30. Melupakan

422 9 0
                                    

Jaxton menggebrak mejanya dengan keras sembari menatap Geovan tajam.

"Apa maksudmu, Geo? Lisa adalah adik tiriku?? Adik tiriku bernama Felice, dan dia sudah tewas di tangan ibu kandungnya di usia dua tahun!" Bentaknya dengan emosi yang memuncak.

Bayang kelam masa lalu itu membuat kondisi jiwanya kembali terguncang. Tubuh Felice yang mungil tergeletak di atas teras dengan bersimbah darah. Fiona yang menatapnya dengan tatapan sinting yang memuja.

Bahkan ia masih mengingat setiap detil kejadian di hari yang naas itu.

"Sekarang tak ada lagi yang akan membuatmu berat untuk menjalani cinta denganku, Jax. Felice sudah tiada. Kau tidak perlu lagi merasa bersalah pada adikmu itu," bisik Fiona di telinga Jaxton yang sedang menyandarkan perutnya di pagar balkon lantai dua dan menatap nanar pada tubuh kecil adiknya yang sudah tak bergerak di bawah sana.

Fiona mengelus rambut coklat Jaxton dengan penuh cinta. "Kita ditakdirkan untuk bersama selamanya, Sayang. Aku akan selalu berada di sisimu."

Jaxton yang saat itu masih berusia tujuh belas tahun tak mengingat lagi apa yang terjadi saat itu. Ia tak sadarkan diri karena shock berat.

Geovan mendehem kikuk melihat kemurkaan yang tergambar jelas di wajah bosnya. "Sepertinya Khalissa adalah anak dari Ibu tiri Anda dari pernikahan yang sebelumnnya." Lelaki itu bergerak untuk menyerahkan  sebuah dokumen di dalam map kulit hitam kepada Jaxton.

"Fiona telah menikah dengan seorang lelaki bernama Danu Setiawan, dan bercerai setahun kemudian. Putri yang ia lahirkan dari pernikahan itu diserahkan kepada suaminya. Dan bernama Khalissa Rininta. Nama yang sama dengan karyawan Anda di perusahaan."

Jaxton mengerutkan keningnya ketika membuka sebuah copy dokumen yang berisi akta kelahiran, beberapa foto kartu keluarga.

Bukti yang menjadikan bahwa Lisa kemungkinan adalah memang adik tirinya.

"Besok pagi sebelum ke kantor, antarkan aku menemui Fiona," putus Jaxton akhirnya.

"Aku harus memastikan kepadanya soal ini, sebelum mengkronfrontasikannya langsung kepada Lisa."

"Maaf, tapi ada satu masalah lagi yang baru muncul, Mr. Quinn. Khalissa Rininta tiba-tiba saja menghilang dari kediamannya sejak kemarin bersama suaminya yang baru tiba dari Kanada. Kami masih menelusuri jejaknya hingga saat ini," lapor Geovan lagi.

Jaxton mendengus kasar. "Bagaimana bisa wanita itu menghilang?! Apa dia melarikan diri??"

"Belum bisa dipastikan apa motif dari Khalissa, baik dengan niatnya untuk membuat Anda celaka maupun kenapa dia menghilang. Tapi saya sarankan agar Anda serta Nona Audriana lebih waspada mulai saat ini, Mr. Quinn. Dan saya juga sudah menambahkan beberapa pengawal tambahan. Semoga Anda tidak keberatan dengan hal itu."

"Tidak masalah. Asalkan mereka taat dengan semua peraturan, Geo. Terutama yang menyangkut Audriana," sahut Jaxton tegas.

Geovan mengangguk penuh pengertian kepada bosnya yang posesif ini. "Saya sendiri yang akan memastikan kalau mereka tidak akan pernah menatap Nona Audriana, Mr. Quinn."

***

Audriana merasakan sebuah sentuhan dan hembusan napas di wajahnya. Namun karena ia sangat letih dan mengantuk, tak ia hiraukan semua itu. Hingga suara berat dan maskulin Jaxton terdengar merasuki telinganya.

Gadis itu pun perlahan membuka kedua matanya, dan mendapatkan sosok lelaki tampan yang menatapnya dengan pandangan tak terbaca. Wajahnya terlihat sangat aneh.

"Jaxton?" Suara serak khas seseorang yang masih mengantuk lolos dari bibir gadis itu. "Ada apa? Kau baik-baik saja?"

Audriana mengulurkan satu tangannya untuk membelai pipi Jaxton, yang kemudian dihadiahkan sebuah kecupan dari lelaki itu di jari Audriana.

DI ATAS RANJANG MR. CEO (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang