8. Menyerah

765 18 0
                                    

Nasib seseorang tidak ada yang tahu, ungkapan ini mungkin sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana jalan hidup Audriana saat ini.

Kemarin dirinya begitu penuh tekad, ambisi dan harapan, ketika mendatangi gedung perkantoran 37 lantai yang merupakan Gedung Quinn Entertainment.

Audriana menaruh begitu banyak asa pada interview hari itu, mengira jalannya untuk bekerja dan menghasilkan uang dimudahkan dengan potong jalur karena koneksi dari Bagas, pacarnya yang juga bekerja sebagai staf keuangan di sana.

Namun semua bayangan indah itu pun serta-merta sirna, ketika kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan Jaxton Quinn, sang CEO bejat yang telah menjebaknya hingga kini ia pun terperangkap dalam dunia gelap tanpa cahaya ini.

Tanpa merasa curiga, Audriana meminum teh hangat yang disuguhkan di hadapannya yang ternyata telah diteteskan obat tidur. Lalu ia pun tak mengetahui apa yang terjadi setelahnya.

Saat tersadar dirinya telah berada di atas ranjang tanpa busana apa pun, bersama Jaxton Quinn.

"Apa ada yang menarik di balik jendela itu?"

Audriana terkesiap kaget ketika tiba-tiba saja Jaxton mencengkram dagunya serta menghadapkan wajah Audriana yang sebelumnya menatap ke arah jendela mobil, dipaksa untuk menatap wajah blasteran yang membuatnya muak.

Saat ini pukul 07.30 pagi, dan mereka sedang berada di dalam mobil mewah milik Jaxton menuju ke Gedung Quinn Entertainment.

Jaxton dan Audrian duduk di bagian belakang mobil yang disetiri oleh supir pribadi Jaxton.

Netra hijau cemerlang lelaki itu mengamati keseluruhan wajah sempurna Audriana yang seperti boneka, dan tatapan intens itu pun berhenti di bibir lembut semerah mawar yang merekah alami.

Audriana menepis tangan Jaxton dari dagunya seraya melayangkan tatapan gusar.

"Jangan lagi menyentuhku! Dasar kau--humpp!" Perkataan Audriana terpotong karena Jaxton yang tiba-tiba saja menjambak rambut panjangnya, lalu memagut keras bibir lembut itu karena sudah tidak tahan.

Semua jeritan protes Audriana pun terbungkam oleh pagutan liarnya, bahkan jemari besarnya pun telah ikut menggerayangi seluruh tubuh sensual yang selalu berhasil membuat Jaxton berhasrat.

Audriana mengutuk dirinya yang selalu saja tak mampu melepaskan diri dari makhluk bejat ini, kekuatannya tak akan ada artinya bila dibandingkan dengan sosok maskulin dipenuhi otot-otot keras milik Jaxton.

Gadis itu bahkan kembali mengutuk air mata yang malah kembali mengalir deras membasahi pipinya. Dia tidak ingin menangis! Tapi keadaan yang membuatnya frustasi ini tanpa sadar telah membuat kelenjar air matanya menjadi lebih aktif.

"Aaahh... aku suka sekali melihatmu menangis," geram Jaxton setelah melepaskan pertautan panas bibir mereka. Tatapannya penuh arti menyoroti cairan bening tanpa warna di pipi Audriana. Dorongan aneh yang membuatnya selalu ingin untuk mencicipi air mata Audriana pun tak terbendung lagi. Dengan rakusnya, lelaki itu pun menjilati semua air mata Audriana hingga tak bersisa.

"Bahkan setetes air matamu yang tumpah pun adalah milikku, kelinci kecil. Jadi jangan pernah membuangnya begitu saja karena aku sangat menyukai rasanya."

"LEPASS!" Teriak Audriana yang kembali meronta-ronta, ketika dengan mudahnya Jaxton mengangkatnya hingga Audriana pun kini telah berada di atas pangkuan lelaki itu.

Jaxton tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan, dan gairahnya yang selalu meledak-ledak jika berdekatan dengan Audriana seketika membuatnya panas. Lelaki itu meraih sebuah remote kecil yang tergeletak di sampingnya, lalu menekan tombol yang membuat sebuah partisi hitam bergerak perlahan menutupi area bagian depan dan belakang mobil.

"Sekarang aku bisa melahapmu, kelinciku. Jangan takut. Ini semua kedap suara, jadi berteriaklah sekuatnya karena aku juga sangat menyukai teriakanmu."

Jaxton tak dapat menyembunyikan seringai kepuasannya ketika mendengar jeritan manis yang membuatnya serasa terbang, saat ia merobek gaun putih Audriana hingga terbelah dua. Dan hasratnya pun semakin di ubun-ubun ketika Audriana menjerit lebih keras akibat ulahnya yang menggigit puncak dada yang kenyal tanpa penghalang itu.

Ooh, Audriana adalah surga dunianya.

Tubuhnya, wajahnya, tangisnya dan jeritannya begitu memukau bagi Jaxton.

"Jangan! Aku mohon... tidaaakkk!!" Audriana terus menjerit dan memohon ketika Jaxton sudah menurunkan kancing celananya untuk mengeluarkan inti gairah yang telah mengacung tinggi dan sekeras besi.

Jaxton melumuri senjatanya dengan saliva, sebelum mengangkat sedikit tubuh Audriana lalu melesakkan dalam-dalam bukti kejantanannya itu ke dalam lembah kenikmatan Audriana.

Netra bening beriris hitam Audriana seketika membelalak lebar, merasakan perih yang lagi-lagi tak mampu ia tolak. Dirinya pun merosot layu, tak berdaya karena Jaxton selalu berhasil memporak-porandakan bukan hanya tubuhnya, namun juga harga diri dan juga mentalnya sebagai seorang manusia, yang seharusnya bebas dari penyiksaan serta perlakuan merendahkan.

"Uuuhhmm... Nikmat sekali, Audriana..." racauan mesum Jaxton itu serasa menusuk telinga Audriana yang kini hanya bisa terdiam dengan pandangan kosong. Lelaki itu mencengkram pinggang rampingnya dengan sangat kuat, menggerak-gerakkan tubuh mungil Audriana naik-turun sesuka hatinya.

"Sshhh... Baby, aku sangat menyukai milikmu." Kalimat cabul itu menutup semua rangkaian racauan Jaxton, karena bibir lelaki itu kini telah sibuk merangkum puncak merah muda di atas dada bulat sempurna milik Audriana dengan rakusnya.

Audriana masih terdiam, dengan tubuh yang berada di sana namun pikirannya yang entah kemana. Semua kesakitan dan pelecehan itu sepertinya telah membuat jiwanya terguncang begitu dalam, seakan malaikat maut telah menarik sinar dari wajah cantiknya, namun tetap meninggalkan nyawanya di dalam raga.

"Aaaagghhh... Fuck!! I can't stop this!!" Teriak Jaxton frustasi dengan kedua tangannya yang erat mencengkram pinggang Audriana. Dengan tidak sabaran, lelaki itu pun akhirnya merebahkan tubuh Audriana di atas seat mobil tanpa melepaskan penyatuan mereka.

Geraman bagai binatang buas yang sedang birahi lolos dari mulut Jaxton, saat pinggul kokohnya bergerak sangat cepat menyodok lubang sempit Audriana dengan beringas tanpa jeda.

Mobil Mercedes-Benz yang sedang melaju kencang di jalan raya itu pun berguncang dengan hebat, namun sosok jantan yang sedang berada di puncak gairah itu seakan tak peduli lagi dimana mereka berada. Kenikmatan hakiki yang diberikan Audriana membuatnya buta.

"Damned! You're so hot, Baby! Ahh... this is good. Fuck!!" Umpatan berpadu pujian yang terlontar terus ia racaukan, hingga akhirnya puncaknya pun tiba.

Ombak kenikmatan itu pun segera menggulung Jaxton hingga terhempas ke pinggir pantai kenyataan, diiringi oleh semburan bukti gairahnya yang mengalir deras ke dalam rahim Audriana.

Deru napas Jaxton yang memburu menerpa wajah cantik yang sedari tadi hanya diam tak bergeming bagai cangkang kosong tanpa jiwa, menerbangkan anak-anak rambut halus yang berada di kening Audriana.

Jaxton menatap wajah itu, dan tersenyum senang karena kini Audriana tidak meronta-ronta lagi seperti sebelumnya-sebelumnya ketika ia menyetubuhi gadis itu.

"Kenapa diam saja, kelinci kecil? Apa sekarang kau sudah mulai menyerah, hm?"

Audriana mengerjap pelan. Ucapan Jaxton itu serta-merta mengembalikan kesadaran dirinya akan realita, setelah beberapa waktu jiwanya seakan telah terlepas dari raga.

Tatapan dari manik bening beriris hitam itu pun beradu dengan netra hijau Jaxton yang cemerlang. "Kau sudah selesai, kan? Minggirlah," tukas Audriana dingin. Rahangnya mengeras kaku dengan bibir yang menipis karena murka. Tak akan ada lagi air mata yang akan mengalir di pipinya kali ini, karena perasaannya telah mati.

Jaxton menyeringai miring, sama sekali tidak mengindahkan perintah gadis berwajah bak boneka hidup ini dan sama sekali tidak melepaskan penyatuan mereka di bawah sana.

"Bercinta di dalam mobil ternyata menyenangkan juga. Apa sebaiknya kita mengulanginya lagi? Aku bisa meminta kepada supir untuk berputar-putar di jalan tol dulu sebelum menuju ke kantor. Bukankah itu ide yang sangat bagus, Audriana Camelia?"

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang