Audriana terbangun dalam kondisi yang gelap gulita.
Untuk sesaat ia merasa disorientasi tempat dan waktu, mengira kalau saat ini sedang berada di dalam kamar kosnya.
Namun rasa letih tak biasa di seluruh tubuhnya dan nyeri luar biasa di area selangkangannya, membuat pikiran Audriana kembali kepada realita hidup yang sungguh menyedihkan.
Gadis itu mencengkram erat selimut hangat yang menutupi tubuh polosnya, lalu perlahan menoleh ke samping dimana sesosok tubuh kokoh yang jauh lebih besar darinya sedang terbaring pulas dengan napas yang mengalun teratur dalam dengkuran halus.
Serta-merta Audriana pun menggigit bibirnya keras-keras, demi mencegah agar cairan bening tanpa warna itu tidak kembali berjatuhan membasahi wajahnya yang pucat karena kelelahan.
Ia tidak boleh lemah!
Nasi memang sudah menjadi bubur, kesucian yang ia jaga baik-baik selama ini ternyata telah hilang dirampas di usianya yang ke 24 tahun.
Tapi Audriana tidak akan membiarkan bajingan Jaxton Quinn ini berbuat seenaknya lagi.
Terngiang kembali ucapan lelaki iblis yang arogan itu, yang mengatakan bahwa Audriana adalah miliknya, sebelum lelaki itu lagi-lagi menidurinya dengan brutal hingga ia pun tak sadarkan diri karena kelelahan dan sakit yang tak tertahankan.
Bahkan ingatan terakhir yang Audriana ingat adalah tubuh besar penuh otot itu yang masih terus bergerak menghujamnya dengan sangat keras, serta bibir lelaki itu yang menghisap pinkish nipple-nya kuat-kuat.
Seluruh tubuhnya, senti demi senti, telah disentuh dengan sangat kasar oleh Jaxton. Audriana merasa sangat kotor.
Jaxton bahkan juga menjambak kuat rambut panjang sepinggang Audriana ketika serbuan arus kenikmatan menerjangnya dengan dahsyat, membuat cairan kental hangat kembali menyembur dan membasahi milik Audriana entah untuk yang keberapa kalinya.
Audriana merasa diperlakukan lebih rendah dari seorang pelacur!
Cih! Sampai mati pun, ia tidak akan pernah sudi menjadi milik siapa pun, apalagi milik si jahanam Jaxton Quinn!
Dengan mata nyalang menatap ke sekitarnya, Audriana mencari-cari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menusuk jantung lelaki yang telah memperkosanya itu.
Ia bahkan sungguh tak peduli jika sesudahnya dipenjara seumur hidup, asalkan Jaxton Quinn tak lagi ada di dunia ini!
Namun karena hanya kegelapan yang menyelimuti seluruh ruangan, membuat pandangan Audriana terganggu.
Dan ketika ia hendak bergerak turun dari ranjang, rasa nyeri luar biasa kembali menyerbu dirinya.
Audriana bahkan kesulitan untuk menggerakkan badan!
'Jaxton sialan! Iblis! Dia benar-benar telah menyiksa tubuhku hingga untuk turun dari ranjang pun rasanya sangat sulit,' rutuknya dalam hati.
Kekesalannya telah begitu memuncak, hingga gadis itu akhirnya memutuskan untuk mencekik leher lelaki yang terlihat masih pulas itu. Audriana pun berusaha untuk bergerak tanpa menimbulkan suara.
Sambil meringis menahan sakit, perlahan gadis itu berusaha memindahkan bobot tubuhnya hingga duduk di samping Jaxton.
Bahkan nyeri yang menusuk tajam pada bagian bawahnya pun diabaikan, demi membalaskan rasa dendam Audriana kepada manusia laknat yang tidur tanpa merasa berdosa sama sekali itu.
Ia menatap dingin pada wajah orang yang telah merusak hidupnya, lalu tanpa ragu menjulurkan kedua tangannya ke leher lelaki itu.
Matilah kau, Jaxton-brengsek-Quinn!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+)
RomanceAlih-alih mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris eksekutif CEO, gadis cantik berusia 24 tahun itu malah dijadikan sebagai sandera Jaxton Quinn, CEO Quinn Entertainment--sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri hiburan. Bagas yang merupak...