Jangan mendekatiku!". Seru Shirin.

Arthur langsung menyeringai, bersandar dibingkai pintu kamar mandi. "Kenapa, masih marah?". Shirin kembali membelakanginya. Mualnya juga telah reda. "Hey, aku punya alasan kenapa semalam aku tidak mengajakmu keluar. Cuaca diluar begitu dingin".

Shirin berdiri pelan sambil berdecih sinis. Arthur bisa melihatnya dari pantulan cermin. Arthur melangkah masuk, disitulah Shirin kembali mencium bau yang tak sedap untuk hidungnya. Perutnya juga kembali bergejolak. Shirin menoleh cepat.
"BERHENTI!".

Arthur tidak peduli teriakan wanita didepannya, tambah maju. Hingga tepat didepan Shirin yang tengah melototinya.

"Ayo bermain sebentar, seks dipagi hari sepertinya nikmat".

Mendengar penuturan Arthur membuat Shirin geleng-geleng kepala. Tapi bukan itu masalahnya. Entah kenapa bau badan Arthur yang begitu wangi, bahkan semalam sangat memabukkan untuknya, pagi ini membuatnya ingin sekali muntah.

Huueekk

Arthur kaget bukan main saat Shirin membalikkan badannya, lalu muntah di wastafel. Arthur maju, berbaik hati menahan tubuh Shirin agar tidak ambruk seperti sebelumnya. Tapi, lihat apa yang wanita itu lakukan dan katakan...

"MENYINGKIR. KAU BAU SEKALI".

___

"Ya tuhan!!. Anda tidak apa-apa nyonya?".

Shirin sedang memilih pakaian disalah satu butik. Wanita itu menjerit tertahan ketika melihat seorang wanita tua yang hampir dijatuhi manekin yang berada di posisi rak kedua. Kalau tidak ada Shirin, wanita tua itu sudah mengalami pecah kepala, maybe. Bersyukur saja, Shirin menariknya tepat waktu.

Mendengar keributan serta barang yang jatuh membuat beberapa pengujung, staf, dan dua gadis kembar berlari-lari mencari sang Oma.

Shirin membantu wanita tua itu berdiri. "Ada yang sakit, nyonya?".

Belum sempat menjawab, keduanya langsung menoleh ketika mendengar hentakan sepatu yang berlari ribut kearah mereka disertai teriakan memanggil.

"OMA!!!".

Dua gadis kembar itu menjerit, bertanya heboh apa yang terjadi pada sang Oma. Shirin refleks menyikir ketika salah satu dari mereka menggantikan posisinya. Beberapa Staf butik juga telah menghampiri mereka, bahkan salah satunya berlari sambil mengangkat kursi lalu diberikan oleh wanita tua itu untuk diduduki.

"Maafkan kurangnya kenyamanan butik kami, nyonya". Semua staf menunduk takut. Satu orang yang berbicara untuk mewakili keseluruhan.

Shirin menatap heran semua staf tersebut. Berlebihan sekali, siapa sebenarnya wanita tua ini?. Shirin menatap wanita tua yang tengah duduk dan dua gadis kembar disamping kiri dan kanannya.

"Apa wanita ini yang mendorong, Oma?".

Shirin terperanjat ditempatnya ketika salah satu gadis kembar itu menuduhnya. Dan, detik itu juga semua orang menoleh menatapnya.

"What!!". Shirin melambaikan tangannya sambil terkekeh canggung. "Maaf, aku hanya melihat nyonya ini terjatuh, dan aku menolongnya. Enak saja menunduhku. Seharusnya mereka berterima kasih padaku". Ucap Shirin. Diakhir kalimatnya malah mendumel. Ia tidak terima dituduh.

"Alexy, jangan menuduhnya nak". Wanita tua itu menengahi, tersenyum tipis kearah Shirin. "Maafkan perkataan cucuku, nak. Dia terlalu khawatir padaku, umm. Terima kasih telah menolongku".

Mendengar Oma-nya yang malah berterima kasih pada wanita dewasa itu, gadis kembar bernama Alexy menutup mulutnya, meringis bodoh. Mulutnya memang ceplas-ceplos sangat berbeda dengan kembarannya Alexa yang kalem dan tutur katanya yang baik untuk didengar. Alexy menoleh kearah, Alexa. Kembarannya tengah mengejeknya. Alexy mendengus. "Awas saja kau". 

Shirin tersenyum paksa, mengangguk. Kemudian meminta izin untuk segera pergi dari tempat itu. Tujuannya disini berbelanja, menghabiskan uang Arthur yang diberikan untuknya tadi pagi. Kartu hitam pria itu kini ada dalam tasnya. Yeah, Arthur memang tersinggung dan marah atas ucapan Shirin tadi pagi yang mengatakan bahwa pria itu sangat bau. Tapi, Shirin tidak mau rugi, tidak mau Arthur meninggalkannya begitu saja. Pria itu menggagahinya dari sore hingga menjelang tengah malam. Arthur patut untuk diporoti. "Permisi, nyonya". Pamitnya. Belum sempat melangkah, wanita tua itu sudah bicara lagi.

"Bisakah kita mengobrol sebentar, nak".

.

.

.

Uhuyyyyyy,,,,,
Lyn Up🤸‍♀🤸‍♀🤸‍♀🤸‍♀🤸‍♀🤸‍♀
Oke demi kenyamanan kita bersama jan lupa vote dan komen Eheheheh supaya author nggak kambuh males nulisnya🙈🙈🙈
Oke see you next part🏃‍♀🏃‍♀

HEY, NONA SHIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang